nusabali

Lesat, Sehat, dan Potensial Ekspor

Gula Semut di Desa Besan, Dawan, Klungkung

  • www.nusabali.com-lesat-sehat-dan-potensial-ekspor

SEMARAPURA, NusaBali
Desa Besan, Kecamatan Dawan, salah satu desa di Kabupaten Klungkung, berhawa adem dan bernoram indah.

Desa ini pun layak dikembangkan menjadi desa wisata. Tak hanya pariwisata, desa yang terhampar di bawah Bukit Abah, punya pelbagai potensi komoditas, salah satunya Gula Semut.

Oleh para konsumen, rasa gula ini punya kenikmatan khas, lezat dan alamiah. Maka wajar, gula ini potensial untuk menjadi komoditas ekspor Bali. Hanya saja, potensi ini belum bisa dimaksimalkan karena para perajin terkendala pemasaran dan bahan baku.

Kepala Dinas Koperasi, UKM dan Perdagangan Klungkung I Wayan Ardiasa menjelaskan, komoditas Gula Semut di Desa Besan memiliki prospek menjanjikan. Terlebih gula ini makin populer digunakan di negara-negara berkembang.

Terlebih gula ini menjadi solusi alternatif terhadap sisi buruk gula putih bagi konsumen penderita diabetes dan obesitas.

"Dari provinsi mengetahui di Klungkung (Besan) ada produksi Gula Semut. Dinas Koperasi dan UKM Bali siap memfasilitasi pemasaran, kebetulan punya buyer (pembeli)," ujar Wayan Ardiasa, saat ditemu NusaBali belum lama ini.

Terkait hal itu, Ardiasa telah melakukan penjajagan untuk melihat langsung kondisi perajin Gula Semut di Desa Besan. Hasil penjajagan diketahui saat ini tidak banyak lagi warga di Desa Besan yang menekuni produksi Gula Semut.

Menurut Ardiasa ada beberapa masalah yang dihadapi para perajin gula semut di Desa Besan. Masalah tersebut antara lain pemasaran produk dan proses pembuatan Gula Semut yang membutuhkan waktu cukup lama dibanding membuat gula batok. Sehingga para perajin lebih memilih memproduksi gula batok untuk pasar lokal.

Untuk itu, Ardiasa menyarankan pihak Desa Besan bisa menggeliatkan kembali para perajin gula semut dan diwadahi dalam bentuk koperasi guna memudahkan dalam pembinaan dan pendampingan.

Kepala Bidang Pemberdayaan Usaha Mikro, Tjokorda Istri Agung Wiradnyani menambahkan, sulitnya bahan baku juga menjadi kendala yang dihadapi para perajin Gula Semut. Menurutnya saat ini para perajin sulit mencari tukang sadap nira pohon kelapa untuk bahan baku utama gula semut.

Nira pohon kelapa diolah secara tradisional dijadikan gula merah dalam bentuk serbuk atau kristal (Gula Semut). Dinas Koperasi Provinsi Bali menyampaikan ada alat untuk memudahkan dalam menyadap nira. Juga disampaikan akan membantu bibit pohon kelapa yang tumbuhnya tidak terlalu tinggi, sehingga memudahkan dalam menyadap nira.

Menindak lanjuti rapat dengan Baperlitbang, Dirjen Bea Cukai melirik Gula Semut Desa Besan sebagai produk ekspor. Oleh karena itu, Tjokorda Istri Agung langsung melakukan inventarisir terkait kondisi  perajin gula semut di Desa Besan. Ternyata perajin yang masih bertahan jumlahnya sedikit. Kebetulan  yang bertahan ini, produk gula semutnya memenuhi syarat produk ekspor. "Tapi kendalanya saat ini belum bisa memproduksi dalam jumlah besar. Kami sudah menyarankan pihak desa agar menghidupkan kembali perajin gula semut yang sebelumnya jumlahnya puluhan perajin. Mengingat permintaan dan pangsa pasar yang menjanjikan kedepannya," katanya.

Dia menyatakan pangsa pasar sudah ada tinggal bagaimana mengajak perajin kembali menggeliat. Apalagi dari Bea Cukai siap memberikan pelatihan dan pendampingan selama satu tahun. *wan

Komentar