nusabali

Mampu Sedot Permata, Belanda Pun Tak Berani Membongkar

  • www.nusabali.com-mampu-sedot-permata-belanda-pun-tak-berani-membongkar

Krama pangempon Pura Dalemn Penunggekan yang berjumlah 118 KK wajib melakukan pakemitan 24 jam secara bergilir, yang terbagi dalam empat kelompok: Kaler Kauh, Kawan, Kelod, dan Kangin

Gegumuk Kuna di Jaba Pura Dalem Penunggekan, Banjar Belumbang, Kota Bangli

BANGLI, NusaBali
Pura Dalem Penunggekan di Banjar Blumbang, Kelurahan Kawan, Kecamatan Bangli termasuk salah satu pura kuna di Bangli yang menyimpan aroma magis. Dalam areal pura yang berklokasi di Kota Bangli ini terdapat gegumuk (gundukan tanah) yang dipercaya memendam kekuatan magis: diyakini mampu sedot permata berwasit. Karenanya, penjajah Belanda pun tak berani membongkar gegumuk tersebut.

Gegumuk yang ada di Pura Dalem Penunggekan ini menyerupai bukit mini dengan tinggi sekitar 2 meter dan berdiameter 3 meter. Gegumuk tersebut berada di sisi barat daya Nista Mandala Pura Dalem Penunggekan, yang lokasinya di sebelah barat seberang jalan dari Setra Penunggekan.

Tidak diketahui pasti, berapa usia gagumuk tersebut. Dan, tidak ada yang tahu persis, apa sebetulnya yang tersimpan di dalam gegumuk tersebut. Yang jelas, warga Kota Bangli dan sekitarnya sangat percaya kalau gegumuk kuna ini keramat dan memiliki kekuatan magis. Salah satunya, gegumuk keramat ini mampu ‘menyedot’ batu permata yang berwasiat (memiliki aura dan kekuatan magis).

Menurut Jro Mangku Gede Dalem Penunggekan, 79, gegumuk tersebut sejak dulu sudah diwarisi seperti itu. Gegumuk tersebut diyakini merupakan bagian dari salah satu kelengkapan setra. “Dulunya areal ini memang bagian dari setra,” ungkap Jro Mangku Dalem Penunggekan saat ditemui NusaBali di Banjar Belumbang, Kelurahan Kawan, beberapa waktu lalu.

Namun, belakangan lokasi di mana gegumuk tersebut berada sudah tidak lagi berfungsi sebagai setra. Meski demikian, kata Jro mangku Dalem, warga setempat tidak berani meratakan gagumuk tersebut. Kondisinya tetap dibiarkan, apa adanya, seperti sediakala.


SELANJUTNYA . . .

Komentar