nusabali

Genah Melasti Dibangun di Benoa

Kemarin Diresmikan Gubernur, Digunakan Perdana Saat Nyepi

  • www.nusabali.com-genah-melasti-dibangun-di-benoa

Versi Gubernur Koster, dengan didukung stand untuk perajin dan UMKM, dilengkapi hutan kota, Pelabuhan Benoa akan jadi yang terindah di dunia

DENPASAR, NusaBali
Krama Desa Adat Pedungan, Kecamatan Denpasar Selatan menggelar upacara Mendem Pedagingan, Mecaru, lan Melaspas Bumi Sudha Genah Melasti di kawasan Pelabuhan Benoa pada Radite Wage Kuningan, Minggu (23/2). Gubernur Bali Wayan Koster ikut hadir dalam ritual tersebut dan sekaligus meresmikan Genah Melasti seluas 1,2 hektare yang baru dibangun Pelindo III tersebut.

Selain Gubernur Wayan Koster, upacara Mecaru lan Melaspas Bhumi Sudha di Genah Melasti kawasan Pelabuhan Benoa , Minggu kemarin, juga dihadiri Wakil Walikota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara, Dirut Pelindo III Doso Agung, Bendesa Adat Pedungan I Gustu Putu Budiarta, tokoh masyarakat, dan sejumlah pihak terkait.

Upacara Mendem Pedagingan, Mecaru, lan Melaspas Bumi Sudha Genah Melasti kemarin dipuput Ida Pedanda Siwa, Ida Pedanda Buda, dan Ida Rsi Bujangga. Sebelum persembahyangan bersama, dilakukan penandatanganan prasasti oleh Gubernur Wayan Koster dan Dirut Pelindo III, Doso Agung.

Bendesa Adat Pedungan, IGP Budiarta, menyatakan dibangunnya Genah Melasti sekaligus tempat penghanyutan ini merupakan keinginan krama selama bertahun-tahun. Pasalnya, Desa Adat Pedungan tidak punya tempat yang memadai untuk upacara melasti serangkaian Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka. Akhirnya, kata Budiarta, atas bantuan Pelindo III dan rekomendasi Gubernur Bali, Desa Adat Pedungan kini memiliki Genah Melasti yang baru diresmikan kemarin.

“Atas nama krama Desa Adat Pedungan, saya sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu terwujudnya Genah Melasti ini,” jelas Budiarta, yang juga anggota Fraksi PDIP DPRD Bali Dapil Denpasar tiga kali perode (2009-2014, 2014-2019, 2019-2024). Menurut Budiarta, Genah Melasti seluas 1,2 hektare ini nantinya akan digunakan perdana untuk upacara melasti terkait Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1942, pada 25 Maret 2020 mendatang.

Sementara itu, Gubernur Wayan Koster menyatakan pembangunan Genah Melasti di kawasan Pelabuhan Benoa sebagai wujud pengimplementasian visi ‘Nangun Sat Kerthi Loka Bali’, yakni menjaga kesucian dan keharmonisan alam Bali dan kesejahteraan krama Bali sekala-niskala. Menurut Gubernur Koster, Genah Melasti ini merupakan satu bagian dari Pelabuhan Benoa, yang dikembangkan dalam satu desa-in. Pembangunannya dikoordinasikan dengan Pelindo III.

Gubernur Koster menyebutkan, desain pembangunan Genah Melasti ini dilakukan melalui berbagai tahapan, termasuk mendengarkan masukan dari pihak Desa Adat Pedungan. “Pembangunan ini hasil koordinasi saya dengan Bapak Dirut Pelindo III (Doso Agung, Red) dan Menteri BUMN (Eric Thohir). Saya berupaya betul meyakinkan beliau dan astungkara Genah Melasti akhirnya bisa dibangun di atas lahan sekitar 1 hektare,” ujar Koster.

Koster mengapresiasi Pelindo III yang berhasil menyelesaikan pembangunan Genah Melasti ini tepat waktu, jauh sebelum Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1942. Dengan demikian, tempat bersejarah ini nantinya bisa dimanfaatkan untuk upacara melasti rangkaian Nyepi Tahun Baru Saka 1942. “Dengan membangun Genah Melasti ini, kami berharap masyarakat bersama pemerintah setempat bisa bersinergi dengan Pelindo memajukan masyarakat Bali,” tandas Guybernur asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng yang juga Ketua DPD PDIP Bali ini.

Koster juga menyarankan Genah Melasti di kawasan Pelabuhan Benoa ini jangan hanya dimanfaatkan untuk upacara melasti, yang Cuma setahun sekali. “Tetapi, manfaatkanlah tempat ini untuk kreativitas dan inovasi lain di bidang seni dan budaya. Ya, supaya tempat ini hidup. Bila perlu, bisa menghasilkan bagi Desa Adat Pedungan,” saran Koster.

Menurut Koster, dirinya selaku Gubernur Bali terjun langsung mematangkan konsep dan desain pengembangan kawasan Pelabuhan Benoa, dengan melibatkan pula sulinggih, arsitek Bali, pakar pertanian. Dengan begitu, Pelabuhan Benoa bisa menjadi pelabuhan yang mengandung nilai filosofi kearifan lokal Bali dan mengedepankan arsitektur Bali.

Koster menegaskan, Pelabuhan Benoa ke depan akan menjadi pelabuhan terindah di dunia. Ini sudah dipresentasikan di hadapan Komisi VI DPR RI, sisaksikan pula Menteri BUMN, Menteri Agraria, dan Menteri Pariwisata. Nantinya, Pelabuhan Benoa akan didukung pula kawasan stand untuk perajin dan UMKM, juga dilengkapi dengan hutan kota. “Di Indonesia hanya satu ada pelabuhan indah seperti ini,” katanya sembari menyebut pengembangan Pelabuhan Benoa ditargetkan rampung tahun 2023 mendatang.

“Mari bersama dukung pengembangan Pelabuhan Benoa, agar bisa selesai tepat waktu. Ini kepentingan kita bersama, semata-mata agar pembangunan pemerintah pusat bisa memberi manfaat luas. Mari kita sama-sama jalan, pemerintah pusat jalan dan pemerintah daerah jalan, maka akan makin besar manfaatnya bagi kesejahteraan masyarakat,” lanjut mantan anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PDIP Dapil Bali tiga kali periode (2004-2009, 2009-2014, 2014-2018) ini.

Sementara, Dirut Pelindi III, Doso Agung, menyatakan pembangunan Genah Melasti merupakan tanggung jawab sosial perusahan terhadap masyarakat di sekitar Pelabuhan Benoa. “Pembangunan Genah Melasti ini merupakan bentuk kepedulian Pelindo III kepada masyarakat sekitar Pelabuhan Benoa,” ujar Doso Agung.

Pelindo III selaku pengelola Pelabuhan Benoa, kata Doso Agung, terus berupaya untuk hadir, tidak hanya dalam rangka meningkatkan perekonomian Bali, namun juga dalam berbagai kebutuhan sosial masyarakat.

Doso Agung pun memuji Gubernur Koster, yang dianggap sebagai pemimpin penuh inovasi, cepat dalam bertindak, dan komit menjaga lingkungan. “Kalau semua Gubernur bisa seperti Bapak Gubernur Bali, saya kira semua masalah di masyarakat akan cepat selesai,” pujinya.

Doso Agung sendiri mengaku konsisten dalam mendukung pembangunan yang menjaga kelestarian adat dan budaya. “Pelabuhan Benoa yang kita kembangkan, tidak hanya sesuai dengan kemajuan zaman dan teknologi, tapi juga ramah lingkungan dan berciri khas budaya Bali,” tegas Doso Agung. “Hal tersebut sesuai dengan visi Bapak Gubernur yakni ‘Nangun Sat Kerthi Loka Bali’. Kita komitmen untuk tegak lurus dengan visi tersebut,” katanya.  *k17

Komentar