nusabali

Harapan Baru ST Tunas Muda Banjar Dukuh Mertajati di Era Samsara

  • www.nusabali.com-harapan-baru-st-tunas-muda-banjar-dukuh-mertajati-di-era-samsara

DENPASAR, NusaBali.com - ST Tunas Muda Banjar Dukuh Mertajati, Sidakarya, Denpasar Selatan, menghadirkan ogoh-ogoh dengan tema Samsara yang sarat makna.

I Wayan Pageh Wedhanta (Eponk), Ketua ST Tunas Muda, menjelaskan bahwa Samsara mengusung sebuah harapan.

"Samsara artinya reinkarnasi atau lahir kembali. Dalam konsep ogoh-ogoh ini, kami mengambil makna lahir kembali dengan penuh harapan," kata Eponk.

Tema ini dipilih melihat kejadian-kejadian yang marak terjadi seperti kekerasan, kehebohan, dan situasi politik saat ini.

"Kita telah berhasil melewati pemilihan wakil rakyat baru, sehingga ini adalah babak baru yang dapat dikaitkan dengan harapan baru," jelas Eponk.

Ogoh-ogoh ini menampilkan dua tokoh, laki-laki dan perempuan (purusa dan pradana), yang dilapisi warna putih. Warna putih melambangkan lembaran baru, dan tinta di dalamnya melambangkan tekad untuk mewujudkan harapan.

Uniknya, di bawah ogoh-ogoh ini terdapat harapan-harapan dari para seniman ST Tunas Muda untuk masa depan yang lebih baik.

Ogoh-ogoh ini juga dihiasi dengan ornamen bulan sabit yang melambangkan siklus babak baru, kepompong yang melambangkan perubahan dari buruk ke baik, dan pohon boni yang melambangkan kemakmuran.

Eponk mengungkapkan kebanggaannya atas kekompakan para anggota ST Tunas Muda dalam menyelesaikan ogoh-ogoh ini.

"Perasaan saya tentunya sangat-sangat senang dan bangga melihat rekan-rekan STT dapat kompak dalam menyelesaikan garapan ogoh-ogoh ini," ungkapnya.

Motif hitam di badan ogoh-ogoh memiliki makna penangkal hal buruk atau rwa bhineda (baik dan buruk selalu berdampingan).

Harapan-harapan dari para seniman menjadi sorotan dalam ogoh-ogoh ini, menunjukkan kepedulian mereka terhadap dunia seni ogoh-ogoh.

Banjar Dukuh Mertajati dikenal dengan penggunaan bahan unik pada ogoh-ogohnya. Tahun ini, mereka menggunakan benang tebus berwarna putih dan hitam. Benang putih melambangkan penuntun ke jalan yang lurus, sedangkan benang hitam melambangkan simbol penjaga.

Ogoh-ogoh ini menghabiskan 7-10 kg benang, dengan tinggi 4,5 meter dan biaya Rp 25 juta.

"Untuk juara atau tidaknya, kami tidak memperdulikan seberapapun penilaian. Kami sudah semaksimal mungkin dalam berkarya," tuturnya.

Tantangan dalam pembuatan ogoh-ogoh tahun ini adalah menyatukan konsep dengan ogoh-ogoh yang dibuat.

Eponk dan timnya selalu menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan dan melakukan uji coba terlebih dahulu sebelum diaplikasikan pada ogoh-ogoh.

Meskipun tidak masuk nominasi di tahun 2024, Eponk dan timnya merasa puas dan bangga dengan hasil kerja keras mereka selama 1,5 bulan dalam berkarya. *m03

Komentar