nusabali

Jelang Nyepi, Usaha Sanggah Cucuk Kebanjiran Order

  • www.nusabali.com-jelang-nyepi-usaha-sanggah-cucuk-kebanjiran-order

TABANAN, NusaBali
Perajin sanggah cucuk, I Nyoman Mardiasa, 60, kebanjiran order menjelang Hari Raya Nyepi.

Saat ini dia sudah menyelesaikan pesanan 150 sanggah cucuk. Hingga Hari Raya Nyepi diprediksi dia bisa menyelesaikan 500 buah orderan sanggah cucuk. Sanggah cucuk difungsikan umat Hindu saat Pangerupukan untuk proses pecaruan.

Ditemui di rumahnya di Banjar Gerokgak, Desa Delod Peken, Kecamatan/Kabupaten Tabanan, Nyoman Mardiasa sedang mengerjakan sanggah cucuk pesanan. Dia menganyam bambu untuk dijadikan sanggah cucuk. Nyoman Mardiasa susah memulai usahanya itu sejak 2012. “Dari tahun 2012 saya sudah mulai buat,” ujarnya, Kamis (12/3).

Kata Mardiasa, dia mengerjakan semuanya seorang diri. Mulai dari mencari bahan baku dan langsung menjual. Bahan baku berupa bambu selain membeli juga mencari di pinggir sungai terdekat. “Namun lebih baik beli, karena kalau mencari terlalu susah juga,” imbuhnya.

Kendati demikian, di usianya yang sudah tidak muda lagi, Mardiasa tetap aktif memenuhi pesanan sanggah cucuk, karena itulah mata pencahariannya.

Mengenai harga satu buah sanggah cucuk dia jual Rp 3.500. Pembeli adalah warga di seputaran Kabupaten Tabanan. “Mereka nyari ke rumah. Tiap hari ada saja yang beli dengan jumlah puluhan,” kata Mardiasa.

Menurut Mardiasa, selain membuat sanggah cucuk, memanfaatkan momen Hari Raya Nyepi, dia juga juga membuat ogoh-ogoh mini. Namun pada Nyepi Tahun Saka 1942 ini dia tidak membuat ogoh-ogoh mini lantaran halangan sang cucu meninggal.

Ogoh-ogoh mini yang dibuat bahan bakunya menggunakan spon dan styrofoam. Bentuknya pun bermacam-macam mulai dari hanoman, celuluk, Rangda, dan lain-lain. “Membuat ogoh-ogoh perlu ketenangan, sekarang tidak buat karena masih teringat cucu,” tuturnya.

Ogoh-ogoh mini yang dibuat Mardiasa dijual di warungnya sendiri dengan harga yang bervariasi mulai dari Rp 50.000 hingga Rp 200.000. Bahkan kalau kebanjiran pesanan sampai membeli ke daerah Gianyar untuk dijual kembali. “Kadang kalau banyak yang beli tidak bisa hanya andalkan membuat karena terlalu lama. Makanya saya beli untuk dijual kembali,” kata Mardiasa. *des

Komentar