nusabali

Pemahaman Literasi Sekolah Masih Dangkal

Pusat Lakukan Penguatan di SMKN 1 Singaraja

  • www.nusabali.com-pemahaman-literasi-sekolah-masih-dangkal

Puluhan guru, pegawai dan siswa SMKN 1 Singaraja, Sabtu (14/9), mengikuti penguatan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang dipandu oleh Satuan Tugas GLS SMK, Direktorat Pembinaan SMK, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemnedikbud) RI.

SINGARAJA, NusaBali

Penguatan GGLS dimaksud untuk memperdalam pemahaman guru dan sivitas sekolah terkait implementasi yang selama ini masih dinilai dangkal.

Satgas GLS SMK, Sadbudhi Rahayu, dari bidang Direktorat pembinaan SMK, Kemendikbud RI, mengatakan pemahaman terhadap GLS selama ini di seluruh sekolah SMK di Indonesia rata-rata masih sangat dangkal. Sekolah umumnya selama ini memahami GLS hanya sekadar membaca, padahal literasi itu adalah proses mengakses, memahami dan menggunakan informasi secara cerdas. “Selama ini pemahamannya baru sebatas membaca, padahal literasi itu sampai menghasilkan sebuah karya,” jelas Endang.

Menurutnya pemahaman soal literasi yang benar sudah diketahui sebagaian besar guru. Hanya saja selama ini kebanyakan guru masih bersifat konvensional dalam menerapkan literasi di lingkungan sekolah maupun dalam proses pembelajaran. Hal itu dipengaruhi rasa tak ingin dinilai aneh karena menyajikan pembelajaran yang berbeda dari biasanya.

“Guru harus lebih kreatif, yang utama guru adalah lebih terbuka terhadap kreatifitas anak. Mungkin beberapa guru paling takut pada anak kreatif, karena kadang mereka melakukan sesuatu yang agak berbeda dengan yang sudah disampaikan oleh guru. Padahal ketika berbeda ada menyimpang guru bisa mengarahkan, sehingga pembelajaran bisa hidup,” jelasnya.

Dalam kesempatan itu dirinya pun mengapresiasi upaya SMKN 1 Singaraja yang sudah menerapkan literasi di bidang lingkungan dengan penerapan peraturan gubernur tak memakai sampah plastik untuk menjaga bumi, mendaur ulang sampah dan menjadikan benda-benda yang biasa menjadi luar biasa.

Sementara itu Kepala SMKN 1 Singaraja, I Nengah Suteja menjelaskan pihak sekolah mendatangkan narasumber dari pusat karena memiliki tanggungjawab dalam program GLS sebagai sekolah rujukan di Bali. Sedangkan sejauh ini pemahaman literasi di sekolah setelah materi penguatan yang disampaikan narasumber, masih sangat jauh dari sempurna.

Gerakan literasi di SMKN 1 Singaraja sejauh ini masih bersifat konvensional, sehingga dengan penguatan ini, pihak sekolah akan berupaya menerapkan dan melengkapi element untuk memantapkan GLS. “Banyak hal yang kami dapatkan setelah ada pemaparan dari Satgas GLS SMK ini, ternyata literasi tidak hanya membaca tetapi langsung pada tahap mengcreat atau menciptakan nah ini yang belum, termasuk membuat pojok-pojok baca, penataan perpustakaan dan lainnya,” ucap Suteja.

Dalam kesempatan itu, workshop sehari itu juga melibatkan tak hanya guru tetapi pegawai dan siswa yang akan mendukung program GLS di sekolah. “Harapannya GLS kami yang masih konvensional saat ini dapat ditransformasikan menjadi GLS yang diharapkan oleh kementerian,” kata Suteja. *k23

Komentar