nusabali

Sekaa Teruna Se-Desa Adat Bualu Sepakat Tak Buat Ogoh-ogoh

  • www.nusabali.com-sekaa-teruna-se-desa-adat-bualu-sepakat-tak-buat-ogoh-ogoh

Bendesa Adat Bualu I Wayan Mudita, mengatakan sekaa teruna menyepakati kegiatan positif sebagai pengganti, yakni persembahyangan bersama atau pasraman kilat.

MANGUPURA, NusaBali

Sekaa Teruna se-Desa Adat Bualu, Kecamatan Kuta Selatan, sepakat untuk tidak membuat ogoh-ogoh menyambut Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1944. Kesepakatan itu telah dituliskan dalam sebuah berita acara keputusan rapat Prajuru Desa Adat Bualu, tertanggal 11 Januari 2022.

Bendesa Adat Bualu I Wayan Mudita, mengatakan ada sejumlah pertimbangan yang menjadi perhatian hingga akhirnya delapan sekaa teruna banjar adat se-Desa Adat Bualu sepakat tidak melaksanakan pembuatan ataupun pawai ogoh-ogoh. Termasuk di antaranya soal rentang waktu persiapan yang terbilang mepet, biaya, serta ketentuan-ketentuan termuat dalam Surat Edaran Majelis Desa Adat (MDA) Provinsi Bali Nomor 009/SE/MDA-Prov Bali/XII/2021 tentang Pembuatan dan Pawai Ogoh-ogoh Menyambut Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1944. “Itu juga hasil duduk bersama antara sekaa teruna dan kelian banjar. Selain itu, saat ini masih situasi pandemi, jadi kami tetap menghormati dan menjaga apa yang menjadi anjuran pemerintah,” katanya, Selasa (11/1).

Selain meniadakan pembuatan ogoh-ogoh, pesangkepan yang digelar pada Minggu lalu tersebut, kata Mudita, juga menyepakati sejumlah kegiatan positif sebagai pengganti. Di antaranya seperti persembahyangan bersama ataupun pasraman kilat, dengan tetap membuat surat pemberitahuan terlebih dahulu ke prajuru Desa Adat Bualu dan Ketua Satgas Gotong Royong Covid-19 Desa Adat Bualu.

“Nanti kami dari prajuru tetap patroli memantau kegiatan masing-masing, agar tidak berkerumun melebihi apa yang sudah menjadi imbauan pemerintah. Kami di Desa Adat Bualu komitmen untuk tetap mengikuti anjuran pemerintah, kaitan upaya menekan penyebaran Covid-19. Apalagi belakangan ini di Desa Adat Bulau sudah nol kasus Covid-19. Itulah yang ingin kami jaga,” jelasnya.

Namun demikian, lanjut Mudita, lampu hijau pembuatan ogoh-ogoh yang sudah diberikan oleh pemerintah, notabene merupakan hal yang patut diapresiasi. Terlebih khususnya di Badung, pemerintah bahkan memiliki sebuah rencana pemberian stimulus senilai Rp 10 juta kepada setiap sekaa teruna yang membuat ogoh-ogoh.

Mudita pun memastikan, ketika nanti situasi perekonomian sudah pulih dan normal kembali tanpa kasus Covid-19, maka rangkaian Dresta Lango dan Dharma Santhi yang biasa dihelat saat momen perayaan tahun baru saka, akan dilaksanakan kembali. Tentunya termasuk pula pawai ogoh-ogoh yang melibatkan masing-masing banjar sebagai rangkaiannya. “Untuk tahun ini, kegiatan Dharma Santhi tetap kami laksanakan, tapi dalam skup yang kecil,” tandasnya.

Sementara, Kadis Kebudayaan Kabupaten Badung I Gde Eka Sudarwitha, membenarkan sejumlah sekaa teruna sepakat tidak membuat maupun menggelar pawai ogoh-ogoh. Namun, kata dia, bukan berarti tidak mendapatkan bantuan dana peningkatan kreativitas sekaa teruna yang dijanjikan pemerintah sebesar Rp 10 juta. Sebab, sejak awal dana ini untuk meningkatkan kreativitas generasi muda, jadi bisa diarahkan untuk kegiatan selain pembuatan ogoh-ogoh.

“Situasinya kan masih pandemi, barangkali ada banyak pertimbangan untuk tidak membuat ogoh-ogoh. Makanya bisa diarahkan untuk kegiatan yang lain,” kata Sudarwitha.

Disinggung jumlah sekaa teruna yang tidak membuat ogoh-ogoh tahun ini, seperti yang dilakukan sekaa teruna se-Desa Adat Bualu, Sudarwitha mengaku masih melakukan pendataan. “Laporan yang saya terima banyak, tapi saya masih data semua,” tandas mantan Camat Petang itu. *dar, asa

Komentar