nusabali

Begini Cara Tukang Bakso Meriahkan HUT Kemerdekaan RI Ke-74

  • www.nusabali.com-begini-cara-tukang-bakso-meriahkan-hut-kemerdekaan-ri-ke-74

Semangat merayakan HUT Kemerdekaan RI ke-74 ditunjukkan oleh penjual bakso yang satu ini. Namanya, Nur Hadi, 66, pria asal Jember, Jawa Timur.

MANGUPURA, NusaBali

Dia memoles gerobak baksonya dengan cat merah putih. Selain itu, Dia menambahkan 17 bendera sebagai pernak-pernik. Tak ayal baksonya selalu ramai pembeli seperti yang terlihat Jumat (2/8) kemarin.

Tempat Nur Hadi berjualan bakso yakni di Jalan I Gusti Ngurah Rai Betoh, Sempidi, Mengwi, Kabupaten Badung, atau di kawasan pintu belakang Puspem Badung. Saban hari berjualan bakso, Nur Hadi didampingi istrinya bernama Sholehah, 62.

Menurut Nur Hadi, mengecat gerobak dan menghiasinya dengan bendera merah putih serta pernak-pernik lainnya, bertujuan untuk mengingatkan betapa nenak moyang dulu berjuang dengan gigih demi kemerdekaan. "Sekarang kita bisa makan enak karena perjuangan nenek moyang, masa memperingati saja tidak mau," ucapnya.

"Makanya dari dulu saya pasang ini seperti bendera tiap awal Agustus dan baru dibuka lagi akhir Agustus," lanjut Nur Hadi. Walau untuk memodifikasi gerobak baksonya harus mengeluarkan banyak, namun bagi Nur Hadi tidak masalah, yang penting bisa memeriahkan HUT Kemerdekaan RI.

Bapak tiga anak kandung, dua anak angkat, dan empat cucu ini, mengaku berjualan bakso sejak sekitar 1988 silam. "Awal merantau dulu saya kerja jadi tukang jahit di garmen. Tapi karena untungnya tidak seberapa, saya dan dua orang teman saya ngupulin modal untuk jualan bakso. Dulu saya keliling berjualan," terangya.

Menjadi penjual bakso saat itu menurutnya betul-betul sebuah perjuangan, sebab keuntungan jualan bakso bari dirasakan setelah sebulan kerja. "Jadi, dulu itu setelah sebulan baru dapat untung. Saya jualan dari pukul 13.00 WITA sampai pagi baru pulang. Kadang dapat Rp 3 ribu kadang Rp 4 ribu," ungkapnya.

Namun, berkat ketekunannya kini dia sudah tidak perlu lagi keliling jualan bakso, cukup berdiam di satu tempat saja. "Sekitar tahun 1991, saya mulai menetap di sini berjualan," ujarnya.

"Syukurlah di sini ramai pembeli, saya buka dari pukul 15.30 WITA, kadang sampai pukul 22.00 WITA sudah habis. Ya lumayan sehari bisa dapat Rp 2 juta, tapi itu pendapatan kotor," ucapnya sambil tersenyum.

Yang menarik, selama berjualan bakso, Nur Hadi selalu libur pada saat Penampahan dan Hari Raya Galungan. Pernah suatu ketika Dia memutuskan untuk berdagang. Namun, mendadak dia jatuh sakit, sehingga tidak meneruskan untuk berjualan. "Tiba-tiba meriang badan saya. Sejak saat itu kalau pas Penampahan dan Galungan saya libur, sampai sekarang. Saya tidak karena apa?," ucapanya.

Walau usia tidak lagi muda, Nur Hadi bertekad akan terus berjualan bakso demi menafkahi keluarnya. "Sepanjang masih kuat ya saya jualan," tandasnya. *asa

Komentar