nusabali

Pemuda Bali Bangun Jembatan di NTT

  • www.nusabali.com-pemuda-bali-bangun-jembatan-di-ntt
  • www.nusabali.com-pemuda-bali-bangun-jembatan-di-ntt

I Komang Triska Ananda Dilivianugraha Priantara realisasikan penantian 73 tahun masyarakat Sumba Timur.

DENPASAR, NusaBali
Penantian selama 73 tahun masyarakat Desa Kiritana, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) akhirnya terkabul. Pasalnya, sebuah jembatan gantung telah dibangun dan anak-anak setempat yang hendak pergi ke sekolah tidak lagi perlu menyeberangi Sungai Lambanapu yang dikenal jadi habitat buaya terbesar di Sumba. Mimpi yang terwujud itu digawangi oleh I Komang Triska Ananda Dilivianugraha Priantara, 21, pemuda asal Gianyar, Bali.

Ide itu berawal saat Nanda, sapaan khas buah hati dari pasangan Drs I Made Rika dan Dra Ni Putu Purnawati itu, sempat berkunjung ke Sumba pada akhir 2017 untuk menjadi salah satu dewan juri dalam Pemilihan Duta Wisata Indonesia Provinsi NTT. Ia pun melihat realita sosial dan pendidikan yang begitu memprihatinkan di daerah tersebut. “Nanda melihat sekumpulan anak SD beriringan menuju ke sekolah harus menempuh perjalanan melewati bukit tandus sepanjang 9-10 kilometer, belum lagi harus melewati sungai yang jadi habitat buaya terbesar di Sumba,” kisahnya saat dikonfirmasi via email, Rabu (22/5).

Lanjut Nanda, buaya yang tinggal di sungai itu pun sempat menelan beberapa korban. Namun, masyarakat tidak punya pilihan lain selain melintasinya, terlebih anak-anak juga harus berkutat dengan sungai selebar 68 meter itu untuk menjangkau sekolah. Berangkat dari masalah tersebut, tercetuslah ide dari pria kelahiran Dili, 13 Juli 1998 tersebut untuk menggalang dana pembangunan jembatan melalui tagar #KitaUntukLambanapu untuk mengakomodasi transportasi masyarakat dan para pelajar di sana.

Gerakan Nanda pun sempat viral dan menjadi perhatian banyak masyarakat Indonesia karena Nanda masih tergolong muda tetapi telah aktif mengurusi pemerataan pembangunan di Indonesia. Pria yang kini mengambil konsentrasi pendidikan Hubungan Internasional di President University, Cikarang, Jawa Barat, itu pun tidak sendiri. Ia menggandeng kitabisa.com untuk menggalang donasi dari para donatur. Selain itu, ia bekerja sama dengan pemuda setempat dan mendapat dukungan dari Bupati Sumba Timur. Target dana sebesar Rp 510 Juta pun terpenuhi. Namun, ternyata pembangunan jembatan menghabiskan dana sebesar 1,6 Milyar.

Beruntung, ada sebuah NGO dari Eropa yang bersedia membantu dari segi alat-alat konstruksi, material, dan landscaping tata pembangunan jembatan. Pembangunan jembatan gantung sepanjang 68 meter itu pun menghabiskan waktu 1.5 tahun sejak Juli 2018 dan resmi berdiri tepat pada hari Valentine, yakni pada 14 Februari 2019 lalu. “Penantian selama 73 tahun akhirnya mencapai manisnya. Masyakarat sangat bersyukur melalui jembatan ini, warga tidak harus berputar jauh kembali jika ingin ke daerah seberang, para orang tuapun menjadi lebih lega melepas anaknya untuk bepergian kesekolah,” sambung Nanda.

Kendati demikian, nyatanya selama proyek berjalan, banyak tantangan yang dihadapi Nanda. Mulai dari penyebaran informasi, masalah legalisasi, hingga birokrasi. Namun, dibalik itu semua rasa semangat juga selalu mengiringi pria yang kini bergabung dengan Komunitas Relawan Bali itu karena melihat bantuan dan relawan yang selalu setia untuk membantu terwujudnya gagasan tersebut. Saat ini, Nanda bersama rekannya sedang menggalang dana untuk pasutri penyandang difabel di Buleleng. “Kami fokus terhadap bantuan masyarakat desa-desa yang membutuhkan, memperhatikan para difabel, dalam harapan terciptanya kehidupan yang lebih baik,” tandas lulusan SMAN 7 Denpasar tersebut. *cr41

Komentar