nusabali

Sentuhan Hati Dalam Keluarga

  • www.nusabali.com-sentuhan-hati-dalam-keluarga

MANAWA Dharma Sastra, Bab VI, sloka 89 menyatakan bahwa ‘masa kehidupan keluarga sebagai masa yang amat penting dan utama’.

Keluarga merupakan institusi sosial strategis untuk menjalin pengabdian antara suami, istri, dan anak. Agar pengabdian berdayaguna, maka diperlukan kesatuan dan persatuan. Ikatan dalam keluarga merupakan pengabdian, bukan pengorbanan. Oleh karena itu, jangan berpretensi bahwa dirinya berkorban demi keluarga.

Menyimak efek negatif zaman saat ini, maka strategi penumbuh-kembangan anak perlu dibenahi. Salah satu alternatif yang menjanjikan adalah mendidik dengan sentuhan hati, As-Suwaidan, penulis buku ‘Sukses Tanpa Batas’, menawarkan teknik yang diakronim menjadi HUMAN TOUCH’, sentuhan hati penuh kasih sayang. Akronim itu merupakan rangkaian gagasan cemerlang. H adalah hear her/him, dengarkan dengan seksama pendapat, pikiran atau gagasan mereka, sesederhana apapun itu. U adalah untaian ide, understand them atau mengertilah jalan pikiran atau perasaan mereka, jangan disepelekan. M merupakan kependekan dari motivate his/her desire, dorong semangat dan kemauan positif ke suatu arah produktif. A mengisyaratkan appreciate his/her efforts, hargai atau bahkan beri ganjaran positif upaya apapun, jangan dihukum. Dan, N yang mengandung ide news him/her, informasikan keberhasilan atau kelebihan mereka. Teknik manusiawi ini sungguh amat menyentuh, menjadi pilihan terbaik yang perlu dibangun dalam atmosfir kesatuan dan persatuan dalam keluarga.

Melalui sentuhan HUMAN anak dipandang sebagai sosok cilik yang memiliki potensi. Potensi anak harus diperhatikan dengan seksama, dipahami sebagai sesuatu yang berharga walau masih dalam taraf perkembangan. Anak adalah sosok cilik potensial yang selalu harus didorong untuk memilih jalan terbaik untuk berkembang. Ketika mereka berhasil, beri apresiasi atau ganjaran positif dalam bentuk verbal, figural atau material. Ganjaran positif atau apresiasi sederhana harus dijelaskan rasionalnya agar mereka menjadi insan kritis. Berpikir kritis sama pentingnya dengan makanan yang bergizi sempurna.

Rangkaian selanjutnya adalah TOUCH, sentuhan. T bermakna train him/her,  membiasakan dengan model pikiran, perkataan, dan perilaku yang baik dan benar. O adalah open his/her eyes, buka pandangan dan wawasan mereka ke sudut pandang yang bermanfaat. U merupakan gagasan untuk selalu understand his/her cognition, affection and conation, mengerti pikiran, perasaan, dan perilaku mereka sebagai tahap perkembangan (developmental stage). C bermakna contact him/her, jalin komunikasi dan interaksi sehat dan produktif. H adalah honor him/her, hargai dan hormati semua predisposisi maupun disposisi anak yang baik. Sentuhan bermakna bercirikan pembiasaan, keterbukaan, keikhlasan, komunikasi multilateral, dan penghargaan, maka anak akan tumbuh dan berkembang menjadi anak yang berkarakter.

Orangtua memang menyayangi anak mereka, tidak bisa disangkal. Mereka sungguh berupaya menumbuh-kembangkan secara alami, dengan memanfaatkan kearifan lokal atau cara lain. Namun demikian, orangtua harus menyadari perlunya ganti ‘oli mesin’ dan ‘persneleng’, analog dengan mobil secara teratur dan berkelanjutan. Apabila itu tidak dilakukan dengan baik dan benar, maka akan terjadi kerusakan, sehingga mendatangkan masalah di masa depan. Pendidikan keluarga perlu dikembangkan dan dibangun agar generasi mendatang menjadi generasi berhasil dan berdaya guna, sesuai dengan perkembangan zaman. Pendidikan keluarga harus dijadikan suatu kancah pencarian ilmu bagi ayah, ibu, dan anak. Di suatu ruang dan waktu, orangtua perlu menjadi guru seperti di sekolah. Atau bahkan, menjadi elite masyarakat seperti dalam pendidikan nonformal. Semoga. *

Prof Dewa Komang Tantra MSc PhD
Pemerhati Masalah Sosial dan Budaya

Komentar