nusabali

‘Semaya Baya’ dari Banjar Tengah: Kreasi Unik Puluhan Kilogram Tulang Babi

  • www.nusabali.com-semaya-baya-dari-banjar-tengah-kreasi-unik-puluhan-kilogram-tulang-babi
  • www.nusabali.com-semaya-baya-dari-banjar-tengah-kreasi-unik-puluhan-kilogram-tulang-babi

DENPASAR, NusaBali.com - Seolah tak mau kalah, ST Canti Graha Banjar Tengah, Sesetan, Denpasar Selatan turut memeriahkan Nyepi Tahun Baru Caka 1946 dengan ogoh-ogoh bertajuk ‘Semaya Baya’.

Karya ini tak hanya memukau mata, tapi juga unik karena penggunaan tulang babi sebagai salah satu materialnya.

Di bawah arahan konseptor I Gede Adi Sukra Winata dan arsitek Wah Adit, ogoh-ogoh ini berhasil meraih nominasi ke-3 terbaik di Kecamatan Denpasar Selatan.

"Kami puas dengan hasil karya ini. Ogoh-ogoh selesai tepat waktu dan prosesnya lancar," ungkap Adi.

Keunikan ogoh-ogoh ini terletak pada penggunaan tulang babi (balung) sebagai kuku, gigi, dan aksesoris di seluruh bagian.

"Kami ingin mengejar bentuk asli dan simbol kemalasan yang identik dengan alur cerita ogoh-ogoh," jelas Adi.

Puluhan kilogram tulang babi diperoleh dari pengepul daging babi. Proses pembersihannya pun menjadi tantangan tersendiri karena bau yang kuat dan adanya lemak dan ulat.

Ogoh-ogoh ini memiliki tinggi sekitar 4 meter dan lebar 3,5 meter. Tokoh utamanya adalah raksasa yang melambangkan manusia, sementara tokoh kecil di sekitarnya melambangkan pengaruh buruk yang mengikatnya.

"Pesan yang ingin disampaikan adalah jika kita bisa mengendalikan sifat buruk, maka sifat itu tidak akan membahayakan. Tapi, jika sebaliknya, kita akan dirugikan," kata Adi.

Pembuatan ogoh-ogoh ini terbilang rumit, mulai dari pembentukan anatomi, pembersihan tulang babi, hingga detail-detail lainnya.

"Ogoh-ogoh ini memiliki sistem bongkar pasang pada dua tokoh kecil untuk mesin yang menggerakkan bagian-bagian kecilnya," jelas Adi.

Pakem budaya Bali seperti agem, tandang, dan tangkis pun tak lupa ditonjolkan pada tokoh raksasa.

Biaya pembuatan ogoh-ogoh ini mencapai Rp 40 juta, belum termasuk biaya persiapan malam pangerupukan dan parade Kasanga Fest 2024 pada Jumat (1/3/2024).

Ketua ST Canti Graha, I Kadek Wahyu Saputra mengatakan, awalnya mereka tidak berniat mengikuti lomba karena jadwal yang padat. Namun, atas dorongan panitia dan anggota ST lainnya, mereka akhirnya memutuskan untuk ikut serta.

"Kami mempersiapkan segalanya dengan matang dan bertanggung jawab atas keputusan kami," kata Wahyu.

Pada tanggal 17 Februari 2024, saat penilaian, mereka menampilkan yang terbaik meski banyak anggota ST yang bertugas sebagai Kelompok Petugas Pemungutan Suara (KPPS) pada Pemilu 2024.

"Beberapa anggota bahkan begadang hingga 2-4 hari untuk membuat ogoh-ogoh ini," ungkap Wahyu.

Wahyu mengaku bangga atas penghargaan yang diraih dan berharap tradisi ini terus berlanjut dan dilestarikan.

"Semoga Tahun Caka 1946 berjalan dengan baik dan aman. Tradisi ini harus terus dilestarikan karena ogoh-ogoh menjadi bagian dari euforia yang dinantikan setiap tahun," harapnya.

Ogoh-ogoh ST Canti Graha tak hanya memukau secara visual, tetapi juga mengandung pesan moral yang mendalam tentang bahaya sifat buruk. Penggunaan tulang babi sebagai material pun menunjukkan kreativitas dan semangat para pemuda dalam melestarikan tradisi.

Semoga ogoh-ogoh ini dapat menginspirasi para pemuda lainnya untuk terus berkreasi dan melestarikan tradisi ogoh-ogoh di Bali. *m03

Komentar