nusabali

Mampu Sedot Permata, Belanda Pun Tak Berani Membongkar

  • www.nusabali.com-mampu-sedot-permata-belanda-pun-tak-berani-membongkar

Krama pangempon Pura Dalemn Penunggekan yang berjumlah 118 KK wajib melakukan pakemitan 24 jam secara bergilir, yang terbagi dalam empat kelompok: Kaler Kauh, Kawan, Kelod, dan Kangin

Anehnya, kata Jro Mangku Dalem, gegumuk tersebut justru semakin membesar. Hujan lebat tidak cukup membuat gundukan ini longsor. Hal tersebut diyakini karena karena faktor kekuatan magis dalam gegumuk itu sendiri. Menurut Jro Mangku Dalem, kepercayaan tersebut diwarisi secara turun temurun berdasarkan cerita tetua dan pengalaman sejumlah orang yang pernah merasakan keanehan.

Dari cerita para tetua di Banjar Belumbang, kata Jro Mangku Dalem, sisi kekuatan magis gagumuk di jaba Pura Dalem Penunggekan ini sudah mencuat sejak zaman penjajahan Belanda. “Ceritanya, pemerintah Belanda pernah hendak membongkar gegumuk tersebut, dengan menjanjikan uang perak kepada warga sebagai gantinya,” ungkap Jro Mangku Dalem.

Pemerintah Belanda berencana membongkar gegumuk tersebut dengan kedalaman yang sama dengan ketinggiannya. Namun, krama pangempon Pura Dalem Penunggekan tidak mengizinkannya. Pemerintah Belanda pun mengurungkan niatnya, karena keder terhadap kekuatan magis yang ada di dalam gegumuk tersebut. “Itu sebabnya, sampai sekarang gegumuk tersebut tetap utuh,” katanya.

Jro Mangku Dalem mengisahkan, banyak warga yang punya pengalaman aneh di seputar gegumuk yang berada di jaba Pura Dalem Penunggekan ini. Mereka tiba-tiba kehilangan batu permata dalam bentuk cincin atau kalung hias yang dikenakan ketika berada di sekitar gegumuk kuna ini. “Permata mirah banyu milik saya juga lenyap di sini, karena disedot kekuatan magis gegumuk kuna,” kenang Jro Mangku Dalem.

Kisah unik lainnyaseorang tokoh bangsawan pernah kehilangan permata mirah berumbun di sekitar gegumuk kuna tersebut. Peristiwa itu terjadi saat ada pertunjukan calonarang di Wantilan Pura Dalem Penunggekan. Kebetulan, yang bersangkutan sempat berdiri di dekat gegumuk. Hilangnya permata sang bangsawan diyakini karena tersedot kekuatan magis. “Kalau sampai hilang tersedot, berarti permata yang digunakannya memang berwasiat,” ujar Wayan Pariana, seorang warga di Banjar Belumbang, Kelurahan Kawan.

Cerita magis dan keberadaan gegumuk kuna tersebut merupakan salah satu sisi lain keunikan Pura Dalem Penunggekan. Keunikan lainnya, krama pangempon yang mencapai 118 kepala keluarga (KK) wajib melakukan pakemitan 24 jam secara bergilir, untuk menjaga keamanan Pura Dalemn Penunggekan dan sekitarnya. Pakemitan dilakukan sedemikian rupa dibagi menjadi empat kelompok, yakni Kelompok Kaler Kauh, Kelompok Kawan, Kelompok Kelod, dan Kelompok Kangin. Pada malam hari, krama yang kebagian makemit berjumlah 28-30 orang. Sedangkan siang hari, jumlahnya 2-3 orang.

“Meski siang hari, tetap harus ada yang makemit,” ujar Dewa Aji Banjar, salah seorang krama pangempon Pura Dalem Penunggekan. Pujawali di Pura Dalem Penunggekan sendiri dilaksanakan 6 bulan sekali (setiap 210 hari sistem penanggalan Bali) pada Anggara Kliwon Tambir. * k17

Komentar