nusabali

Desa Tegal Harum Gelar Pacaruan Pasca Tragedi Penebasan di Monang-Maning

  • www.nusabali.com-desa-tegal-harum-gelar-pacaruan-pasca-tragedi-penebasan-di-monang-maning

DENPASAR, NusaBali.com – Desa Tegal Harum akan menggelar pacaruan terkait tragedi pembunuhan yang menelan korban jiwa I Gede Budiarsana (34) pada Jumat (23/7/2021) di Jalan Gunung Patuha, Desa Tegal Harum, Kota Denpasar.

Perbekel Tegal Harum I Komang Adi Widiantara, mengatakan akan melaksanakan upacara pacaruan pada Kamis (29/7/2021). “Perangkat Banjar Sanga Agung sebelumnya telah menghadap ke desa dinas, terkait pelaksanaan upacara pacaruan tersebut,” ujarnya, Selasa (27/7/2021) pagi.

Pelaksanaan pacaruan sepenuhnya akan diserahkan kepada pihak Banjar Sanga Agung, yang dipimpin oleh I Gusti Nyoman Sukra sebagai Kelian Banjar Sanga Agung. “Prosedur lebih lengkap akan ditentukan oleh banjar terkait, dari desa dinas hanya mendukung lewat punia saja,” ujar Perbekel Tegal Harum I Komang Adi Widiantara.

I Komang Adi Widiantara pun menambahkan bahwa upacara pacaruan tersebut, pada awalnya direncanakan akan digelar pada Sabtu (24/7/2021) yang lalu. “Karena sesuatu hal, maka diundur menjadi tanggal 29 Juli 2021, dan nanti akan menggelar upacara caru panca sanak,” ujarnya.

Upacara caru panca sanak, menurut kepercayaan umat Hindu di Bali merupakan upacara yang bertujuan untuk menetralisir suatu wilayah, dan mengharmonisasikan Bhuta Kala yang ada di wilayah tersebut. Demi mewujudkan kondisi yang normal kembali, dan demi mencegah serta menghindari datangnya leteh (sial) di kemudian hari.

Leteh menurut kepercayaan masyarakat Hindu di Bali, merupakan suatu kondisi di mana sesuatu hal dikatakan sudah tidak bersih atau ternodai secara niskala. Leteh pun identik dengan kata sial, atau hal yang membawa ketidakberuntungan. Leteh desa pun dapat terjadi apabila, di suatu wilayah desa telah terjadi tragedi atau sesuatu yang tidak diinginkan dan dapat menyebabkan desa tersebut kotor secara niskala. 

Perbekel Tegal Harum pun lebih lanjut menambahkan bahwa, dengan adanya tragedi tersebut, sejumlah warga merasa cemas dan khawatir. Untuk mengantisipasi hal tersebut, perangkat desa bersama Babinsa dan Bhabinkamtibmas desa setempat melaksanakan patroli pada malam hari, untuk meninjau keadaan dan keamanan desa. 

“Biasanya kecemasan akan berlalu setelah 3 atau 4 hari setelah tragedi berlangsung, bahkan ada penjual pisang yang ada di tragedi TKP tutup hingga saat ini karena mengalami kekhawatiran akan tragedi yang sama terulang dalam waktu dekat,” tambahnya.

Perbekel Tegal Harum I Komang Adi Widiantara pun berharap agar tragedi kekerasan yang telah terjadi, tidak terulang kembali. “Perangkat desa, beserta petugas keamanan yang terdiri dari Babinsa dan Bhabinkamtibnas akan secara berkelanjutan berusaha mengamankan wilayah, terutama wilayah Desa Tegal Harum,” tutupnya. *rma

Komentar