nusabali

Kuta Bak Kota Mati, Segelintir Toko Kerajinan Nekat Tetap Buka

  • www.nusabali.com-kuta-bak-kota-mati-segelintir-toko-kerajinan-nekat-tetap-buka

MANGUPURA, NusaBali.com - Selama pandemi Covid-19 kawasan wisata Kuta nyaris bak kota hantu. Hampir seluruh pedagang atau pengusaha memutuskan untuk menutup tempat usahanya di sana.

Termasuk toko kerajinan yang biasanya menjajakan aneka souvenir kepada para wisatawan. Namun demikian, tetap saja terdapat segelintir toko yang nekat tetap membuka usahanya demi meraih rezeki.

Salah satunya adalah sebuah artshop yang berada di Jalan Pantai Kuta, yang nekat membuka toko karena masih berharap ada pembeli yang mampir ke artshopnya. Komang Sudarmi pemilik artshop yang menjual lukisan tersebut ditemui di tempat usahanya Central Art Painting, Kamis (27/5/2021), menyebutkan dirinya nekat membuka toko lukisannya karena masih berharap ada pembeli yang memesan lukisannya.

“Untuk apa tutup? Supaya kelihatan masih ada usaha, siapa tahu ada pembeli yang kebetulan lewat dan tertarik dengan lukisan saya,” jawabnya.  Dirinya mengaku sama sekali tidak pernah menutup tokonya selama masa pandemi Covid-19. “Dari awal (pandemi) saya tidak pernah menutup toko,” ungkapnya.

Meski selama tahun 2021 ini dirinya belum sama sekali berhasil menjual lukisannya, itu tidak mematahkan semangatnya untuk tetap membuka artshopnya. “Semenjak tahun baru ini saya sama sekali belum ada jual lukisan, karena itu juga saya tetap buka, untuk cari garus lah,” ungkapnya.

Dirinya mengaku terakhir berhasil menjual lukisan ketika pelanggannya dari Jepang memesan lukisan sebanyak 50 lembar pada bulan November 2020. “Itu langganan saya dari dulu. Di sana (Jepang) nanti dia jual lagi,” katanya sembari menyebutkan rata-rata harga lukisannya sebesar Rp 500.000.

“Customer saya sebelum pandemi itu 60 persennya tamu asing, sisanya baru lokal,” tambah perempuan asal Blahbatuh, Gianyar tersebut.

Sudarmi pun menuturkan sebelum adanya pandemi Covid-19  dirinya mempekerjakan beberapa pelukis, termasuk dari Jawa Timur dan Jawa Tengah. Namun, karena sepi pembeli seperti saat ini pelukis-pelukis tersebut terpaksa dipulangkan.  

Sementara itu di tempat terpisah, Imam Wahyudi, pemilik toko kerajinan dan aksesoris Imam-Maria Shop yang berlokasi di Jalan Melasti, Legian, Kuta menyebut dirinya tetap membuka usaha karena merasa yakin masih ada pembeli yang akan mampir ke tokonya.

“Tempat usaha saya ada di pinggir jalan besar, peluangnya untuk dilihat pembeli lebih ada. Coba di dalam seperti Poppies (Gang Poppies, Kuta) siapa yang lewat ke sana, itu kan tempat orang menuju ke penginapannya,” demikian ujar pria 27 tahun yang juga mengaku tidak pernah menutup tokonya selama pandemi Covid-19, kecuali di masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Imam menambahkan sebelum pandemi dalam sehari rata-rata dirinya berhasil meraup Rp 3 juta.  “Sekarang paling hanya Rp 100.000, kadang juga kurang,” ujarnya.

Dirinya pun menuturkan bahwa sebelum pandemi Covid-19 memiliki dua orang karyawan, namun sekarang Imam hanya dibantu oleh orangtuanya saja. “Dulu ada dua orang karyawan tapi sekarang sendiri saja dibantu orang tua,” ungkapnya sembari menyebut usahanya dirintis oleh orangtuanya sejak 1993.

Meski pendapatan usahanya turun drastis, Imam mengaku masih memiliki penghasilan lainnya dari invetasi dan usaha kos-kosan. “Di sini sekarang menjadi pendapatan tambahan saja, saya juga ada penghasilan dari investasi juga ada kos-kosan,” ujar pria asal Madura yang tinggal di Kuta ini.

Pantauan NusaBali.com di seputaran tempat wisata Pantai Kuta memang menunjukkan Kuta layaknya seperti kota tak bertuan. Hampir seluruh tempat usaha terlihat tutup. Di sepanjang Jalan Pantai Kuta, Jalan Melasti, dan Jalan Legian, sangat jarang terjadi aktivitas, meskipun juga terlihat segelintir toko souvenir masih buka.

Dan jika masuk lebih ke dalam di kawasan Kuta, seperti Gang Poppies, tidak ada satu pun toko atau tempat usaha yang terlihat masih buka di sana. Padahal sebelumnya tempat tersebut hampir tidak pernah tidur alias hampir 24 jam ramai oleh aktivitas wisatawan. *ad

Komentar