nusabali

Sebelum Pensiun, Ciptakan 2 Lagu dan 2 Tarian untuk Institusi Kepolisian

AKBP I Gede Ganefo, Mantan Kabag Ops Polresta Denpasar yang Kini Bertugas di Itwasda Polda Bali

  • www.nusabali.com-sebelum-pensiun-ciptakan-2-lagu-dan-2-tarian-untuk-institusi-kepolisian

Tari Jaya Anusa Pertiwi dan lagu berjudul ‘Garudaku Garudamu’ diciptakan AKBP Gede Ganefo setelah jajaran Polresta Denpasar beberapa kali mengamankan aksi demo segelintir mahasiswa asal Papua yang kuliah di Bali

DENPASAR, NusaBali
Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) I Gede Ganefo, 58, termasuk salah satu anggota Polri yang memiliki prestasi khusus. Sebelum pensiun dari dinas kepolisian, perwira dengan jabatan terakhir Parik 3 Itbid 2 Itwasda Polda Bali ini menciptakan dua lagu dan dua tarian untuk institusi kepolisian, salah satu lagu berjudul ‘Garudaku Garudamu’.

Lagu ‘Garudaku Garudamu’ ciptaan AKBP Gede Ganefo sudah dilaunching oleh Polresta Denpasar di Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana (GWK) kawasan, Desa Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan, Badung, Senin (29/11) malam pukul 19.40 Wita. Launcing dilakukan hanya dua hari sebelum AKBP Gede Ganefo pensiun dari dinas kepolisian, 1 Desember 2021.

Sementara satu lagu ciptaan AKBP Gede Ganefo lainnya dengan judul ‘Papua Ring Hati’, kini masih dalam proses dan segera akan dilaunching. Sedangkan dua tarian untuk institusi Polri yang dicipatakan perwira melati dua di pundak asal Banjar Taman, Desa Kayuputih, Kecamatan Banjar, Buleleng ini masing-masing Tari Jaya Anusa Pertiwi dan Tari Kreasi Satya Bhayangkara. Ide lahirnya Tari Jaya Anusa Pertiwi muncul bersamaan dengan lagu Garudaku Garudamu dan Papua Ring Hati.

Tari Jaya Anusa Pertiwi bahkan sudah pernah dipentaskan di beberapa tempat, termasuk dalam ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) XLIII 2021 lalu. Pementasan Tari Jaya Anusa Pertiwi tersebut merupakan pentas kolaborasi antara Polwan Polresta Denpasar dan mahasiswa Papua.

Sebaliknya, Tari Kreasi Satya Bhayangkara juga sudah pernah dipentaskan di beberapa tempat. Lahirnya Tari Kreasi Satya Bhayangkara ini terinspirasi dari Tari Sekar Jempiring, yang merupakan tarian maskot Kota Denpasar dan Tari Sekar Jepun yang merupakan tarian maskot Kabupaten Badung.

Menurut Gede Ganefo, Tari Kreasi Satya Bhayangkara saat ini juga sudah jadi tarian maskot Polresta Denpasar. “Dengan lahirnya tarian tersebut, maka Polresta Denpasar menjadi satu-satunya Polres di wilayah hukum Polda Bali yang memiliki tarian maskot,” jelas Gede Ganefo kepada NusaBali di Denpasar, Selasa (1/12) siang.

Gede Ganefo mengisahkan, 2 tarian dan 2 lagu tersebut diciptakan saat dirinya masih bertugas sebagai Kabag Ops Polresta Denpasar. Sebetulnya, ada 6 lagu lagi hasil karya perwira Polri kelahiran 13 November 1963 ini. Keenam lagu yang dirahasiakan judulnya itu hanya digunakan untuk memotivasi anggotanya dalam bertugas.

Khusus untuk Tari Kreasi Satya Bhayangkara yang kini menjadi tarian maskot Polresta Denpasar, kata Gede Ganefo, gerak dan tarinya menggambarkan eksistensi Polri sebagai pelayan, pelindung, dan penegakan hukum. Disebutkan, seni termasuk tarian juga merupakan alat komunikasi yang mengandung nilai-nilai estietika, keindahan, dan budaya.

"Saya melahirkan karya-karya ini dengan keyakinan saja. Saya yakin pasti bisa, walaupun masih jauh dari kesempurnaan. Paling tidak, saya bisa menunjukkan kepada masyarakat bahwa polisi itu humanis," tandas ayah empat anak dari pernikahannya dengan Ni Ketut Asrini ini.

Menurut Gede Ganefo, Tari Jaya Anusa Pertiwi dan lagu berjudul Garudaku Garudamu ide awalnya adalah dari Kapolresta Denpasar, Kombes Pol Jansen Avitus Panjaitan. Ide itu muncul setelah beberapa kali Polresta Denpasar mengamankan aksi demonstrasi yang digelar segelintir mahasiswa asal Papua yang kuliah di Bali. Hasil pengamatan di lapangan, segelintir mahasiswa asal Papua itu menuntut kebebasan untuk menentukan nasib sendiri.

"Setelah beberapa kali mengamankan demonstrasi mahasiswa asal Papua saat saya masih menjadi Kabag Ops Polresta Denpasar, saya berbincang dengan Bapak Kapolresta. Beliau (Kombes Jansen) tanya kepada saya, bisa nggak buat tari-tarian kolaborasi antara Papua dengan Bali? Saya jawab bisa," kenang mantan Kapolsek Kuta Selatan, Kapolsek Kuta, dan Kapolsek Denpasar Selatan ini.

Selain mengaku sanggup untuk membuatkan tarian, Gede Ganefo saat itu juga menawarkan diri untuk membuatkan lagu berbahasa Indonesia dan Bahasa Bali. Lahirlah kemudian lagu Papua Ring Hati dan Garudaku Garudamu, selain Tari Jaya Anusa Pertiwi. "Ketiganya menggambarkan perpaduan budaya Bali dan Papua, yang mencerminkan budaya nusantara: berbeda-beda tetapi tetap dalam bingkai NKRI," terang Gede Ganefo, yang masuk dinas kepolisian melalui Pendidikan Seba Milsuk IV (1985/1986).

Gede Ganefo mengatakan, ketiga karyanya itu mengandung pesan persatuan dan kesatuan. Itu dilandasi besarnya rasa cinta dan bangga terhadap tanah air serta tak ingin NKRI tergoyahkan oleh kelompok-kelompok separatis yang, menghembuskan isu-isu politik murahan untuk memecah belah bangsa Indonesia.

"Melalui karya seni ini, kami ingin menunjukkan kepada kelompok yang mengganggu persatuan dan kesatuan NKRI, serta kepada dunia bahwa masyarakat Indonesia menjunjung tinggi kebhinekaan, saling asah, asih, dan asuh. Kami buktikan itu lewat tarian dan berkolaborasi dengan mahasiswa asal Papua yang kuliah di Bali," beber Gede Ganefo.

Gede Ganefo sendiri lahir dan dibesarkan di lingkunan keluarga sederhana di Banjar Taman, Desa Kayuputih, Kecamatan Banjar, Buleleng. Dia merupakan anak bungsu dari delapan bersaudara. Pendidikan formal terakhirnya ditempuh di STM Denpasar (tamat tahun 1982).

Menurut Gede Ganefo, sejak remaja dirinya sudah suka seni tetabuhan (megambel) dan drama gong. Dia pernah pentas ke beberapa desa di Buleleng. Kecintaannya terhadap seni terus terbawanya sampai menjadi anggota Polri. “Di mana pun saya bertugas, saya selalu mengembangkan seni yang inovatif dan inspiratif,” katanya.

Gede Ganefo resmi pensiun dari dinas kepolisian, 1 Desember 2021. Pasca pensiun sebagai anggota Polri, dia belum memikirkan untuk konsentrasi ke dunia seni atau apa. Baginya karya yang dihasilkan saat ini tak terlepas dari petunjuk dan bimbingan pimpinan.

"Kita lihat nanti. Yang penting, saya akan berusaha terus berkarya. Se-lama ini, menulis lirik lagu itu kadang muncul secara spontan," kata ayah dari Drg Putu Krisna Daratama, Made Yuni Dwi Darayanthi SFam Apt, Nyoman Angga Tri Darayanthi (masih kuliah), dan Ketut Sukma Galang Devaniswara (masih kuliah) ini. *pol

Komentar