nusabali

Mendekatkan Generasi Muda dengan Prasejarah Bali

Museum Perjuangan Rakyat Bali Pamerkan Koleksi Prasejarah

  • www.nusabali.com-mendekatkan-generasi-muda-dengan-prasejarah-bali
  • www.nusabali.com-mendekatkan-generasi-muda-dengan-prasejarah-bali

Pameran ini diharapkan memberikan wawasan bagi generasi muda khususnya pelajar tentang gambaran kehidupan manusia prasejarah di Bali.

DENPASAR, NusaBali
Kehidupan masyarakat Bali hingga kini tentu tak hadir begitu saja. Ada proses yang sangat panjang yang dimulai perikehidupan manusia Bali masa lalu. Proses tersebut dapat diamati melalui benda-benda sejarah ataupun prasejarah yang ditemukan oleh para sejarawan maupun arkeolog.

UPTD Museum Perjuangan Rakyat Bali Dinas Kebudayaan Provinsi Bali mengadakan pameran ‘Manusia Prasejarah Bali’ yang memamerkan artefak-artefak yang menjadi bukti kehidupan yang ada di Bali hingga jutaan tahun yang lampau. Benda-benda purbakala yang ditampilkan pada pameran ini merupakan artefak dan ekofak koleksi Museum Manusia Prasejarah Gilimanuk, Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XV Bali-NTB, dan Museum Bali.

"Pameran ini mengusung tema Manusia Prasejarah Bali 'Purwakalaning Jana Bali', menghadirkan gambaran peristiwa kehidupan manusia prasejarah Bali, mulai dari masa berburu, masa bercocok tanam, hingga masa perundagian," jelas Kepala UPTD MPRB I Made Artana Yasa kepada NusaBali, Jumat (27/10).

Pameran berlangsung 26 Oktober - 20 November 2023 ditata berdasarkan periode perkembangan kebudayaan manusia Bali dimulai satu juta tahun lalu. Memasuki ruangan pengunjung akan melihat artefak yang berasal dari Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Sederhana yakni sekitar 1.000.000-200.000 sebelum masehi (SM).

Artefak yang dipamerkan adalah temuan alat-alat batu di Desa Sembiran dan Trunyan. Alat-alat paleolitik ini dibuat dari batuan vulkanik besar dengan batuan basalt dan vitrophir. Jenis-jenis alat ini terdiri atas kapak berimbas, kapak berimbas berpuncak, kapak berimbas pipih, proto kapak genggam, pahat genggam, batu martil, serut ujung, dan batu inti.


Berikutnya adalah Masa Berburu dan Mengumpulkan makanan Tingkat Lanjut (sekitar 200.000-3.000 SM). Bukti-bukti kehidupan manusia di Bali semakin jelas  dengan ditemukannya berbagai jenis alat di daerah perbukitan kapur di Desa Pecatu dan Nusa Penida. Di Goa Karang Boma I dan Karang Boma II ditemukan pecahan-pecahan kulit kerang dan gerabah polos, kemudian di Goa Selonding ditemukan sejumlah alat seperti sudip tulang, alat tusuk dibuat dari tanduk rusa, alat tusuk yang kedua ujungnya lancip.

Selanjutnya ditampilkan artefak pada Masa Bercocok Tanam (3.000-600 SM). Di Bali bukti-bukti dari masa ini berupa beling persegi. Beling persegi atau yang sering disebut kapak neolitik merupakan alat berbahan batu yang berpenampang alas berbentuk persegi, sisi tajamannya dibentuk miring dengan mengerjakan bagian ujungnya menjadi tipis dan tajam.


Kapak persegi atau kapak neolitik tersebar hampir di seluruh Bali seperti di Palasari, Pulukan, Bantiran, Belimbing, Kerambitan, Payangan, Ubud, Pelaga, Petang, Blahkiuh, Kesiman, Selat, Nusa Penida, dan beberapa desa di Bali utara.

Berikutnya ditampilkan masa di mana telah muncul masyarakat golongan undagi yang terampil dalam bidang tertentu. Dengan munculnya para undagi maka masa ini terkenal dengan nama masa perundagian (600 SM - 800 M). Pada waktu yang hampir bersamaan dengan masa perundagian ini, di wilayah Nusantara mendapat pengaruh atau berkembang suatu tradisi yakni tradisi megalitik muda. Unsur-unsur megalitik muda antara lain sarkofagus, kubur batu, arca nenek moyang, dan lain-lain.

Sarkofagus bahkan tersebar di sebagian besar wilayah di Bali seperti di Gilimanuk, Ambyarsari, Pangkungliplip, Manistutu, Brangbang, Pupuan, Batunya, Bantiran, Tigawasa, Poh Asem, Tegallinggah, Sidatapa, Pelaga, Petandan, Angantaka, Keramas, Bona, Tegallalang, Tamanbali, Cacang, Cekeng, Manikliyu, Selulung, Susut, Tegak, Nongan.

"Sarkofagus ditemukan tersebar hampir di seluruh Bali dalam jumlah yang relatif banyak. Kenyataan ini membuktikan bahwa tradisi penguburan menggunakan sarkofagus berkembang pesat di Bali," jelas Artana Yasa.


Masa ini juga menunjukkan kemajuan sangat pesat dengan adanya benda-benda dari perunggu yang dibuat dengan teknik melebur biji-biji logam dan dicor menjadi bentuk peralatan rumah tangga, senjata tajam seperti: kapak, ujung tombak, perhiasan diri gelang tangan, gelang kaki, anting-anting, kalung, cincin, periuk dan yang paling menarik adalah nekara yang ditemukan dan kini disimpan di Pura Penataran Sasih Pejeng yang dikenal dengan Bulan Pejeng.

Masa perundagian berlangsung cukup lama dan terjadi jauh sebelum datangnya pengaruh agama Hindu dan Budha, sehingga masa ini disebut juga masa prasejarah atau masa praaksara atau sering kali disebut masa pra-Hindu yaitu suatu masa ketika berlangsungnya kehidupan masyarakat yang belum mengenal tulisan untuk mencatat atau menuliskan segala peristiwa yang dialaminya.

"Masa perundagian menghasilkan kebudayaan bernilai tinggi karena dijiwai oleh konsepsi alam pikiran yang hidup di dalam hidup masyarakat pada waktu itu," kata Artana Yasa.

Dasar-dasar kehidupan ini akhirnya, ujarnya, mengantarkan masyarakat Bali memasuki masa sejarahnya pada abad VIII dengan ditemukannya stupika-stupika dan tablet tanah liat di Pejeng, di Pura Pegulingan Basang Ambu Gianyar dan Kalibukbuk Buleleng.

Menurut Artana Yasa pengenalan tentang manusia prasejarah penting dilakukan untuk menyimak kembali upaya manusia prasejarah dalam bertahan hidup serta mencermati berbagai perkembangan tingkat peradaban yang dihasilkannya. "Pameran ini diharapkan memberikan wawasan bagi generasi muda khususnya pelajar tentang gambaran kehidupan manusia prasejarah di Bali, tidak saja dari perspektif perkembangan teknologi dan budaya dari masa ke masa, namun juga gambaran perjuangan manusia prasejarah dalam meningkatkan kualitas kehidupannya," tandasnya.7cr78

Komentar