nusabali

Balada Dadong Nyoman Puspa, Tidur Beralaskan Tikar di Sekepat Reot

  • www.nusabali.com-balada-dadong-nyoman-puspa-tidur-beralaskan-tikar-di-sekepat-reot

Dadong Nyoman Puspa, lansia berumur 75 tahun asal Banjar Pugpug, Lingkungan Sangket, kelurahan/Kecamatan Sukasada Buleleng, harus menjalani sisa hidupnya dengan memprihatinkan.

SINGARAJA, NusaBali

Dirinya yang sudah menjanda puluhan tahun dan tak dikaruniai anak dalam perkawinannya itu kini  hanya tinggal dan tidur di sekepat reot milik adik kandungnya. Dadong Puspa tidur hanya beralaskan tikar di bangunan yang menyatu dengan dapur itu pun tampak rapuh dan tak berdinding.

Susila pun memasangkan kertas semen dan karung beras di sisi sekepat, untuk melindungi kakaknya dari cuaca malam yang dingin dan saat musim hujan. Namun jika hujan deras, tentu sekepat yang menjadi tempat tidur Dadong Puspa akan basah dan terpaksa diajak tidur di dalam rumah berdesakan.

Tubuh renta dadong Puspa membuatnya tak dapat berbuat banyak dan hanya mengandalkan uluran adik kandungnya Made Susila, 65. Meski tinggal di lahan milik keluarga, kondisi Susila yang kesehariannya hanya sebagai tukang bangunan (pengayah), hanya cukup untuk biaya hidup anak istrinya. Sedangkan rumah milik Susila yang berada di samping sekepat yang ditempati Puspa pun cukup sesak.

Rumah tua dengan dua kamar itu dihuni oleh anak dan cucunya, tiga orang dewasa dan tiga orang anak-anak. “Ya terpaksa tidur di luar karena di kamar sesak saya tinggal sama anak dan cucu saya,” kata Susila menjelaskan keadaannya.  Rumah semi permanen yang ditempati Susila bersama anak cucunya pun juga belum memiliki kamar mandi.

Mereka selama ini mandi dan buang air di kali dekat rumahnya.

Dadong Puspa yang menjanda puluhan tahun hingga saat ini masih satu KK dengan Susila adiknya. Selain itu Dadong Puspa juga saat ini dinafkahi adiknya, karena sudah tidak dapat bekerja dan mencari sumber penghasilan ekonomi. “Dulu buat-buat keranjang, majejaitan, tetapi sekarang karena sudah tua sudah tidak bisa lagi,” kata Susila. Kakak keempat dari tujuh bersaudara itu disebut Susila pernah menikah dengan orang yang masih satu banjar. Namun pernikahan Dadong Puspa tak bertahan lama. Setelah melahirkan anak kembar yang meninggal di dalam kandungan, Dadong Puspa diceraikan suaminya. Sejak itu Dadong Puspa tinggal bersama Susila.

Selain menjalani hidup kekurangan, Dadong Puspa juga menderita penyakit gondok. Dirinya menceritakan penyakit itu sudah dideritanya sejak kecil. Hanya saja setelah menua, mulai membesar. Seonggok daging berbentuk bulat menggelantung di lehernya. Meski mengaku tak merasakan sakit pada gondoknya, kondisi itu cukup mempersulit Dadong Puspa, seiring dengan menurunnya kekuatan fisiknya. “Tidak sakit, cuma berat saja, apalagi sekarang sudah ngos-ngosan,” ujar Dadong Puspa lirih. Penyakitnya itu hanya ditangani dengan ramuan tradisional dan juga pernah dibawa ke tukang pijat.

Sementara itu, Dinas Sosial Kabupaten Buleleng, Selasa (18/6), mengunjungi Dadong Puspa. Sembari membawakan sembako, Kabid Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Luh Emi Suesti didampingi Kasi Kesejahteraan Anak dan Lansia, Niken Puji Astuti, mengatakan Dadong Puspa sudah memiliki Kartu Indonesia Sehat (KIS).

Dinas Sosial lebih menyoroti soal tempat tinggal dadong yang dinilai tak layak. “Kami segera akan buat laporan ke Pak Kadis untuk bantuan kasur atau tempat tidur yang lebih layak. Termasuk kemungkinan bedah rumah, nanti kami juga akan berkoordinasi dengan komunitas sosial yang selama ini banyak membantu, termasuk nanti kamar mandinya yang memang belum dimiliki keluarga ini,” jelas Emi.

Ditanya soal penanganan penyakit gondok Dadong Puspa, pihaknya belum berani memastikan. “Mungkin nanti bisa dibawa ke RSUD Buleleng untuk dicek dulu seberapa jauh penyakit itu bisa ditangani, karena dadong kan sekarang sudah berumur,” imbuh dia. *k23

Komentar