nusabali

Mahasiswa ISI Ngejanger di Kampus

  • www.nusabali.com-mahasiswa-isi-ngejanger-di-kampus

“Ada pesan mendalam pada cerita dengan lampan ‘Sunda Upasunda’ ini, hendaknya kita menyama (bersaudara) itu jangan mesiat (berkelahi). Lebih baik bersatu dan saling menghargai”
 (Pembina Ekstra Janger, Ida Ayu Agung Yuliaswati)

Angkat Kisah Kesombongan dan Keserakahan Dua Raja Bersaudara
 
DENPASAR, NusaBali
Situasi dan kondisi generasi muda yang kian individual, membuat arah karakter bangsa yang mengedepankan kebersamaan serta gotong royong semakin tak terarah. Nampaknya tarian Janger mampu menjadi mediator untuk memupuk jiwa kebersamaan tersebut. Seperti ngayah tari Janger yang dilakukan oleh mahasiswa jurusan Sendratasik ISI Denpasar, Minggu (5/6) malam, serangkaian piodalan di kampus setempat yang jatuh pada Saniscara Kliwon Wayang, Sabtu (4/6) lalu.

Suasana kebersamaan sangat terasa tatkala 14 orang penari Janger dan 14 penari Kecak nampak kompak menunjukkan gerak serta nyanyiannya di arena pertunjukkan di Jaba Pura ISI Denpasar. "Ini merupakan inisiatif dan apresiasi dari mahasiswa jurusan pendidikan Sendratasik, yang juga mengajak mahasiswa dari jurusan lain seperti Seni Tari, Pedalangan, Karawitan, untuk bersama memupuk rasa kebersamaan," ujar Pembina Ekstra Janger di ISI Denpasar, Ida Ayu Agung Yuliaswati, di sela-sela acara.

Yuliaswati yang juga Kepala Sub Bagian Umum Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar itu mengatakan, ngayah Janger serangkaian piodalan merupakan implementasi dari konsep Tri Hita Karana. Menurutnya, kegiatan seperti ini bisa menumbuhkembangkan sikap meyadnya sebagai landasan kekuatan tinggi masyarakat Bali. Selain itu, Janger sebagai mediator dalam menggalang kebersamaan yang menumbuhkan sikap saling menghormati, saling menghargai dan toleransi.

"Kalau Janger gerakannya selalu bersama-sama, dari awal, proses, hingga berakhir. Makanya Janger cocok sebagai media pemersatu, untuk menciptakan kerukunan. Juga sebagai media menumbuhkan toleransi, sikap disiplin, kerja keras, nasionalisme, spirit, dan pendidikan karakter," katanya.

Ayahan Janger dipentaskan oleh 14 orang penari Janger, 14 orang penari Kecak, 27 orang penabuh, dan lampan (lakon) 5 orang. Janger kali ini diisi dengan tembang-tembang klasik seperti pengaksama, pepeson kecak, pepeson janger, dong dabdaabang, bintamg siang, titiang lacur, ratu ayu, pesta seni, pusuh biu, lakon mepamit, dan gending mulih.

Adapun lampan (lakon) yang dibawakan yakni Sunda Upasunda yakni kesombongan dan keserakahan dua raja bersaudara yang ingin menguasai triloka (tiga dunia). Namun dalam pertapaannya mereka digoyahkan oleh seorang bidadari cantik utusan dari Dewa Indra bernama bidadari Nilottama.

Godaan dari bidadari Nilottama kemudian membuat kedua bersudara ini perang tanding untuk bisa memperistri bidadari Nilottama, hingga ahirnya peperangan dua bersaudara ini tidak kunjung ada pemenang sehingga keduanya sama-sama tidak berdaya oleh kesombongannya sendiri. "Ada pesan mendalam pada cerita dengan lampan ‘Sunda Upasunda’ ini, hendaknya kita menyama (bersaudara) itu jangan mesiat (berkelahi). Lebih baik bersatu dan saling menghargai," kata wanita yang akrab disapa Dayu Agung ini.

Sementara Ketua Jurusan Pendidikan Sendratasik ISI Denpasar, Rinto Widiarto berharap kegiatan seperti ini bisa terus berlanjut setiap ada piodalan, bahkan dipentaskan dalam skala besar seperti ajang Pesta Kesenian Bali (PKB). Dia ingin rasa persatuan antar pemuda dapat terus dipupuk dan dijaga. "Sebenarnya ini kami siapkan untuk PKB, tapi karena waktunya mepet kami pentaskan saat serangkaian piodalan. Karena ini kegiatan yang pertama kali dilakukan, saya berharap rasa kebersamaan bisa tumbuh diantara mereka," harapnya.

Ayahan Janger inipun disaksikan langsung oleh Rektor ISI Denpasar Dr I Gede Arya Sugiartha SSKar MHum beserta nyonya, serta jajaran dekan, dosen, pegawai, serta mahasiswa di lingkungan ISI Denpasar. 7 i

Komentar