nusabali

Pasokan Susut hingga Terlambat Masa Panen

Problem Lonjakan Harga Cabai

  • www.nusabali.com-pasokan-susut-hingga-terlambat-masa-panen

JAKARTA, NusaBali
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengungkapkan penyebab lonjakan harga cabai beberapa waktu belakangan.

Yakni, menyusutnya pasokan sejumlah daerah serta terlambatnya masa panen. "Harganya naik turun karena belum panen raya, jadi panennya mundur sedikit karena hujan akhir tahun kemarin," ujarnya dalam konferensi pers, Jumat (19/3).

Menurut Lutfi, penyusutan stok juga disebabkan belum ada tempat penyimpanan yang cukup memadai untuk menjaga stok tetap awet dalam jangka panjang.

Kementerian Perdagangan sendiri telah mengembangkan penggunaan teknologi Controlled Atmosphere Storage (CAS) yang dapat membuat komoditas sayur-sayuran lebih tahan lama.

Namun, alat tersebut sementara ini baru berfungsi optimal untuk bawang putih dan bawang merah.

"Ini sudah jalan tapi dipakainya buat bawang, karena kalau pakai bawang, bawang merah terutama, ada penyusutannya. Tapi enggak banyak. Kalau cabai katanya bertahan memang. Tapi begitu dikeluarkan menyusut," jelasnya seperti dilansir cnnindonesia.com.

Meski demikian, Lutfi meyakini harga cabai akan turun perlahan-lahan jelang bulan puasa dan Idul Fitri. Pasalnya, beberapa daerah produsen cabai yang sebelumnya mengalami kerusakan dan gagal panen sudah mulai panen.

Dia menyebut tren penurunan harga mulai terpantau sejak pertengahan Maret. Jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm), memang terjadi lonjakan harga sekitar 29 persen dari Rp74.607 per kilogram (Kg) per 11 Februari 2021 menjadi Rp96.247 per Kg pada 12 Maret 2021.

Sebaliknya, jika harga 12 Maret 2021 dibandingkan dengan harga 15 Maret 2021, terjadi penurunan harga sebesar 0,49 persen

Namun, masalahnya, kerap kali penurunan harga itu justru merugikan para petani. "Nanti petani protes ke saya: kenapa harga murah. Itu sering kejadian karena kita belum sanggup mematahkan mata rantai ini," pungkasnya.

Di luar alasan susutnya pasokan dan terlambat masa panen, pengamat Pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Hermanto Siregar mengungkapkan masalah harga cabai ini sebenarnya terjadi karena persoalan supply dan demand biasa.

"Demandnya cenderung tetap, sementara supply atau produksi rendah, sehingga harga tinggi," kata dia saat dihubungi, seperti dikutip dari detikcom, Minggu (21/3).

Hermanto mengungkapkan kenaikan harga seperti ini masih akan terjadi selama tidak ada pengembangan teknologi budidaya yang memungkinkan untuk memproduksi cabai di luar musim.

"Masalah ini dapat diatasi misalnya dengan menerapkan budidaya tanaman cabai di dalam rumah kaca," jelas dia.

Peneliti INDEF Rusli Abdullah mengungkapkan musim hujan dan cuaca yang tak menentu memang menjadi penyebab utama harga cabai rawit yang mahal ini. Seharusnya Maret ini sudah mulai mereda. Namun sebentar lagi akan disambut dengan bulan Ramadan dan ada kemungkinan harga belum kembali ke normal. *

Komentar