nusabali

Sanggar Citta Kelangen Bius Penonton

  • www.nusabali.com-sanggar-citta-kelangen-bius-penonton

Karena memiliki aura magis, seniman yang menarikan palegongan Mimba Pralaya ini mengalami trance (karauhan)

DENPASAR, NusaBali
Sanggar Seni Citta Kelangen dari Desa Sidakarya, Denpasar Selatan tampil bak menyihir penonton. Tari pelegongan berjudul Mimba Pralaya seakan membawa aura magis di tengah-tengah penonton di Kalangan Angsoka Taman Budaya Bali, Rabu (15/6). "Tari pelegongan merupakan implikasi cerita dalam babad yang ada di sejarah yang kaitannya dengan Sanur dan Puri Kesiman, dimana setiap pediksan selalu saja ada petaka," ujar pimpinan sanggar, Wayan Rena.

Tokoh utama dalam pelegongan ini adalah Rangda Jro Agung. Dulunya, kisah ini dimainkan dalam bentuk fragmentari, namun sekitar tahun 1998, kisah ini kemudian kembali diolah dalam bentuk palegongan yang dimainkan oleh sebagian besar anak-anak. Sebanyak 48 seniman anak-anak dan dewasa yang dilibatkan dalam pementasan, kemarin.

Selain itu, karena memiliki aura magis, kata Wayan Rena, kerap seniman yang menarikan palegongan Mimba Pralaya ini mengalami trance (karauhan). "Karena itu sebelum kita pentas kita pasti selalu berdoa dan memohon terlebih dahulu pada sesuhunan yang akan ditarikan tersebut," ungkapnya.

Sebelum tari Pelegongan Mimba Pralaya, diawali dengan tabuh petegak semara pagulingan patra sari yang terinspirasi dari lekukan berbagai motif ukiran Bali, yang unik dan rumit, kemudian diolah menjadi demikian kompleks dan dinamis dengan tidak ritme dan pakem keklasikan.

Dilanjutkan dengan tari penyambutan Wijaya Kusuma yang terinspirasi dari bunga Wijaya Kusuma yang memiliki aura magis sebagai bunga penyembuh berbagai macam penyakit serta bunga kewibawaan dan keberuntungan. Bunga ini hanya mekar di malam hari.

Sedangkan Tari Pelegongan Mimba Pralaya diambil dari kisah Ratu Niang dengan julukan Rangda Jro Agung yang murka lantaran dendam pribadi yang pernah dialaminya. Dia pun merencanakan akan membuat petaka bagi siapapun yang akan mengadakan pediksan atau upacara untuk menjadi pendeta.

Peristiwa tersebut akhirnya mencekam kehidupan masyarakat Alas Mimba yang kemudian didengar oleh raja. Lantas, raja mengutis mahapatihnya yang bernama Gusti Made Lord untuk menyelidiki dan mengatasi persoalan tersebut.

Namun semua rencana tersebut sudah diketahui oleh Rangda Jro Agung yang akhirnya bertempur sengit hingga akhirnya mengalahkan Gusti Made Lord. Berita tersebut sampai le telinga raja. Hingga akhirnya raja memutuskan untuk menggelar gegelaran Bima Rampag untuk mengalahkan Rangda Jro Agung. "Dharma akan selalu menang, serta Kebajikan dan kebijakan seorang pemimpin akan menjadi tauladan dan pengayom bagi rakyatnya," pesannya. 7 i

Komentar