nusabali

Guru Tari yang Beri Ruang Anak Disabilitas Berkreasi

Ni Kadek Astini, Pendiri Sanggar Tari Pradnya Swari Jembrana

  • www.nusabali.com-guru-tari-yang-beri-ruang-anak-disabilitas-berkreasi

NEGARA, NusaBali - Ketekunan dan keteguhan Ni Kadek Astini sebagai pendiri sekaligus guru tari Sanggar Tari Pradnya Swari Jembrana berbuah penghargaan.

Pemilik sanggar berlokasi di Menega, Dauhwaru, Jembrana, ini diganjar penghargaan dari Menteri Sosial Republik Indonesia, Tri Rismaharini atas dedikasinya dalam pengabdian sosial dan kemanusiaan. 

Penghargaan ini diberikan langsung oleh Menteri Sosial Republik Indonesia, Tri Rismaharini acara puncak Hari Disabilitas Internasional (HDI) dan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) Tahun 2022 di Alun-alun Ida Dewa Agung Jambe, Klungkung Bali, Selasa (20/12) lalu.

Ya, di sanggar yang berdiri sejak 2011, ia tak hanya melatih anak-anak pada umumnya. Sejak dua tahun lalu, Astini juga melatih anak disabilitas.  “Sangat tidak bisa dibayangkan karena merasa terharu dan bersyukur kita diapresiasi untuk mendapatkan penghargaan. Ke depan anak-anak disabilitas itu akan kami adakan program untuk latihan berias tari Bali dan kami berusaha untuk melakukan audiensi di Dinas Kebudayaan Kabupaten agar mereka memiliki ruang untuk bisa tampil di Kabupaten dan dimana saja. Karena mereka itu anak spesial yang berhak untuk berkarya dan berkreasi,” kata Ni Kadek Astini.

Wanita alumni Jurusan Seni Tari di SMKN 3 Sukawati, Gianyar (Kokar Bali) pada 2004 menuturkan kecintaannya menari Bali sudah ia lakoni sejak masih belia dan setelah ia menikah dengan suaminya di tahun 2010, ia pun mantap membangun Sanggar Tari Pradnya Swari pada tahun 2011.

“Saya sebagai ibu PKK yang dimana pada saat upacara diberikan tugas untuk mencari penari sebagai pelengkap upacara piodalan di Pura seperti tari Rejang Dewa, jadi waktu itu kami sangat kesulitan untuk mencari penari yang siap tampil. Sehingga di sini kita mencoba untuk membuka sanggar sebagai wadah untuk pelestarian seni tari Bali dan kebetulan banyak sekali peminatnya. Sehingga saya sendiri ingin meneruskan sanggar ini sampai sekarang,” ujar Ni Kadek Astini.

Sanggar yang sudah mempunyai banyak anak didik ini selalu mengajarkan serta menanamkan pemahaman kepada anak didiknya tentang bagaimana pentingnya melestarikan kesenian tari Bali. “Memang sudah berdiri sejak 2011 namun sejak 2 tahun lalu saya turut mengajak anak penyandang disabilitas untuk latihan menari di sanggar ini,” ujar  Ni Kadek Astini.

Telah berkiprah di dunia seni tari selama hampir 11 tahun, Ni Kadek Astini membeberkan alasannya mengajak anak disabilitas untuk ikut belajar menari Bali karena tidak lepas akan potensi anak-anak di Kabupaten Jembrana. Tidak ada dorongan dari orang lain, ia pun menjelaskan dibukanya kursus tari untuk penyandang disabilitas ini adalah kemauan dari dalam dirinya sendiri.

“Saya sendiri melihat mereka itu sebenarnya mampu tetapi tidak punya ruang untuk belajar tari Bali dan bisa tampil. Jadi saya membuka diri, memfasilitasi mereka agar mereka bisa tampil menari Bali lebih percaya diri. Daripada mereka hanya diam saja di rumah tanpa ada ruang untuk mereka berkreasi,” jelas ibu tiga anak ini.

Di sanggarnya, ia menerima seluruh anak berkebutuhan khusus baik itu, tunarungu, tunadaksa, bahkan tunagrahita. Dari 5 orang anak didiknya yang merupakan anak berkebutuhan khusus,  kini jumlah itu semakin meningkat hingga total ada 15 anak berkebutuhan khusus yang berlatih tari di sanggarnya.

Saat ini, tercatat ada 200 anak peserta yang latihan di sanggarnya. Dari 200 anak itu, sebanyak 25 anak dari keluarga kurang mampu yang dilatih secara gratis. Sisanya anak didiknya membayar sumbangan pembinaan pendidikan (SPP) senilai Rp 50.000 per bulan dengan pertemuan 12 kali dalam satu bulan.

“Program menari gratis di panti asuhan itu latihannya satu minggu sekali. Siswa kurang mampu sekitar 25 orang kami gratiskan karena memang tidak mampu dan tidak memiliki orang tua serta anak-anak disabilitas juga kami fasilitasi secara gratis,” paparnya.

Hasil dari pembayaran SPP tersebut, Ni Kadek Astini menjelaskan diperuntukkan untuk membayar sewa tempat, sewa tempat latihan, biaya listrik, biaya pelatih inti sebanyak 4 orang dan asisten pelatih sejumlah 6 orang, biaya admin, dan sisanya akan disisihkan untuk membayar ongkos rias wajah saat sedang ngayah di pura.

Untuk mengajarkan anak berkebutuhan khusus seperti tunarungu, Ni Kadek Astini memiliki cara atau teknik tersendiri untuk mengajarkan mereka. Sehingga dengan kode-kode melalui bahasa isyarat yang ia gunakan dapat mampu dipahami dengan baik oleh anak didiknya.

“Untuk anak yang tunarungu memang saya punya teknik sendiri untuk melatih sehingga dari awal kita sudah mengajarkan mereka dasar-dasar gerakan tari. Karena dari guru masing-masing punya teknik dan saya punya teknik sendiri untuk mengajarkan mereka,” ujarnya.

Sebelum mengajarkan anak didiknya, terlebih dahulu ia memberikan cuplikan video tari kepada mereka terutama untuk anak tunarungu. “Jadi dia otomatis akan melihat kostumnya seperti apa. Karena jika tidak diperlihatkan terlebih dahulu, dia akan protes. Maka dari itu diperlihatkan dulu videonya seperti apa, kostumnya seperti apa,” jelasnya.

Ni Kadek Astini pun turut menjelaskan, komunikasi sangat penting untuk anak penyandang disabilitas karena tanpa komunikasi dirinya tidak bisa memberitahu pengertian bahwa kita sebagai manusia sebenarnya semua sama. “Untungnya di sanggar kami anak-anak itu lebih mengerti karena saya sudah memberikan pengertian kepada mereka bahwa kita semua itu sama dan mereka tidak pernah saya bedakan. Jadi pada saat latihan pun mereka tetap berbaur dengan yang lain. Saya pun berpesan kepada mereka untuk tetap semangat dan jangan sampai putus asa,” ujarnya.

Dedikasi untuk mengajar tari Bali tidak berhenti sampai di situ. Ni Kadek Astini pun juga menjadi guru ekstrakurikuler di beberapa sekolah yaitu di TK Maria Fatima Jembrana, TK Canang Sari Mendoyo, SD Negeri 3 Banjar Bale Agung, SD Negeri 4 Pendem, SD Negeri 3 Lelateng, dan SD Negeri 6 Dauhwaru. Bahkan ia juga membuat program mengajar gratis di panti asuhan tepatnya di Panti Asuhan Hindu Arta Kara Kumara, Jembrana. 7ol3

Komentar