nusabali

Berjuang Selesaikan Pendidikan S3 di Jepang dalam Kondisi Berduka

Drh Ni Made Ria Isriyanthi PhD, Perempuan Bali yang Pegang Posisi Penting di Kementerian Pertanian

  • www.nusabali.com-berjuang-selesaikan-pendidikan-s3-di-jepang-dalam-kondisi-berduka

Setamat SMAN 3 Denpasar tahun 1983, Made Ria Isriyanthi pilih melanjutkan kulih di Jurusan Kedokteran Hewan Fakultas Kedokteran Unair Surabaya, agar bisa mandiri. Padahal, saat itu dia juga diterima di Fakultas Kedokteran Hewan Unud dan Jurusan Sastra Inggris Fakultas Sastra Unud

JAKARTA, NusaBali

Keberhasilan Drh Ni Made Ria Isriyanthi PhD, 55, tembus kursi Kepala Sub Direktorat Pengawasan Obat Hewan Direktorat Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Kementan), tak terlepas dari perjuangan kerasnya. Termasuk perjuangan berat ketika Made Ria Isriyanthi menempuh pendidikan S2 dan S3 di Faculty Pharmaceutical Science, Tohoku University Sendai, Jepang periode 1996-2000. Dia berhasil menyelesaikan pendidikan di tengah suasana duka.

Menurut Made Ria Isriyanthi, sang ayah yang telah menginspirasinya menjadi dokter hewan hingga melanjutkan studi ke luar negeri, Drh I Gede Sudana, meninggal dunia tahun 1998. “Berpulangnya sang ayah untuk selamanya, sempat membuat saya sedih dan terpukul. Syukurlah, saya bisa bangkit dan tegar,” kenang Made Ria saat ditemui NusaBali di ruang kerjanya di Kantor Kementan, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Made Ria merupakan anak dari pasangan Drh I Gede Sudana dan Ni Nyoman Damayanti, pasutri asal Desa/Kecamatan Bebandem, Karangasem. Seperti halnya Made Ria, sang ayah juga seorang dokter hewan. Ayahnya inilah yang berperan mengarahkan Made Ria hingga kuliah S1 Jurusan Kedokteran Hewan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, Jawa Timur setamat dari SMAN 3 Denpasar.

Ayahnya pula yang mendorong dan memotivasi Made Ria hingga melanjutkan program S2 dan S3 di Jepang. Maka, ketika ayahnya meninggal tahun 1998, Made Ria sempat terpukul. Ibu dua anak dari pernikahannya dengan Drh AA Ngurah Mayun ini galau antara ingin menyelesaikan pendidikan atau berhenti di tengah jalan.

“Saya akhirnya pilih terus melanjutkan pendidikan, mengingat tidak mudah bagi perempuan yang telah berkeluarga dan punya anak bisa kuliah di luar negeri. Terlebih, saya saat itu mendapat beasiswa penuh dari Kementerian Pendidikan Jepang (Monbusho),” cerita perempuan karier kelahiran Blitar, Jawa Timur, 27 Juli 1965 ini.

Lagipula, kata Made Ria, sang suami yang juga seorang dokter hewan, Drh AA Ngurah Mayun, sangat mendukung keputusannya. Sebab, kesempatan belajar ke luar negeri tidak akan terulang, kesempatan hanya datang satu kali. Apalagi, pendidikan di Jepang tinggal 2 tahun lagi rampung.

Walhasil, seusai pemakaman ayahnya, Made Ria langsung terbang ke Jepang bersama anak sulungnya yang masih balita, AA Ayu Nirmala Putri, demi menemani menyelesaikan pendidikan S3. “Saya langsung bangkit dan bergerak cepat agar kuliah selesai tepat waktu,” papar Made Ria.

Kerja keras Made Ria akhirnya membuahkan hasil pada April 2000, ketika dia resmi menyandang gelar PhD dari Universitas Tohoku Sendai, Jepang. Usai menamatkan kuliah S3 di Jepang, Made Ria kembali ke tanah air dan bekerja lagi di Laboratorium Uji Mutu Obat Hewan, Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan (BPMSOH) Gunung Sindur, Bogor, Jawa Barat. Made Ria berdinas di sini sampai 10 Februari 2017, sebelum kemudian dipromosikan menjadi Kasubdit Peng-awasan Obat Hewan Direktorat Peternakan dan Keswan Kementan.

Drh Made Ria Isriyanthi PhD sendiri merupakan anak kedua dari empat bersaudara pasangan Drh I Gede Sudana dan Ni Nyoman Damayanti. Kakaknya yang lulusan S1 Fakultas Ekonomi, kini tinggal di Bali. Sedangkan adiknya nomor satu yang merupakan lulusan Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik ITS, tinggal di Surabaya. Sementara si bungsu yang jebolan Fakultas Hukum Unair,tinggal di Denpasar.

Made Ria bekerja di Kementan mengikuti jejak sang ayah, Drh Gede Sudana. Ayahnya yang lulusan S1 Kedokteran Hewan IPB Bogor dan S2 Universitas Edinburgh (Inggris) adalah PNS, dengan jabatan terakhir Kasubdit Pengamatan Penyakit Hewan di Kementan. Karena ayahnya seorang dokter hewan yang kerap berpindah-pindah tempat tugas, makanya Made Ria dilahirkan di Blitar, 27 Juli 1965 ketika orangtuanya tinggal di sana.

Beruntung, ayahnya kemudian pindah ke Bali, hingga Made Ria menempuh pendidikan SD, SMP, dan SMA-nya di Denpasar. Saat sekolah di SLUB Saraswati Denpasar (tingkat SMP), Made Ria mengambil Kelas Bahasa Inggrishingga dia menguasai Bahasa Inggris.

Setamat SMAN 3 Denpasar tahun 1983, Made Ria pilih melanjutkan kulih di Jurusan Kedokteran Hewan Fakultas Kedokteran Unair Surabaya. Padahal, saat itu Made Ria juga diterima di Fakultas Kedokteran Hewan Unud dan Jurusan Sastra Inggris Fakultas Sastra Unud.

Sekadar dicatat, pada era itu, tamatan Program IPA SMA boleh mendaftar di 4 fakultas berbeda, yakni 2 fakultas di perguruan tinggi kategori Perintis I seperti Unair dan 2 fakultas di perguruan kategori Perintis III seperti Unud. Untuk Perintis I, bisa pilih fakultas berbasic IPA (seperti Kedokteran Hewan) dan fakultas berbasis IPS (seperti Fak,ultas Ekonomi). Demikian pula untuk Perintis III.

“Saya kala itu memilih kuliah di Unair, karena ingin mandiri,” kenang Made Ria. Menurut Made Ria, saat itu ada 4 mahasiswa dari Bali yang ambil Jurusan Kedokteran Hewan Fakultas Kedokteran Unair angkatan 1983. Termasuk di antaranya AA Ngurah Mayun, yang kini menjadi suaminya.

Made Ria memilih Jurusan Kedokteran Hewan lantaran ingin mengikuti jejak ayahnya, Drh Gede Sudana. Bagi Asesor di Komite Akreditasi Nasional (KAN) untuk lingkup Laboratorium Uji Mutu ini, ayahnya adalah figur yang patut diteladani. Made Ria lulus S1 di Unair tahun 1989 dan langsung diterima kerja di Kementerian Pertanian.

Sementara itu, dari pernikahannya dengan Drh AA Ngurah Mayun, Made Ria dikaruniai dua anak. Si sulung AA Ayu Nirmala Putri SE, 25, adalah lulusan dari International Bisnis Universitas Binus. Perempuan berusia 25 tahun ini sempat mendapat beasiswa kuliah setahun di Universitas Arhnem, Belanda. Saat ini, Ayu Nirmala berwiraswasta dengan mendirikan EO. Sedangkan si bungsu AA Bagus Surya Kencana, 17, masih duduk di Kelas II SMA St John BSD, Tangerang Selatan. *k22

Komentar