nusabali

ST Mascitta Bhuwana Tampilkan 'Ajian Paksa Bhairawa'

  • www.nusabali.com-st-mascitta-bhuwana-tampilkan-ajian-paksa-bhairawa

DENPASAR, NusaBali.com - Jika sekaa teruna seolah jor-joran menganggarkan budget ogoh-ogoh puluhan juta hingga kisaran Rp 100 juta, tidak halnya dengan ST Mascitta Bhuwana. Tapi walaupun budget ‘hanya’ Rp 15 juta, sekaa teruna dari Banjar Kayumas Kaja, Kelurahan Dangin Puri, Denpasar Timur ini tetap mampu menampilkan karya apik ‘Ajian Paksa Bhairawa.’

“Terbatasnya budget tidak menjadikan halangan kami untuk tetap berkarya menyambut Tahun Baru Saka 1945,” kata I Gede Yowana Ariwangsa, undagi Banjar Kayumas Kaja, Selasa (14/3/2023).

Yowana dipercaya menjadi undagi Banjar setempat sejak 2019. Saat itu ia melahirkan karya Taksu Legong yang bertemakan gugurnya Prabu Lasem. Dan di tahun 2023 ini mengambil tema Ajian Paksa Bhairawa. 

Tema ‘seram’ ini seolah melanjutkan ciri khas ogoh-ogoh ST Mascitta Bhuwana sebelumnya.

“Konsep ogoh-ogoh ini terinsipirasi karya ogoh-ogoh mini yang sudah saya buat. Selain itu ada masukan dari senior agar menggarap ogoh-ogoh berisikan bangkai-bangkai (mayat),” ungkap Yowana. 

Singkat cerita Ajian Paksa Bhairawa ini merupakan sebuah ajian yang dianugerahkan Dewi Durga kepada Empu Barang, di mana Kerajaan Medang Kemulan, sang  raja melarang rakyatnya untuk mengkremasi jenasah. Ketika Empu Barang melewati setra (kuburan Medang Kemulan), ia mendengar dan melihat jeritan para arwah yang belum disucikan karena belum dikremasi.

Hal ini membuat Empu Barang melakukan tapa yoga semedi dan mendapatkan anugerah dari Dewi Durga berupa Ajian Paksa Bhairawa yang dapat memakan mayat.

Setelah mendapatkan anugerah, Empu Barang lalu pergi ke setra untuk memakan mayat dengan tujuan untuk menyucikan para arwah-arwah yang belum dikremasi. 

Melihat kejadian itu, raja pun beranggapan Empu Barang berbuat onar di Medang Kemulan, sehingga mengutus para patih dan prajurit untuk menangkap dan membunuh Empu Barang.

Tak ayal terjadilah peperangan yang dahsyat. Empu Barang murka dan menunjukkan wujud seramnya sehingga para patih dan prajurit meminta maaf dengan kejadian itu dan Empu Barang pun mengalah lalu moksa. 

Dalam proses pengerjaan ogoh-ogoh ini, bagian paling rumit adalah proses pembuatan tapel dan penyetelan mesin. Awalnya, anggaran dipatok Rp 7 juta, namun membengkah hingga Rp 15 juta. Walaupun membengkak, budget ogoh-ogoh ini masih jauh di bawah competitor yang mayoritas menghabiskan puluhan juta rupiah.

Dengan tinggi 4,5 meter dan aksesoris yang sederhana terbuat dari kulit buluan (buah rambutan), rotan/penyalin yang digulung dan kardus yang dibentuk tengkorak untuk bagian kalung. 

Dalam pengecatan menggunakan cat air dikarenakan jika menggunakan cat minyak akan banyak menghabiskan tiner,  di samping itu yowana juga ingin mengejar warna gelap sehingga menggunakan cat air. *m03


Berita ini merupakan hasil liputan Ngurah Arya Dinata, mahasiswa Praktek Kerja Lapangan di NusaBali.com


Komentar