nusabali

Jero Pasek Jempiring Selalu Ingat Pesan Suami Sebelum Gugur

  • www.nusabali.com-jero-pasek-jempiring-selalu-ingat-pesan-suami-sebelum-gugur

Pemkab dan masyarakat Bangli memperingati hari gugurnya Pahlawan Kapten TNI  Anak Agung Gede Anom Mudita, Minggu (20/11), di Taman Makam Pahlawan Pengelipuran di Banjar/Lingkungan Kelurahan Kubu, Kecamatan/Kabupaten Bangli.

Khidmat, Peringatan 69 Tahun Gugurnya Kapten AA Anom Mudita


BANGLI, NusaBali
Upacara peringatan dipimpin Wabup Sang Nyoman Sedana Arta diikuti TNI/Polri, pelajar, veteran, anggota DPRD, Pemuda Panca Marga, PNS, serta Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompida), berlangsung khidmat.

Upacara diawali pembacaan riwayat perjuangan Anak Agung Anom Mudita, sampai dengan gugur 20 November 1947, di Pengelipuran, lokasi yang kini berdiri Tugu Pahlawan Pengelipuran.

Untuk mengingat, Kapten Mudita gugur setahun setelah gugurnya Pahlawan Nasional I Gusti Ngurah Rai dalam Perang Puputan Margarana, 20 November 1946 di Desa Marga, Tabanan. “Upacara ini merupakan bentuk penghormatan kepada salah satu  putra terbaik bangsa,” ujar Wabup Sedana Arta di sela-sela pelaksanaan apel. Ditegaskannya, kepahlawanan Kapten Mudita, patut dicontoh semua  pihak.

“Tidak pernah akan ada kemerdekaan tanpa perjuangan dan pengorbanan para pahlawan,” ucap Sedana Arta. Begitu juga, tidak ada kesuksesan tanpa usaha dan kerja keras. “Lewat peringatan ini kita berharap semua pihak khususnya kalangan generasi muda bisa mewarisi keteladan dan semangat perjuangan Pahlawan Kapten Anak Agung Anom Mudita,” tegas Sedana Arta.

Upacara diakhiri dengan tabur bunga pada makam para pahlawan oleh Wabup Sedana Arta diikuti para peserta upacara.

Kapten Anom Mudita lahir di Puri Kilian Bangli tahun 1924. Almarhum merupakan putra kedua dari Anak Agung Gede Agung Anom Putra (seorang Punggawa Kelas I) dengan Anak Agung Biyang Made Rai. Gugur dalam usia 23 tahun, AA Anom Mudita meninggalkan istri Jero Pasek Jempiring, seorang putra usia tiga tahun (Anak Agung Anom Suartjana) ketika itu. “Tiyang sudah langsung lemas tak sadar diri, begitu mendengar Anak Agung (Kapten AA Anom Mudita) dikatakan gugur,” kenang Jero Pasek Jempiring, 90, janda almarhum Pahlawan Kapten Mudita.

Jero Pasek Jempiring sampai sekarang selalu ingat pesan mendiang suaminya, semasa perjuangan sebelum gugur. “Empuang panake jumah kal kalain luas (rawatlah anak di rumah, aku pergi berjuang).” k17

Komentar