nusabali

Wild Drawing, Lukisan Mural di Kardus Bekas

  • www.nusabali.com-wild-drawing-lukisan-mural-di-kardus-bekas

DENPASAR, NusaBali
Melalui karya mural, seniman Wild Drawing (WD) menyentil budaya konsumerisme manusia. Hal itu tersirat lewat ragam metafora dan visualisasi yang menggelitik dalam empat mural yang dipamerkan di Rumah Sanur, Denpasar, Rabu (18/3) malam.

Mural dijadikan WD sebagai pemantik untuk mengingatkan manusia akan sudut pandang mereka terhadap suatu benda dalam pameran yang digelar hingga Kamis (26/3).  Lukisan-lukisan mural karya seniman asal Nusa Penida ini dilukis di atas kardus bekas. WD sengaja memilih medium itu untuk mewujudkan imajinasinya dengan sentuhan cat akrilik. Empat ukisan mural bertajuk 'Slaves of Objects' dirangkai dengan tema kecenderungan manusia modern untuk mengikat diri pada kebendaan yang sejatinya tidak berguna.

Mural pertama menggambarkan manusia sakau dengan lintingan kertas di tangannya yang dipakai menghirup barcode. Dilukis di atas susunan kardus bekas seluas 2,5 x 3 meter mural terlihat seperti lukisan 3 dimensi. "Konsumerisme itu seperti candu. Manusia di gambar itu menghisap barcode, yang biasanya ada di barang, seperti menghirup kokain," jelas seniman yang enggan disebutkan nama aslinya ini.

Gambar kedua sekilas terlihat seperti lukisan manusia Yunani klasik. Di belakangnya muncul tangan-tangan dengan logo barcode yang ingin menggapai manusia tersebut. "Ketika sudah menjadi korban konsumerisme, kita ingin menunjukkan kalau punya barang ini. Dan secara tidak langsung mempengaruhi orang lain di sekitar untuk memiliki barang ini juga. Tangan-tangan yang keluar dari tembok itu ingin menangkap konsumen-konsumen baru," lanjut seniman yang saat ini tinggal di Athena ini.

Lukisan ketiga WD menggambar penari Bali yang dikelilingi jarum suntik bertuliskan sejumlah brand fesyen ternama. "Visual penari tenun menggambarkan perempuan Bali yang membuat kain tenun saat itu murni untuk menutupi badan. Tapi kemudian perkembangan zaman akhirnya membuat penutup badan itu sudah menjadi simbol strata sosial dengan logo-logo brand yang menempel," kata WD.

Mural keempat dilukis dengan ukuran lebih besar dari ketiga mural lainnya, yakni 3 x 6 meter. Mural memperlihatkan potrait wajah raksasa dengan latar kantong tas yang samar-samar. "Ide awal mural ini aku dapatkan spontan saat melihat tas belanja. Bagaimana tas-tas dengan brand tertentu itu dikoleksi, dan barangkali untuk dipamerkan. Padahal sama saja dengan tas-tas lainnya," tutur salah satu seniman penggagas Komunitas The Pojoks ini.

"Artinya nilai guna pada objek kepemilikan pribadi memiliki porsi minimum atau bahkan tanpa nilai sama sekali dibandingkan dengan prestis karena memilikinya," paparnya lagi. WD menyebutkan kapitalisme mengubah sudut pandang manusia pada nilai sebuah objek. "Demikian manusia modern menghamba kebendaan minim nilai guna," tutupnya. *cr75

Komentar