nusabali

Wabah Babi di Bungkulan Diinvestigasi

  • www.nusabali.com-wabah-babi-di-bungkulan-diinvestigasi

BBVet sudah mengambil sampel babi yang sakit dan bedah bangkai untuk memastikan penyebab wabah yang menyerang ternak babi.

SINGARAJA, NusaBali

Tim Balai Besar Verteriner (BBVet) Denpasar turun langsung ke Banjar Dinas Dauh Munduk, Desa Bungkulan, Kecamatan Sawan, Buleleng melakukan investigasi dan pengambilan sampel terhadap ternak babi yang mati dan sakit. Tim yang didampingi petugas Dinas Pertanian Provinsi Bali dan Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng mendatangi 25 KK warga yang berternak babi, Rabu (12/2/2020) siang.

Dua orang petugas BBVet Denpasar pun siap dengan peralatan dan juga baju khusus berwarna putih sebelum mengambil sampel ternak babi yang disebut sakit oleh warga. Sebanyak 5 dari 11 ekor babi yang sakit kemudian diambil sampel darahnya untuk diuji di laboratorium. Petugas juga mengambil sampel pada babi yang sudah mati dengan melakukan bedah bangkai.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, I Made Sumiarta, mengatakan dari hasil investigasi yang dilakukan tim gabungan dilakukan pada 25 KK dengan 123 ekor populasi di Banjar Dinas Dauh Munduk, Desa Bungkulan, ditemukan 11 ekor babi yang sakit  dan 65 ekor mati. “Tetapi itu tidak sporadis , tidak sekalian matinya itu terakumulasi sejak dua minggu yang lalu, tadi laporan warga juga ada babinya yang mati. Kebanyakan memang babi Bali,” jelas Kadis Sumiasa.

Jumlah ternak babi warga yang mati semakin hari semakin banyak hingga kini belum dapat disimpulkan dan ditetapkan apakah benar karena virus African Swine Fever (ASF) atau wabah penyakit ko-kolera pada babi. Dia pun mengaku masih akan menunggu hasil pemeriksaan sampel di laboratorium BBvet Denpasar. “Kalau dari ciri-cirinya belum bisa kami tentukan itu ASF, karena tidak ada ditemukan pembengkakan hingga pecahnya pembuluh darah yang dapat dilihat langsung melalui bercak pada kulit babi,” imbuh dia.

Sedangkan ciri-ciri klinis lainnya yang ditemukan dari hasil wawancara peternak babi seperti tidak mau makan, muntah hingga diare lebih cenderung pada ciri-ciri wabah kolera.

Penyakit kolera disebut Sumiarta sering menghampiri hewan ternak karena sanitasi kandang tidak bagus terlebih di Banjar Dinas Dauh Munduk, kebanyakan warga memelihara babinya di bawah pohon tanpa kandang. Selain juga faktor pakan ternak yang diberikan mentah dan juga bio security juga minim. Tim gabungan setelah melakukan investigasi juga memberikan upaya pencegahan perluasan virus dengan membagikan disinfektan sebanyak 4 botol kepada 25 KK.

Warga yang memiliki ternak babi juga dianjurkan tak sembarangan keluar masuk ke kandang babi yang telah mati mekipun belum diketahui penyebab pastinya. Mereka juga diarahkan untuk memberishkan dan menjaga kebersihan kandang hingga membakar sampah di sekitar kandang untuk menetralisir kuman disekitarnya dnegan asap. Sedangkan babi yang sakit untuk sementara juga akan diisolasi hingga kondisinya pulih kembali.

Kadis Sumiarta juga menegaskan jikapun virus ASF ini positif, tidak dapat menyebar ke hewan lain ataupun manusia. Dirinya berharap dengan isu serangan ASF masyarakat tetap tenang dan tdak usah khawatir untuk mengkonsumsi daging babi sepanjang dimasak dengan suhu tertentu dan menghindari memakan daging babi mentah. “Masyarakat tidak perlu resah apalagi ini mau dekat Galungan kami sudah kumpulkan para jagal agar tidak mengambil babi dari luar dan sejauh ini baru di Banjar Munduk ini saja, tetaou tetap kami pantau terus,” ungkap dia.

Sementara itu salah satu warga Banjar Dinas Dauh Munduk, Desa Bungkulan, Kecamatan Sawan Buleleng, Komang Suarini, 35,  yang didatangi tim gabungan kemarin mengaku sudah menjual bibit babinya habis. Sebelum wabah misterius ini menyerang dia masih memelihara satu induk yang sedang bunting dan satu anakan umur tiga bulan. Namun kini satu anakan yang disiapkan untuk sarana upacara terpaksa dijual agar tak mati sia-sia. “Kemarin saya sudah jual tapi besok baru diambil, anakannya memang tinggal 1, takut juga soalnya babi mertua saya satu indukan satu babi dewasa sudah mati. Indukan saya ini yang sedang bunting juga sudah mulai tidak mau makan sejak dua hari lalu,” kata Suarini ditemui di rumahnya.

Dia yang dalam tiga bulan bisa menjual 8-12 ekor bibit babi mengaku waswas dengan wabah yang semakin meluas di tempat tinggalnya. Suarini juga mengaku masih berharap banyak induk babinya yang siap melahirkan anak babi 25 hari ke depan bisa selamat. “Sudah saya panggilkan doketr hewan kemarin sudah disuntik, mudah-mudahan mau sembuh,” ucap dia. *k23

Komentar