nusabali

Tri Mala Paksa: Perpaduan Tradisi dan Inovasi dari Banjar Alangkajeng Menak

  • www.nusabali.com-tri-mala-paksa-perpaduan-tradisi-dan-inovasi-dari-banjar-alangkajeng-menak

DENPASAR, NusaBali.com - Semarak menyambut Hari Suci Nyepi Tahun Baru Caka 1946 terasa di Banjar Alangkajeng Menak, Denpasar Barat. Seolah tak mau kalah, ST Satria Yowana banjar ini menghadirkan ogoh-ogoh megah dengan cerita Tri Mala Paksa.

Ogoh-ogoh ini terinspirasi dari tiga kekuatan yang dapat menimpa manusia: Bhuta, Kala, dan Durga. Ketiga kekuatan ini digambarkan dalam tiga sosok raksasa yang menjulang tinggi, dengan detail yang rumit dan penuh warna.

"Kami ingin mengangkat cerita Tri Mala Paksa untuk mengingatkan manusia agar selalu waspada terhadap godaan dan kekuatan negatif," jelas Anak Agung Dharma Putra (Gung Ama), undagi ogoh-ogoh Banjar Alangkajeng Menak, Selasa (20/2/2024).

Penggunaan mesin hidrolik baru pertama kali diterapkan ST Satria Yowana. Kali ini hidrolik difungsikan pada bagian tokoh Dewi yang berwarna ungu. 

“Selain itu, bagian aksesoris/payasan ogoh-ogoh ini kami mencoba membuat dengan hiasan dari biji-bijian yakni biji jagung, ketan hitam, kacang hijau, kacang merah, cabai merah, jeruk nipis, dan biji lainnya,” ujar Gung Ama. 

Tantangan dan Harapan

Proses pembuatan ogoh-ogoh ini tentu tak mudah. Gung Ama dan timnya harus bekerja keras, mulai dari merancang desain, mencari bahan, hingga menyelesaikan konstruksi.

"Bagian tersulit adalah merancang mesin hidrolik dan memastikan ogoh-ogoh dapat bergerak dengan stabil," kata Gung Ama.

Namun, kerja keras mereka terbayar lunas. Ogoh-ogoh Tri Mala Paksa berhasil menarik perhatian banyak orang.

"Kami berharap ogoh-ogoh ini dapat memberikan makna dan edukasi bagi masyarakat, serta menjadi simbol kreativitas dan semangat pemuda di Banjar Alangkajeng Menak," ujar Gung Ama.

Salah satu anggota ST Satria Yowana, Anak Agung Anjasmara (Gung Jarot), yang terlibat dalam pembuatan mesin hidrolik, mengaku bangga dengan hasil karya mereka.

"Ini adalah pengalaman yang luar biasa. Kami belajar banyak tentang seni, teknologi, dan kerja sama tim," kata Gung Jarot.

Gung Jarot berharap ogoh-ogoh ini dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk terus berkarya dan melestarikan budaya Bali.

"Ogoh-ogoh bukan hanya tentang menakut-nakuti, tetapi juga tentang tradisi, kreativitas, dan nilai-nilai moral," tandas adik Gung Ama ini.

Kalau mesin hidrolik seperti pada umumnya menggunakan oli, sedangkan mesin hidrolik rancangan Gung Jarot menggunakan tenaga dynamo torsi. 

“Kendala yang saya hadapi dalam proses pembuatan rancangan mesin ini adalah bikin kepala pusing karena banyak hal yang harus diperhatikan dan tidak boleh sembarangan dalam menata, memasang dan menyatukan mesin pada kerangka ogoh-ogoh,” ungkap Gung jarot soal pengerjaan hidrolik yang memakan waktu hampir sebulan tersebut. *m03

Komentar