nusabali

Krama Miskin Bukan Hambatan Menjadi Literat

  • www.nusabali.com-krama-miskin-bukan-hambatan-menjadi-literat

Istilah literasi kita temukan di media massa hampir setiap saat.

Apakah krama Bali sudah semuanya literat? Apa pentingnya menjadi literat? Menurut Mendikbud (2017), bangsa yang maju tidak dibangun hanya dengan mengandalkan kekayaan alam dan jumlah penduduk yang banyak. Bangsa besar ditandai oleh masyarakat yang literat, memiliki peradaban tinggi, dan aktif memajukan masyarakat dunia. Keberliterasian bukan hanya masalah bebas dari buta aksara, melainkan memiliki kecakapan hidup untuk menciptakan kesejahteraan. Artinya, krama Bali harus dapat menunjukkan kemampuan untuk berkolaborasi, berpikir kritis, kreatif, komunikatif sehingga dapat memenangi persaingan

Penguasaan keenam literasi dasar, seperti yang disepakati dalam World Economic Forum (2015) menjadi sangat penting.  Keenam literasi dasar tersebut mencakup literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, literasi budaya dan kewargaan.

Pertama, literasi baca-tulis. Membaca dan menulis merupakan literasi yang dikenal paling awal dalam sejarah peradaban manusia. Keduanya tergolong literasi fungsional dan berguna besar dalam kehidupan sehari-hari. Membaca merupakan kunci untuk mempelajari segala ilmu pengetahuan.

Kedua, literasi numerasi adalah pengetahuan dan kecakapan untuk  menggunakan angka, simbol matematika dasar, dan menganalisis informasi dalam berbagai bentuk, seperti grafik, tabel, atau bagan. Secara sederhana, numerasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengaplikasikan konsep bilangan dan keterampilan operasi hitung di dalam kehidupan sehari-hari.

Ketiga, literasi sains sebagai pengetahuan dan kecakapan ilmiah dalam mengidentifikasi pertanyaan, memeroleh pengetahuan baru, menjelaskan fenomena ilmiah, serta mengambil simpulan berdasar fakta, memahami karakteristik sains, kesadaran sains dan teknologi.  

Keempat, literasi finansial sebagai pengetahuan dan kecakapan dalam mengaplikasikan pemahaman tentang konsep dan risiko, keterampilan membuat keputusan efektif dalam konteks finansial untuk meningkatkan kesejahteraan finansial.

Kelima, literasi digital sebagai kemampuan memahami dan menggunakan informasi dalam berbagai bentuk dan sumber. Bawden (2001) berpendapat bahwa literasi digital dikaitkan dengan keterampilan teknis mengakses, merangkai, memahami, dan menyebarluaskan informasi.

Keenam, literasi budaya merupakan kemampuan dalam memahami dan bersikap terhadap kebudayaan sebagai identitas diri. Sedangkan, literasi kewargaan adalah kemampuan dalam memahami hak dan kewajiban sebagai krama desa pakraman. Dengan demikian, literasi budaya dan kewargaan merupakan kemampuan krama dan pakraman dalam bersikap terhadap lingkungan.

Keenam jenis literasi di atas telah diwujudkan di SMA dan SMK Bali Mandara. Tidak ada hambatan bagi yowana miskin menjadi literat. Di Bali Mandara peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan dan lainnya mengembangkan kecerdasan jamak secara holistik, sistematis dan terstruktur. Kecerdasan yang dikembangkan berawal dan bertumpu pada kecerdasan emosional (emotional intelligence), sosial (social intelligence), adversitas (adversity intelligence), ekologis (ecological intelligence), dan spiritual (spiritual intelligence). Melalui bekal kelima kecerdasan tersebut, peserta didik mengembangkan kecerdasan intelektualnya (intellectual intelligence). Berbagai kegiatan pembelajaran kurikuler, intra-kurikuler, dan ekstra kurikuler dikembangkan. Di samping itu, satu unit kegiatan belajar mandiri (UKBM) dikembangkan secara kreatif. Peserta didik belajar mandiri untuk meraih keenam jenis literasi di atas. Semua dikerjakan oleh, dari, dan untuk mereka, dari subuh sampai malam. Mereka dengan suka cita melakukan itu semua untuk meraih prestasi gemilang. Siapa bilang orang miskin tidak berhasil, siapa sangka orang miskin dan bodoh bisa menggapai asa tinggi, dan siapa menduga yang sepi dibanjiri prestasi. Itulah SMA dan SMK Bali Mandara milik Provinsi Bali. *

Prof Dewa Komang Tantra MSc PhD
Pemerhati Masalah Sosial dan Budaya

Komentar