nusabali

Tetangga Sopir PDP 80 Reaktif Covid-19

  • www.nusabali.com-tetangga-sopir-pdp-80-reaktif-covid-19

Berdasar rapid test, dua tetangga sang sopir truk menunjukkan hasil reaktif. Kini tinggal menunggu hasil swab test, apakah postif atau negatif Covid-19.

SINGARAJA, NusaBali

Sebanyak 36 orang masuk dalam daftar tracing kasus PDP 80, sopir truk Jawa-Bali asal Kecamatan Seririt, Buleleng yang dinyatakan positif Covid-19 sejak Selasa (2/6) lalu. Puluhan orang itu pun langsung di-rapid test oleh Tim Kesehatan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Buleleng. Hasilnya,  dua orang di antaranya dinyatakan reaktif. Kedua Orang Tanpa Gejala (OTG) tak lain adalah tetangga PDP 80.

Sekretaris GTPP Covid-19 Buleleng, Gede Suyasa,   Rabu (3/6) mengatakan, perkembangan kasus Covid-19 di Buleleng terakhir mengarah lebih baik tanpa penambahan kasus positif baru. Jumlah PDP kumulatif masih stagnan di angka 83 orang, terinci dari 71 orang terkonfirmasi positif, 11 orang terkonfirmasi negatif dan seorang lainnya masih berstatus PDP belum terkonfirmasi. “Perkembangan kasus hari ini membaik, tidak ada penambahan kasus baru. Penambahan ada pada pasien sembuh dua orang sehingga PDP terkonfirmasi yang sembuh saat ini ada 58 orang. Selain itu ada 1 PDP yang sebelumnya belum terkonfirmasi hasil swah dua kali negatif yakni PDP 81, sehingga dipulangkan,” ucap Gede Suyasa yang juga Sekda Buleleng itu.

Dua pasien positif yang sembuh di antaranya adalah PDP 70 yang sebelumnya dinyatakan positif setelah berkontak dengan PDP 61. Diisolasi sejak tanggal 25 Mei dengan total waktu perawatan 9 hari. PDP 70 yang berasal dari Desa Bondalem, Kecamatan Tejakula, Buleleng ini dipulangkan setelah hasil swab ke-5 dan 6 negatif. Seorang pasien positif lainnya yang juga berasal dari Desa Bondalem sembuh yakni PPD 78. Pasien positif yang sebelumnya dirawat di RS Pratama Giri Emas ini menjalani perawatan selama lima hari dengan empat kali swab. Penambahan pasien sembuh kemarin mengurangi jumlah pasien Covid-19 yang dirawat di RS Pratama Giri Emas dengan sisa 10 orang dan 3 orang lainnya masih dirawat di rumah sakit wilayah Denpasar setelah dirujuk.

Di sisi lain dari 13 orang pasien yang masih tersisa menjalani perawatan satu di antaranya yakni PDP 41 yang juga warga Desa Bondalem mencetak rekor masa isolasi paling lama yang saat ini sudah menginjak hari ke-32. Mantan Kadisdikpora Buleleng itu juga menjelaskan jika PDP 41 sudah menjalani 16 kali swab dengan hasil negatif hanya di swab ke-14. Sehingga pasien yang bersangkutan masih harus bersabar untuk menjalani perawatan. “Secara umum kondisinya masih stabil tetapi hasil swab masih tetap positif. Hanya satu kali negatif.  Saya pikir tim medis yang akan lakukan konsultasi kepada provinsi apakah ini diperlukan rujukan ke Denpasar atau dilakukan tambahan treatment lain yang bisa membantu mempercepat pemulihan,” kata dia.

Sementara itu GTPP Covid-19 Buleleng tengah menyiapkan pemberlakukan sistem kerja pada Aparatur Sipil Negara (ASN) pada tatanan kehidupan era baru (new normal). Ketentuan sistem kerja baik Work From Home (WFH) maupun Work From Office (WFO) sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan-RB) serta Surat Edaran (SE) Gubernur Bali yang diturunkan kembali dengan SE Bupati Buleleng, disebut Suaysa akan ditentukan oleh masing-masing pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD).

“Pemberlakukan sistem kerja ini berlaku tanggal 5 Juni mendatang, besok SE sudah diedarkan dan disosialisasikan langsung oleh Bapak Bupati untuk mempertegas langkah dan skema yang dilakukan. Tetapi siapa yang bisa masuk kerja atau di rumah ditentukan pimpinan OPD masing-masing,” jelas Gede Suyasa yang juga mantan Kepala Bappeda Buleleng ini.

Dalam penentuan WFO dan WFH, masing-masing pimpinan OPD disebut memperhitungkan berbagai faktor, seperti kondisi kesehatan dan keehatan lingkungan, hingga suhu tubuh dan kondisi ASN yang bersangkutan saat pertama kali masuk kerja. “Jumat sudah mulai pemberlakuan sistem kerja ini, aka nada yang masuk kantor seperti biasa tetapi itu tetap masih sangat terbatas dengan protokol Covid-19,” tegas dia. *k23

Komentar