nusabali

Sangat Terdampak Pandemi, Minta Pembukaan Pariwisata Bali Tak Ditunda Lagi

Dari Acara Tatap Muka Komponen Masyarakat Kuta dengan Menparekraf RI, Sandiaga Uno

  • www.nusabali.com-sangat-terdampak-pandemi-minta-pembukaan-pariwisata-bali-tak-ditunda-lagi

Sebagai daerah tujuan wisata, masyarakat Kuta mengaku sangat menderita akibat pandemi Covid-19, pariwisata merupakan penghidupan utama masyarakat Kuta.

DENPASAR, NusaBali

Warga Kuta yang terdiri atas komponen adat, dinas, pengusaha/pelaku pariwisata dan masyarakat umum ‘mengadu’ kepada Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno. Mereka meminta agar wisatawan mancanegara, yakni open border dibuka, sehingga pariwisata Bali bisa menggeliat kembali. Sebagai daerah tujuan wisata, masyarakat Kuta mengaku sangat menderita akibat pandemi Covid-19. Pariwisata merupakan penghidupan masyarakat Kuta, tidak ada yang lain.

‘Curhat’ warga Kuta tersebut disampaikan dalam tatap muka antara komponen masyarakat Kuta dengan Menteri Sandiaga Uno, Sabtu (12/6) sore hingga malam di Legian Beach Hotel, Kuta. Bendesa Alit Majelis Desa Adat Kecamatan Kuta, I Wayan Wasista, mengatakan sebagai daerah tujuan wisata di Bali, masyarakat Kuta sangat merasakan dampak berat pandemi Covid-19 yang telah berlangsung 1,5 tahun.

“Dulu kita saksikan bersama bagaimana hiruk pikuknya pariwisata Kuta  dengan pantainya dari Kedonganan, Legian, Seminyak bahkan sampai di Canggu. Namun akibat pandemi ini kami sangat terpuruk,” ujar Wasista yang juga merupakan Bendesa Adat Kuta ini. Disampaikan Wasista, akibat pandemi tersebut, untuk kebutuhan makan sehari-hari masyarakat Kuta sangat sulit. Apalagi untuk memenuhi kebutuhan lainnya, jelas tidak mungkin dipenuhi warga.

Selama setahun lebih sejak pandemi, desa adat mengajak para pelaku pariwisata di Kuta, di antaranya pemilik hotel, mall dan lainnya bareng-bareng membantu masyarakat. “Sehingga masyarakat kami bisa bertahan,”  ucap Wasista.

Kemudian masing-masing desa adat di Kecamatan Kuta, juga sudah pula memberikan bantuan sembako kepada warganya. Desa-desa adat di Kecamatan Kuta tersebut adalah Desa Adat Kuta, Desa Adat Legian, Desa Adat Seminyak, Desa Adat Tuban, Desa Adat Kelan dan Desa Adat Kedonganan. “Semuanya untuk meringankan beban hidup masyarakat,”  ucap Wasista.

Khusus di Desa Adat Kuta, sebanyak 5 kali bantuan sembako yang telah diberikan kepada warga, sampai menghabiskan Rp 5 miliar. Di pihak lain pemasukan tidak ada lagi. “Sedang pengeluaran sudah pasti,” ujarnya. Wasista menambahkan masyarakat tidak ingin kesulitan yang dihadapi masyarakat terus berlarut-larut. Dia pun berharap bording internasional segera dibuka. Apalagi kasus pandemi di Kuta sudah jauh menurun. “Barangkali itu sebagai pertimbangan untuk membuka pariwisata internasional, sehingga masyarakat kami bisa mengais rejeki kembali,” ucapnya.

Hal senada disampaikan Bendesa Adat Tuban, Agus Suyasa. Dia meminta Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai dibuka. Walaupun belum ada wisatawan, namun pembukaan tersebut akan memberi dampak psikologis kepada warganya yang banyak bekerja di bandara, seperti sopir taksi. Agus Suyasa, menuturkan pihak Desa Adat Tuban sudah memberikan 11 kali bantuan sembako kepada warganya yang menderita akibat pandemi Covid-19.

Sementara Camat Kuta, I Nyoman Rudiarta memaparkan capaian vaksinasi di Kecamatan Kuta sudah mencapai 92,7 persen atau 38.138 orang. Sedang yang belum divaksin 2.394 orang. Menurut Rudiarta, capaian tersebut merupakan buah koordinasi dan sinergi semua pihak, masyarakat, pelaku usaha, pemerintah dan TNI/Polri.

Terkait itu dia berharap ada kepastian travel corridor yang akan dilaksanakan. Selain itu, kata Camat Rudiarta masyarakat berharap adanya kemudahan dan ruang untuk aktivitas UMKM, karena kondisi (pandemi) sudah menurun dan vaksinasi dengan capaian cukup tinggi. Terkait hal tersebut, Menparekraf Sandiaga Uno menyatakan langkah-langkah kesiapan pembukaan pariwisata Bali terus dilakukan berdasarkan arahan dari Pemerintah.

“Dan pesan khusus kepada saya dari Presiden Jokowi, berkaitan dengan penyiapan pembukaan Bali,” ujarnya. Dikatakan Sandiaga Uno berkaitan dengan pra kondisi pembukaan Bali, pertama tentu pandemi terkendali. ”Kami sangat mengapresiasi bahwa seluruh zona di Provinsi Bali, terutama zona padat penduduk maupun untuk pariwisata sudah berhasil menekan penularan pada level di bawah 100 sejak 22 Mei,” ujarnya.

Hal ini kata Menparkeraf Sandiaga Uno harus terus dipertahankan, sebagai salah satu pra kondisi. Yang kedua tentang Kabupaten Badung yang gencar dan massif melaksanakan vaksinasi. Harapannya di akhir Juli, sebelum keputusan pembukaan Bali, target (vaksinasi) bisa dicapai. ”Sehingga bisa kita temui imunitas komunal,” ujarnya.

Selanjutnya sertifikasi CHSE. Dikatakan CHSE merupakan branding Indonesia. “Targetnya akan terus kita tingkatkan. Tahun lalu lebih dari 1.000 yang tersertifikasi di Bali. Tahun ini akan ditambah 1.200,” ujarnya. Tambahannya untuk destinasi wisata dan sentra ekonomi kreatif. Dikatakan Sandiaga Uno, hal ini menjadi pra kondisi yang sangat strategis dalam penyiapan pembukaan Bali. Selanjutnya kesiapan destinasi dan zona aman berwisata dan rute aman berwisata.

Pihaknya kata Sandiaga sedang menyusun grand design pengelolaan zona ini dan sedang difinalkan. Targetnya agar bisa dirampungkan sebelum Presiden Jokowi mengeluarkan keputusan yang sangat ditunggu-tunggu oleh  masyarakat.

Sandiaga Uno menyatakan pihaknya tidak ingin berlama-lama. Namun ingin gercep (gerak cepat), geber (gerak bersama) dan gaspot (garap semua potensi) yang ada di Kecamatan Kuta. “Untuk segera bangkit dan pulih. Saya yakin bapak dan ibu setuju. Work from Bali baik. Wisatawan nusantara baik. Tetapi tetap wisatawan mancanegara yang ditunggu,” katanya. “Tidak bisa pemerintah bekerja sendiri, harus ada bantuan dari para pemangku kepentingan, dunia usaha, pelaku UMKM, institusi pendidikan, komunitas masyarakat media dan pengamat publik,” ujarnya.

Terpisah Wakil Ketua Komisi VI DPR RI, Gde Sumarjaya Linggih alias Demer dalam rilisnya yang diterima NusaBali, Sabtu kemarin menyambut baik rencana pembukaan pariwisata Bali untuk wisatawan mancanegara Juli mendatang. "Semakin cepat, semakin baik," ujar Demer.

Menurut Demer masyarakat Bali yang selama ini sangat bergantung dari sektor pariwisata mengalami pukulan yang sangat berat. Pada triwulan II tahun 2020 perekonomian Bali terkontraksi hingga minus 10,98 %. Bali mengalami kerugian sekitar Rp 9,7 triliun setiap bulan dari sektor pariwisata saja.

Berdasarkan data Dinas Tenaga Kerja dan Sumber Daya Mineral Provinsi Bali, per 25 Mei 2020, sebanyak 71.313 tenaga kerja sektor formal di-PHK dan 2.570 orang kehilangan pekerjaan. Namun demikian, menurut Demer, seluruh komponen pariwisata Bali harus tetap beradaptasi dengan kebiasaan baru di tengah pandemi Covid-19 kalau nanti dilakukan pembukaan pariwisata Bali.

"Jangan sampai eforia pembukaan pariwisata Bali untuk wisman membuat kita lupa, bahwa keadaan sekarang berbeda dengan keadaan normal. Kita masih di bawah bayang-bayang Covid-19," tutur politisi asal Desa Tajun, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng ini. Dia juga meminta kepada Pemprov Bali agar membuat semacam petunjuk pelaksanaan atau pedoman yang baku bagi industri pariwisata tentang protokol kesehatan Covid-19. *k17, nat

Komentar