nusabali

Rawat Ibu Usia 80 Tahun, Jual Nasi Jinggo untuk Hidup

  • www.nusabali.com-rawat-ibu-usia-80-tahun-jual-nasi-jinggo-untuk-hidup

Luh Sukerning Hidup dengan Kaki Berlubang dan Mengkerut 

SINGARAJA, NusaBali
Satu lagi kisah perjuangan hidup yang memilukan dari Kabupaten Buleleng. Luh Sukerning, 54, warga Banjar Dinas/Desa Banyupoh, Kecamatan Gerokgak, Buleleng, bertahan hidup dengan kondisi kakinya yang berlubang dan mengkerut. Di tengah keterbatasannya dia juga harus menghidupi Wayan Daning, 80, yang tidak lain adalah ibu kandungnya.

Kisah pilu Sukerning dimulai pada tahun 1998, saat terjadi kebakaran di warung miliknya, sehingga beberapa bagian tubuhnya terkena api. Dia saat itu mengalami luka bakar lebih dari 25 persen di bagian kaki dan tangan. Luka bakar yang dideritanya membuatnya hanya ‘terbaring’ di tempat tidur selama tiga tahun.

Setelah membaik, ia baru bisa beraktivitas dengan kursi roda bantuan dari tetangganya. Namun luka bakar di kaki kanannya yang belum sembuh benar, membuatnya terbatas melakukan aktivitas.

Sukerning yang ditemui di rumahnya, mengaku, bahwa dirinya tidak punya pilihan lain. Ia ke dokter untuk memeriksakan luka di kakinya saat ada uang yang lebih atau lukanya benar-benar terasa sakit.

Sejak beraktivitas di atas kursi roda, kakinya kanannya yang mengalami luka bakar serius, sering membentur benda yang ada di sekitarnya. Sehingga menghitam dan lama-kelamaan menjadi berlubang dan mengkerut. Kaki kanannya pun saat ini masih sering mengalami pendarahan apabila bersentuhan atau terbentur benda keras. Sedangkan kaki kirinya saat ini juga tidak kuat lagi menopang berat tubuh, saat dia mencoba berdiri dengan satu kaki.

“Saya hanya rawat jalan. Kalau sakit baru berobat, karena tidak punya uang lebih untuk melakukan perawatan rutin,” ujarnya saat ditemui di rumahnya, Senin (13/6). Saat ini untuk dapat bertahan hidup bersama ibu kandungnya, ia berjualan nasi jinggo yang dikerjakan sendiri dari atas kursi roda. Untuk membeli bahan dagangan dan memasarkannya, ia seringkali mendatangkan pedagang sayur maupun pembeli nasi jinggonya. Kadang kala meminta bantuan juga kepada salah satu iparnya. Dari usahanya itu, dia hanya mendapatkan keuntungan berkisar Rp 25-30 ribu per hari untuk biaya hidup.

Sukerning adalah anak kelima dari enam bersaudara. Dia menyatakan akan merelakan jika dokter menyarankan untuk mengamputasi kaki kanannya yang saat ini berlubang dan mengkerut. Namun apa daya, keadaan ekonomi Sukerning dan keluarga dekatnya yang kekurangan, membuatnya tidak dapat menempuh upaya medis yang memerlukan dana besar.

Apalagi sejak belasan tahun, Sukerning berstatus janda cerai tanpa anak. Jadi dia harus berjuang sendiri untuk bertahan hidup tanpa jaminan dan bantuan dari siapapun. Kursi roda bantuan tetangganya pun kini sudah dalam kondisi rusak, karena sudah bertahun-tahun dipakai.

Perbekel Desa Banyupoh Made Sukarata mengatakan pihaknya selaku pemerintah desa sudah pernah mengajukan pengusulan kursi roda kepada Dinas Sosial Buleleng, sekitar tiga tahun silam. Namun hingga kini bantuan kursi roda untuk Sukerning belum juga datang.

Sukarata menambahkan bahwa selama ini Sukerning belum pernah menerima bantuan dari pemerintah. Baik berupa raskin, Asuransi Orang Sakit dengan Kecacatan (AOSDK), dan jenis bantuan lainnya. Pihaknya berharap dengan keadaan warganya yang sangat memprihatinkan mendapatkan atensi lebih dari Pemerintah Kabupaten Buleleng. “Belum pernah mendapatkan bantuan sama sekali, padahal kondisinya cukup parah,” ungkap dia.

Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Buleleng dikonfirmasi, Senin (13/6) siang, mengatakan bahwa sampai saat ini pihaknya belum menerima laporan tertulis pengajuan dari desa. Ia menyatakan akan segera mengutus tim cepat untuk terjun langsung melihat kondisi Sukerning. “Segera tim akan turun mengecek langsun ke lapangan,” ucapnya. 7 k23

Komentar