nusabali

Bhuta Lilipan: Peringatan Keras dari Banjar Singgi Sanur bagi Kejahatan terhadap Hewan

  • www.nusabali.com-bhuta-lilipan-peringatan-keras-dari-banjar-singgi-sanur-bagi-kejahatan-terhadap-hewan

DENPASAR, NusaBali.com - Di tengah kemeriahan menyambut Nyepi Tahun Baru Caka 1946, Banjar Singgi di Sanur menghadirkan ogoh-ogoh bertema Bhuta Lilipan, raksasa penjaga neraka dalam kepercayaan Hindu Bali.

Karya seni ini tak hanya indah, tetapi juga sarat makna. I Gede Githa Prema Adhitya (Githa), sang arsitek ogoh-ogoh ST Tri Cila Canthi ini ingin menyampaikan pesan penting tentang pelestarian hewan dan perlawanan terhadap perdagangan ilegal.

Githa terinspirasi dari maraknya peracunan dan pembunuhan hewan langka untuk perdagangan ilegal. Ia ingin menggambarkan Bhuta Lilipan sebagai sosok penjaga neraka yang menghukum para pelaku kejahatan terhadap hewan.

Bhuta Lilipan digambarkan dengan kepala gajah, tubuh singa, lidah beracun seperti ular, dan kuku tajam. Loreng-loreng pada tubuhnya sesuai pakem Bali agar mudah dikenali.

Ogoh-ogoh ini memiliki dua tokoh utama: Bhuta Lilipan dan atma di bawahnya. Konstruksi ekstrem menjadi tantangan tersendiri.  "Kami merancang ogoh-ogoh ini secara permanen, yang merupakan hal baru. Tentu saja, ini menjadi kerumitan tersendiri," ungkap Githa.

Meskipun demikian, semangat mereka tidak pernah padam. Ogoh-ogoh ini dibuat sejak tanggal 20 Januari dan selesai beberapa jam sebelum penilaian juri pada 17 Februari 2024. Anggota ST sempat berdebar-debar lantaran tapel ogoh-ogoh masih dalam proses pengerjaan.  

"Kami mulai membuat ogoh-ogoh sejak tanggal 20 Januari dan menyelesaikannya hanya beberapa jam sebelum penilaian. Meskipun sempat mengalami kendala, semua bisa diselesaikan dengan baik," ujar Githa dengan optimis.

Di luar malam pangerupukan dan keperluan lainnya, pembuatan ogoh-ogoh ini memakan biaya sekitar Rp 11 juta. Bagi Githa, nilai seni dan makna yang terkandung di dalamnya jauh lebih berharga.

Ia berharap ogoh-ogoh ini membawa pesan perdamaian dan kebahagiaan bagi semua. Githa juga berharap tradisi lomba ogoh-ogoh dilestarikan dan terus berkembang. "Dengan pembuatan ogoh-ogoh, kami belajar dari nol hingga selesai. Semoga tradisi ini tetap dilestarikan dan terus berkembang," pungkasnya.

Ogoh-ogoh Bhuta Lilipan di Sanur menjadi simbol perlawanan terhadap kejahatan hewan dan pengingat bagi manusia untuk menjaga kelestarian alam. Karya seni ogoh-ogoh tidak hanya menjadi hiburan semata, tetapi juga media penyampaian pesan moral dan kritik sosial.

Ogoh-ogoh Bhuta Lilipan di Sanur adalah contoh bagaimana tradisi budaya dapat dipadukan dengan isu-isu kontemporer untuk menciptakan karya yang indah dan bermakna. *m03

Komentar