nusabali

BKSDA Bali Terus Pantau Kondisi Satwa di Lembaga Konservasi

  • www.nusabali.com-bksda-bali-terus-pantau-kondisi-satwa-di-lembaga-konservasi

DENPASAR, NusaBali
Sejumlah Lembaga Konservasi di Bali ditutup sejak akhir Maret 2020 lalu guna mencegah penyebaran Covid-19.

Namun Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui Balai Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Bali terus melakukan pemantauan kondisi kesehatan dan kesejahteraan satwa yang ada di dalamnya.

Balai KSDA Bali menyiarkan langsung aktivitas pemantauan ini secara daring melalui laman Instagram resmi mereka dengan tema 'Satwa Kami Baik-baik Saja' sejak Kamis (23/4) selama delapan hari ke depan. Kepala Balai KSDA Bali, R. Agus Budi Santosa menjelaskan program yang dinamai 'One Day One Hour Live Instagram With BKSDA Bali' ini sejatinya merupakan kegiatan supervisi dan monitoring.

"Namun kami balut dengan edukasi lewat siaran langsung kepada publik agar ada interaksi dengan masyarakat yang juga rindu berjumpa dengan satwa ini," tuturnya saat dihubungi NusaBali, Minggu (26/4). Melalui kegiatan ini, Balai KSDA Bali berupaya memberikan informasi aktual terkait kondisi satwa yang ada di Lembaga Konservasi.

Hingga saat ini sudah ada lima dari sembilan Lembaga Konservasi di Bali yang sudah dilakukan pemantauan oleh mereka, yakni Bali Zoo, Bakas, Bali Bird Park, Rimba Reptil, dan Taro. "Berdasarkan hasil pemantauan, kesejahteraan dan perawatan satwa tetap menjadi prioritas utama sesuai kaidah kesejahteraan satwa meskipun dalam kondisi pandemi Covid-19," terangnya.

Kaidah kesejahteraan satwa yang dimaksudkan antara lain ketercukupan pakan, pergerakan satwa, pemenuhan standar kandang dan pemberian makanan tambahan, serta fasilitas karantina dan klinik satwa sesuai dengan standar. Agus Budi mengatakan, ketersediaan pakan satwa sampai saat ini masih terjamin. Hal ini dikarenakan kebutuhan pakan untuk Lembaga Konservasi tersebut umumnya diperoleh dari daerah di Bali.

"Dari Lembaga Konservasi yang sudah kami datangi, 95 persen kebutuhan pakannya dari lokal. Misalnya di Taro, kebutuhan pakan untuk Gajah merupakan kerja sama dengan desa sekitar yang menanam," jelasnya. “Di Rimba Reptil 90 persen suplai pakan produksi sendiri karena mereka punya peternakan tikus dan jangkrik," tambahnya.

Selain itu, petugas yang berhubungan langsung dengan pemeliharaan satwa ditekankan memperhatikan protokol kesehatan sesuai standar Kementerian Kesehatan dan World Animal Health Organization (WAHO). Pasalnya beberapa spesies satwa disebut sangat rentan terhadap Covid-19. "Binatang primata yang memiliki DNA atau genom 93,4 persen mirip dengan manusia memiliki risiko tertular cukup tinggi, salah satunya orang utan. Sehingga kami tekankan ketika petugas masuk ke tempat orang utan harus dengan protokol yang lebih ketat," katanya.

Aspek lain yang diperhatikan dalam pemantauan ini adalah kegiatan exercise bagi para satwa. "Selama ini kegiatan olahraga itu dibalut dengan kegiatan pengunjung yang datang. Dengan tidak adanya pengunjung saat ini, kami harus memastikan petugas tetap melakukannya," sambung Agus Budi.

Ia mencontohkan, dalam kegiatan exercise Gajah harus berjalan minimal 7,6 kilometer setiap harinya. "Kalau mereka didiamkan tidak baik untuk kesehatan dan gajah jadi lebih cepat stres," jelasnya. Menurutnya dengan tidak adanya pengunjung sementara ini belum memberi dampak terhadap perubahan perilaku para satwa. *cr75

Komentar