nusabali

Ngebanyol, Siswa SMP Kocok Perut Penonton

  • www.nusabali.com-ngebanyol-siswa-smp-kocok-perut-penonton

“Jika mau jujur, semua peserta itu akan menjadi generasi pelawak Bali. Ajang ini sebagai cara untuk mengajak generasi muda mulai memakai bahasa Bali dalam komunikasi sehari-hari,”

DENPASAR, NusaBali

Ada banyak cara untuk menjadikan bahasa Bali mudah dipahami oleh anak-anak. Salah satunya dengan melucu lewat lomba mesatua banyol. Ajang seni komedi yang satu ini berhasil menarik perhatian penonton hingga mengocok perut saat digelar Sabtu (8/2) di Penggak Men Mersi, Jalan WR Supratman nomor 169 Denpasar.

Menariknya, lomba justru peserta siswa SMP. Ada sebanyak 13 kelompok siswa SMP yang kreatif mengolah satua (cerita) Bali menjadi lawakan segar dan lucu. Bermacam, cerita yang dibawakan seperti Cupak Grantang, Pan Balang Tamak, I Lutung lan I Kakua, hingga Lomba Desa, dan masih banyak lagi. Mereka guyon di atas panggung dengan bahasa yang dipahami dan pastinya kekinian. Bukan hanya itu, para lawak cilik ini tampil lihai mereka juga tampak kreatif menggunakan kostum sesuai karakter mereka.

Untuk menguatkan karakter dalam adegan, para peserta ada yang menggunakan gambelan sebagai backsound. Walau belum sempurna sekali, namun pemampilan mereka boleh dibilang cara sederhana untuk melestarikan bahasa Bali. Adi Siput, salah satu dewan juri mengatakan, penampilan anak-anak dalam pacentokan itu sudah tampil baik. Para peserta berhasil membangun kesan awal dan kesan akhir, sehingga membuat pertunjukan itu menarik. “Jika mau jujur, semua peserta itu akan menjadi generasi pelawak Bali. Ajang ini sebagai cara untuk mengajak generasi muda mulai memakai bahasa Bali dalam komunikasi sehari-hari,” ungkapnya.

Sementara Kepala Dinas Kota Denpasar I Wayan Gunawan usai membuka secara resmi mengungkapkan apresiasi terhadap ajang Parasara sebagai wujud pelestarian seni budaya. “Kegiatan ini untuk memperkenalkan bahasa Bali di kalangan milenial, sehingga tidak lupa dengan bahasa ibu,” jelasnya.

Kelian Penggak Men Mersi, Kedek Wahyudita mengatakan acara ini dilaksanakan untuk ikut memeriahkan bulan Bahasa Bali. Lomba Satua Banyol ini merupakan rangkaian dari Pekan Remaja Sadar Aksara (Parasara). "Kami memandang bahwa Bahasa Bali menjadi unsur kebudayaan yang sangat penting untuk dilestarikan, namun belakangan di sekolah bahasa Bali bahkan kini mulai dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit bahkan lebih sulit dari Bahasa Inggris," kata Wahyudita.

Usai lomba, dewan juri mengumumkan pemenang secara langsung. Juara 1 diraih SMP Wisata Sanur, Juara II diraih SMP Negeri 1 Denpasar dan Juara III diraih SMP Negeri 3 Denpasar. Selain lomba mesatua banyol, kegiatan Parasara juga akan diisi dengan workhsop belajar aksara bersama Made Taro, serta diskusi sastra bersama Komunitas Suara Saking Bali yang berlangsung, Minggu (9/2) hari ini.  *ind

Komentar