nusabali

Upacara Ngaben Seniman Drama Gong dan Pelawak I Wayan (Dolar) Tarma

  • www.nusabali.com-upacara-ngaben-seniman-drama-gong-dan-pelawak-i-wayan-dolar-tarma

Almarhum Dolar sempat berpesan agar seniman di Bangli membentuk wadah atau perkumpulan. Pesan itu akan berusaha diwujudkan oleh koleganya, Sang Ketut Sarka alias Perak.

Istri Lantunkan Kidung (Mamwit Narendra), Kolega Terkenang Pesan Almarhum

BANGLI, NusaBali
Seniman drama gong dan pelawak kondang I Wayan Tarma alias Dolar yang meninggal pada Sabtu (9/7), diaben pada Saniscara Paing Ukir, Sabtu (16/7). Prosesi upacara ngaben almarhum dilaksanakan di Setra Santi Banjar Siladan Sima, Desa Pakraman Tamanbali, Kecamatan/Kabupaten Bangli. Ratusan krama banjar dan sejumlah kolega mengiringi prosesi upacara sejak pemberangkatan dari rumah duka menuju setra yang berjarak sekitar 800 meter ke arah timur dari rumah duka di Jalan Raya Tamanbali, Bangli.

Prosesi upacara ngaben almarhum Dolar yang lahir pada 31 Desember 1954, ini diawali pada Sukra Umanis Ukir, Jumat (15/7) ditandai ‘nanceb’ (memasang) balai pawedan. Kemudian memulangkan jenazah almarhum dari RSUD Bangli dilanjutkan dengan upacara pembersihan atau nyiraman. Sehari setelah prosesi nanceb dan nyiraman, Sabtu kemarin dilaksanakan puncak upacara ngaben. I Nengah Suryadiputra, salah seorang dari tiga anak almarhum, menyatakan, Sabtu kemarin merupakan puncak upacara ngaben almarhum ayahnya.

Suasana duka menyelimuti keluarga. Ketika jenazah almarhum diturunkan dari sumanggen/balai dangin jelang keberangkatan menuju setra, lewat tengah hari, sejumlah anggota keluarga terlihat terisak menahan tangis. Suasana haru bertambah, karena di sela-sela penurunan jenazah, Ni Wayan Jepun, istri tua (pertama) almarhum melantunkan kekawin/kidung Mamwit Narendra. Bersama beberapa ibu-ibu, Ni Wayan Jepun dengan suara lirih melantunkan kidung Mamwit Narendra — jenis kekawin yang lumrah dilantunkan jelang pemberangkatan jenazah menuju setra atau kuburan.  “Nggih sedih tiyang pak,” ucap Jepun, ibu dua anak ini.

Jepun menuturkan, dia memang biasa menembangkan kekawin Mamwit Narendra yang bernuansa sedih ini. Jepun mengangguk ketika ditanyakan kekawin yang dia lantunkan sebagai ‘bekal’ untuk sang suami mulih ke gumi wayah (ke alam kekal). “Nggih..nggih…” tutur Jepun lirih.

Upacara ngaben almarhum Dolar tidak menggunakan bade atau wadah, untuk wadah jenazah menuju setra. Wadah jenazah almarhum berupa joli sederhana dengan sedikit hiasan putih kuning, sebagai tanda almarhum juga seorang pemangku. Diantar ratusan krama yang terdiri dari keluarga, tetangga, kerabat, kolega, dan kenalan, sekitar pukul 13.00 wita jenazah diberangkatkan ke setra. Selanjutnya, puncak ngaben ditandai dengan pembakaran jenazah almarhum.

Sang Ketut Arka alias Perak, 59, salah seorang kolega almarhum sesama pelawak drama gong, mengaku sangat kehilangan almarhum Dolar. “Almarhum memang pelawak paling top,” ujar pelawak yang juga asal Desa Pakraman Tamanbali, namun tinggal di banjar berbeda dengan Dolar. Almarhum Dolar dari Banjar Siladan Sima, sedang Perak dari Banjar Teruna—sebelah selatan Banjar Siladan Sima. “Almarhum banyak membina, terutama anak-anak,” tutur Perak, yang juga pasangan melawak almarhum Dolar, selain I Nyoman Subrata alias Petruk, asal Banjar Kawan, Bangli. Perak menyebut salah seorang anaknya yang sempat dididik melawak oleh almarhum Dolar. “Sudah sedikit mendekati gayanya almarhum,” ungkap Perak.

Selain membina dan mendidik beberapa anak berbakat ‘melawak’, di kalangan seniman dan pelawak di Bangli, almarhum Dolar merupakan tokoh yang dituakan. Menurut Perak, almarhum Dolar kerap menasihati agar sesama pelawak, sesama seniman supaya akur dan rukun. “Sesama seniman, khususnya di Bangli diminta bersatu, membentuk wadah,” ujar Perak.  Dikatakannya, pesan dan nasihat tersebut disampaikan sebelum Dolar jatuh sakit. “Kami akan berusaha untuk mewujudkan pesan tersebut,” ucap Perak. Karena menurut Perak, Bali khususnya Bangli, potensial dengan bakat  melawak.

Sebagaimana diberitakan, seniman drama gong dan pelawak I Wayan Tarma alias Dolar meninggal, Sabtu (9/7). Almarhum meninggal dunia dalam perawatan di UGD RSUD Bangli, setelah dirujuk karena mengalami muntah darah dan gejala penyakit kritis lainnya.

Pelawak legendaris Bali, ini meninggal dunia pada Sabtu (9/7) sekitar pukul 05.30 Wita, tidak lebih dari dua jam setelah dirujuk sekitar pukul 04.30 Wita. Seniman penerima sejumlah penghargaan di antaranya Piagam Dharma Kusuma dari Gubernur Bali pada 2013, ini meninggal diduga akibat komplikasi beberapa penyakit yang diidapnya, di antaranya diabetes, jantung, dan stroke, sejak empat tahun terakhir.

Wayan Dolar berpulang buat selamanya dengan meninggalkan dua istri, Ni Wayan Jepun dan Ni Wayan Wardani, serta 3 anak yakni Ni Wayan Tunjung, I Nengah Suryadiputra, I Komang Edi Suandana, dan 4 cucu.Salah seorang istri Wayan Dolar, yakni Ni Wayan Jepun, mengaku sangat sedih atas kepergian suami tercintanya. “Kemarin (Jumat) masih sempat dibelikan nasi jinggo oleh cucunya,” kenang Wayan Jepun kepada NusaBali di rumah duka  , Jumat (8/7).

Wayan Jepun mengisahkan, belakangan Wayan Dolar memang doyan santap nasi jinggo. Karena kondisinya stroke sejak 4 tahun silam, Wayan Dolar harus disuapi untuk makan. “Saat makan nasi jinggo kemarin, Bapak (almarhum) sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda akan meninggal,” katanya.

Hanya saja, lanjut Wayan Jepun, almarhum suaminya ini sempat memegang erat tangannya. “Bapak salaman sambil pegang erat tangan saya. Setelah itu, kondisinya memburuk. Saya baru sadar kalau salaman itu pertanda almarhum akan berpulang buat selamanya, setelah dinyatakan meninggal di rumah sakit,” jelas Wayan Jepun. 7 k17

Komentar