nusabali

Lomba Bulan Bahasa Bali Desa Adat Culik Tanpa Penonton

  • www.nusabali.com-lomba-bulan-bahasa-bali-desa-adat-culik-tanpa-penonton

AMLAPURA, NusaBali
Desa Adat Culik, Kecamatan Abang, Karangasem tetap menggelar perayaan Bulan Bahasa Bali IV Tahun 2022 meski masih pandemi Covid-19.

Lomba Bulan Bahasa Bali dilaksanakan di Wantilan Pura Puseh, Banjar Amerta Sari, Desa Culik, Kecamatan Abang, Karangasem, Selasa (8/2). Peserta wajib disiplin protokol kesehatan dan lomba tanpa penonton.

Ketua Panitia Bulan Bahasa Bali Desa Adat Culik, I Wayan Jaya, mengatakan ada tiga lomba yakni masatua Bali tingkat PKK, ngewacen aksara Bali tingkat teruna (remaja putra), dan ngewacen aksara Bali teruni (remaja putri). Lomba masatua Bali dimenangkan Ni Luh Sridanti dari Banjar Lebah, juara II Ni Nengah Septiari dari Banjar Kangkang, dan juara III Ni Kadek Eka Juniati dari Banjar Amerta Sari. Ngewacen aksara Bali putra dimenangkan I Ketut Sumerta dari Banjar Babakan, juara II I Komang Saputra dari Banjar Seloni, dan juara III I Kadek Adi Sudiarsana dari Banjar Amed.

Lomba ngewacen aksara Bali putri dimenangkan Ni Komang Anik Arniati dari Banjar Kangkang, juara II Ida Ayu Wayan Andriani dari Banjar Geria, dan juara III Ni Ketut Ayu Septiani dari Banjar Amed. Wayan Jaya mengatakan, Bulan Bahasa Bali dilaksanakan setelah berkoordinasi dengan Bendesa Adat Culik I Nyoman Alit Biantara. Sepakat menggelar lomba dengan peserta terbatas, tanpa penonton, dan menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Wayan Jaya mengatakan, lomba virtual kurang gereget. “Lebih baik langsung walau tanpa penonton,” jelas Kasek SDN 3 Culik, Kecamatan Abang ini.

Sementara dewan juri, Ida Nyoman Sugata mengatakan, masatua Bali mesti dengan ekspresi, intonasi kalimat dan bahasanya sesuai sor singgih. “Akan ketahuan jika ibu PKK jarang masatua Bali, dari tutur bahasanya kurang lancar,” jelas Ketua Widya Sabha Karangasem ini. Menurut Ida Nyoman Sugata, ekspresi sangat penting untuk menjiwai karakter tokoh sehingga pendengar terlena dan larut dalam cerita tersebut. “Biasakanlah masatua Bali agar generasi muda memahami budaya bertutur yang telah diwarisi turun temurun,” ungkap seniman dalang wayang kulit ini. *k16

Komentar