nusabali

Alami Luka Serius, 6 Korban Dirujuk ke RSUP Sanglah

Polsek Blahbatuh Dalami Ledakan Kompor Jenazah dengan 9 Orang Korban

  • www.nusabali.com-alami-luka-serius-6-korban-dirujuk-ke-rsup-sanglah
  • www.nusabali.com-alami-luka-serius-6-korban-dirujuk-ke-rsup-sanglah

GIANYAR, NusaBali
Polsek Blahbatuh mendalami penyelidikan terkait dugaan penyebab ledakan tabung minyak kompor jenazah saat puncak prosesi ngaben massal di Desa Adat Selat Belega, Desa Belega, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, pada Sukra Paing Matal, Jumat (19/8) petang.

Namun polisi mengalami kesulitan mengorek keterangan dari tukang kompor jenazah, sebab mereka tak luput dari semburan api dan menjadi korban dalam musibah tersebut. Akibat mengalami luka bakar serius, enam orang korban harus dirujuk ke RSUP Sanglah, Denpasar.

Barang bukti berupa tabung minyak pemicu ledakan berikut kompor dan beberapa selang saat ini diamankan di Mapolsek Blahbatuh. Tampak tabung minyak yang dimodifikasi tersebut jebol bagian bawah.

Kapolsek Blahbatuh Kompol I Made Tama menjelaskan bahwa pasca peristiwa naas itu terjadi, kini pihaknya masih terus melakukan pemeriksaan terhadap sejumlah saksi. Sedangkan untuk tukang kompor jenazah yang meledak tersebut, akan dilakukan pemeriksaan ketika kondisinya sudah membaik.

“Lantaran tukang kompor juga menjadi korban, jadi kita tunggu sampai sehat baru akan kita akan periksa untuk dimintai keterangan di Polsek Blahbatuh,” ujar Kompol Tama, Sabtu (20/8).

Sementara jumlah korban dari petaka ini tercatat sebanyak 9 orang. Enam orang di antaranya harus dirujuk ke RSUP Sanglah, Denpasar, karena mengalami luka bakar serius. Satu korban masih menjalani perawatan di RSUD Sanjiwani Gianyar, sedangkan dua korban lagi diperbolehkan pulang.

Atas peristiwa tersebut, Kompol Tama mewanti-wanti agar masyarakat yang sedang melaksanakan ngaben massal lebih waspada. Pihaknya berharap musibah ini tidak terulang kembali. “Kita imbau agar jangan terlalu dekat dengan tempat pembakaran, dan kepada pemilik kompor mayat sebelum menggunakan kompornya harus cek dan ricek. Jangan sampai berakibat fatal. Kalau memang ada kerusakan sekecil apapun harus segera diperbaiki, jangan sampai terjadi lagi seperti yang terjadi tadi malam (Jumat malam) di Banjar Selat,” tegas Kompol Tama yang baru beberapa hari lepas tugas dari jabatan Kapolsek Ubud.

Dia juga mengimbau kepada penyelenggara ngaben, agar kalau bisa prosesi pembakaran dilakukan siang hari. Sehingga ketika terjadi kebocoran atau kerusakan komponen kompor dapat lebih mudah diketahui, ketimbang jika dilakukan pada malam hari. Berdasarkan penyelidikan awal, diduga petaka ini terjadi disebabkan karena tabung yang di dalamnya berisi solar meledak kemudian apinya mengenai para korban. “Itu baru hasil penyelidikan awal. Penyebab pastinya masih kita dalami dan nanti akan kita sampaikan lagi,” imbuhnya.

Ditemui terpisah, salah seorang korban ledakan I Gusti Nyoman Gede, 60, telah diperbolehkan pulang dari RSUD Sanjiwani Gianyar. Gusti Nyoman Gede mengungkapkan saat kejadian persis berada di samping tabung minyak. “Saya sempat mendengar suara mendesis dari tabung. Tapi waktu itu saya diam saja. Begitu meledak spontan saya melompat ke arah barat,” tuturnya.

Gusti Nyoman merasakan tangan kirinya seperti kena pukulan benda. Akibatnya, siku tangan kirinya mengalami goresan cukup dalam karena terkena komponen kompor. Saat itu, Gusti Nyoman selamat dari semburan api karena berhasil melompat jauh ke arah barat.

“Apinya menyembur ke sisi timur, di antara pepohonan. Saya lompat ke barat,” jelasnya. Dalam waktu sekejap mata, kobaran api telah menyelimuti beberapa orang di lokasi. “Sekujur tubuh berisi api, mereka lari ada warga yang nyiram pakai air, ada yang buka baju berusaha memadamkan api. Ada yang guling-guling di tanah,” kata Gusti Nyoman.

Gusti Nyoman sempat menyesali kedatangannya ke TKP. Sebab, sebelum musibah terjadi, Gusti Nyoman sudah pulang ke rumahnya bahkan sudah menanggalkan pakaian adat. Namun terbersit keinginan untuk kembali ke setra guna menyaksikan proses pembakaran petulangan sampai selesai. “Saya sudah sempat pulang, entah kenapa ingin ke setra lagi. Ingin lihat sampai selesai, tak pernah menduga akan terjadi kebakaran,” ungkapnya.

Sementara itu, Kelian Adat Selat I Wayan Suartawan mengatakan jika saat kejadian dirinya berada jauh dari TKP. Sehingga tidak melihat kejadian secara langsung. Suartawan hanya mendengar suara ledakan kemudian sejumlah warganya dilahap semburan api. Versi Suartawan, ledakan terjadi pada detik-detik terakhir prosesi pembakaran. Pembakaran dilakukan pada malam hari karena rentetan puncak ngaben massal memakan waktu lama. Hal ini karena jumlah yang ikut sebanyak 64 sawa. “Kami sudah start pukul 12.30 Wita. Sesi terakhir pembakaran baru bisa dilakukan sekitar pukul 18.30 Wita,” kata Suartawan.

Pasca musibah, Desa Adat Selat tetap melanjutkan rangkaian prosesi upacara ngaben massal sembari terus memantau kondisi 6 orang warga Banjar Selat yang menjadi korban dalam insiden tersebut.

“Jadi puncak acaranya kemarin (Jumat, 19/8), dilanjutkan dengan hari ini Nganyud ke segara Saba. Lagi tiga hari ada pecaruan untuk upacara ngabennya. Biar kelar semuanya baru nanti kami akan sangkep untuk menentukan tindak lanjut atas peristiwa ini,” ucap Suartawan.

Sementara itu, Kasubag Humas RSUP Sanglah I Dewa Ketut Kresna mengungkapkan seluruh pasien saat ini sedang menjalani tahapan menstabilkan kondisi, mengganti cairan yang hilang akibat luka bakar. Mereka dirawat di ICU Burn Unit RSUP Sanglah.

“Belum ada rencana tindakan. Saat ini masih menstabilkan kondisi pasien untuk life support dengan resusitasi cairan untuk mengganti cairan dari luka bakar,” kata Dewa Kresna, Sabtu (20/8) siang.

Sementara itu secara terpisah dokter RSUP Sanglah yang menangani para korban, Dr dr Agus Roy Rusly Hariantana Hamid SpBP-RE(K), FICS, mengungkapkan dua korban mengalami luka bakar yang cukup berat di atas 90 persen. Keduanya, Kadek Gian Permana Putra, 14, luka bakar 94 persen dan Bagus Oscar Norizon Ninu, 34, luka bakar 98 persen. Keduanya harus diisolasi karena kondisinya belum cukup stabil dan ditidurkan dengan pengaruh obat bius. “Saya belum bisa menjanjikan untuk ke depannya, kita doakan yang terbaik,” kata dr Agus di hadapan Ayu Tri, istri Bagus Oscar.

Sementara itu empat korban yang lainnya dalam keadaan sadar, kondisinya relatif lebih stabil karena mengalami luka bakar di bawah 80 persen. Meski demikian kondisi mereka juga masih naik turun. Dokter Agus mengatakan, kondisinya akan terlihat lebih jelas apabila telah melewati masa 24 jam.

“Kita sudah lakukan pembersihan luka, kita lakukan eskaroktomi, kita buka jaringan mati yang menjerat dada, tangan, dan kaki, supaya pada masa akut ini bisa bernapas dengan baik, karena kemarin benar-benar terjerat,” ujar dr Agus yang merupakan staf medis Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik RSUP Sanglah.

“Saya berterima kasih kepada Rumah Sakit Sanjiwani karena sudah memberikan penanganan yang cukup baik, bersama tim bedah plastik yang di Sanjiwani juga dalam mengirim pasien juga sudah cukup baik,” imbuhnya.  

Sebelumnya diberitakan, petaka terjadi saat prosesi pembakaran petulangan puncak ngaben massal di Desa Adat Selat Belega, Desa Belega, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, Jumat (19/8) petang. Tabung gas dari pembakaran petulangan diduga bocor hingga menyebabkan terjadinya ledakan hebat. Sedikitnya 9 orang krama dilarikan ke IGD RSUD Sanjiwani Gianyar. Satu di antaranya masih anak-anak, 3 tukang kompor, dan 5 lainnya krama setempat.

Adapun 9 korban yang terdata. Korban yang masih opname di RSUD Sanjiwani yakni Gusti Ketut Muliana, 49, kedua jari tangan melepuh. Korban yang diperbolehkan pulang Gusti Nyoman Gede, 60, siku tangan kiri luka dan Gusti Ketut Wiriantara, 38, mengalami luka bakar ringan. Sedangkan 6 korban lainnya dirujuk ke RSUP Sanglah Denpasar. Tiga orang di antaranya merupakan tukang kompor yakni I Ketut Adi Wiranata, 32, sekujur tubuhnya melepuh dan luka pada kedua tangan; I Kadek Dwi Putra Jaya, 32, mengalami luka melepuh sekujur tubuh; Bagus Oscar, 34, mengalami luka melepuh sekujur tubuh. Tiga lagi merupakan krama setempat yakni bocah I Gusti Ngurah Pradita, 11, mengalami luka melepuh pada bagian tubuh; I Kadek Gian Pramana Putra, 15, mengalami luka bakar sekujur tubuh, dan I Gusti Made Budiarta, 50, mengalami luka melepuh pada sekujur tubuh. *nvi, cr78

Komentar