nusabali

Selesaikan Pendidikan S3 di Jepang dalam Suasana Masih Berduka

  • www.nusabali.com-selesaikan-pendidikan-s3-di-jepang-dalam-suasana-masih-berduka

Ayah dari Ni Made Ria Isriyanthi, Drh I Gede Sudana, adalah lulusan Fakultas Kedokteran Hewan IPB Bogor yang tamatkan S2 di Universitas Edinburgh, Inggris. Seperti halnya Made Ria, sang ayah adalah PNS Kementerian Pertanian dengan jabatan terakhir sebagai Kasubdit Pengamatan Penyakit Hewan

Drh Ni Made Ria Isriyanthi PhD, Perempuan Bali yang Pegang Posisi Prestisius di Kementerian Pertanian


JAKARTA, NusaBali
Keberhasilan Drh Ni Made Ria Isriyanthi Ph D, 54, tembus kusri jabatan strategis sebagai Kepala Sub Pengawasan Obat Hewan Direktorat Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Kementan) RI tidak terlepas dari perjuangannya menempuh pendidikan di Universitas Tohoku Sendai, Jepang periode 1996-2000. Made Ria Isriyanthi menyelesaikan pendidikannya tersebut di tengah duka.

Ketika tengah menempuh pendidikan S3 di Universitas Tohoku Sendai, ayahanda dari Made Ria Isriyanthi, yakni Drh I Gede Sudana, tiba-tiba meninggal dunia pada 1998. Made Ria sangat berduka, karena sang ayah adalah sosok yang menginspirasi hingga bisa menjadi dokter hewan dan kuliah di luar negeri. “Saya sangat kehilangan atas meninggalnya bapak waktu itu,” kenang Made Ria saat ditemui NusaBali di kantornya di Gedung C Kementan, Ragunan, Jakarta Timur, beberapa hari lalu.

Menurut Made Ria, rasa galau menyelimutinya karena kehilangan sosok ayah yang amat dia cintai. Made Ria kala itu galau antara ingin menyelesaikan pendidikan S3-nya di Universitas Yohohu Sendai atau berhenti di tengah jalan. Pada akhirnya, perempuan Bali kelahiran Blitar, 27 Juli 1965, asal Desa Bebandem, Kecamatan Bebandem, Karangasem ini pilih melanjutkan pendidikannya di Jepang. Alasannya, tidak mudah bagi perempuan yang telah berkeluarga dan punya anak kuliah di luar negeri. Terlebih, Made Ria mendapat beasiswa penuh dari Kementerian Pendidikan Jepang (Monbusho).

Kebetulan, suami tercintanya yang juga seorang dokter hewan, Drh AA Ngurah Mayun, sangat mendukung keputusan Made Ria, karena kesempatan belajar ke luar negeri tidak akan terulang kembali. Apalagi, pendidikannya tinggal 2 tahun lagi akan rampung. Walhasil, Made Ria pun rela meninggalkan pekerjaan di Indonesia dan terbang ke Jepang bersama anak sulungnya, AA Ayu Nirmala Putri, yang masih kecil, demi menemani menyelesaikan pendidikan S3 di Universitas Tohoku Sendai.

“Semangat saya langsung bangkit dan bergerak cepat agar kuliah S3 selesai pada waktunya,” cerita Made Ria. Kemudian, hari-harinya di Jepang disibukkan dengan belajar dan belajar. Usaha Made Ria menuai hasil, sehingga dia resmi menyandang gelar PhD dari Universitas Tohoku Sendai pada April 2000.

Selama kuliah di Jepang, banyak pelajaran yang dipetik Made Ria. Antara lain, dosen pembimbingnya menyamakan Made Ria seperti mahasiswa Jepang umumnya. Dia belajar dari pagi sampai malam dan harus mampu berbahasa Jepang. Maka, mau tak mau Made Ria harus belajar bahasa Jepang, lantaran para dosennya tidak fasih berbahasa Inggris.

Setelah tamat S3 di Jepang pada April 2000, Made Ria kembali ke tanah air dan bekerja lagi di Laboratorium Uji Mutu Obat Hewan di Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan (BPMSOH) Gunung Sindur, Bogor, Jawa Barat. Dia bertugas di sana sampai 10 Februari 2017, sebelum kemudian dipromosikan menjabat sebagai Kepala Sub Pengawasan Obat Hewan Direktorat Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan. Jadi, perjuangannya di tengah duka ketika sang ayah meninggal, ikut andil mengantarkan Made Ria sebagai perempuan Bali satu-satunya yang kini pegang posisi strategis di Kementerian Pertanian.

Made Ria Isriyanthi sendiri merupakan anak kedua dari empat bersaudara keluarga pasangan Drh I Gede Sudana dan Ni Nyoman Damayanti. Sang ayah merupakan seorang dokter hewan, sama seperti Made Ria. Sedangkan kakaknya adalah lulusan S1 Fakultas Ekonomi yang kini tinggal di Bali. Sementara salah satu adiknya lulusan S1 Arsitektur ITS yang kini tinggal di Surabaya. Adik satunya lagi adalah jebolan Fakultas Hukum Unair Surabaya yang kini tinggal di Denpasar.

Ayah dari Made Ria, Drh I Gede Sudana, adalah lulusan Fakultas Kedokteran Hewan IPB Bogor dan menamatkan S2 di Universitas Edinburgh, Inggris. Seperti halnya Made Ria, sang ayah adalah PNS Kementerian Pertanian dengan jabatan terakhir sebagai Kasubdit Pengamatan Penyakit Hewan. Karena seorang dokter hewan, Gede Sedana kerap berpindah-pindah tempat tugas. Tak heran jika Made Ria lahir di Blitar, Jawa Timur, saat ayahnya tugas di sana.

Setelah bertugas di Blitar, Gede Sedana ditarik ke Singaraja, dan selanjutnya tugas di Denpasar. Maka, Made Ria menempuh pendidikan dari SD sampai SMA di Denpasar. Saat belajar di SLUB Saraswati Denpasar, Made Ria mengambil kelas bahasa Inggris agar dapat menguasai bahasa asing tersebut. Made Ria kemudian lanjut ke SMAN 3 Denpasar. Selanjutnya, dia menamatkan S1 Kedokteran Hewan di Unair Surabaya.

Made Ria sendiri mulai kuliah di Kedokteran Hewan Unair tahun 1983. Sebetulnya, saat itu dia juga diterima kuliah di Fakultas Kedokteran Hewan Unut dan Sastra Inggris Fakultas Sastra Unud. “Saya lebih memilih kuliah di Unair, karena ingin mandiri,” dalih ibu dua anak dari pernikahannya dengan Drh AA Ngurah Mayun ini. Setelah Kedokteran Unair, Made Ria melanjutkan pendidikan S2 dan S3 di Universitas Tohoku Sendai, Jepang.

Saat kuliah di Kedokteran Hewan Unair, menurut Made Ria, ada empat orang dari Bali di sana. Termasuk Made Ria dan AA Mayun yang kemudian menjadi suaminya. Made Ria mengaku memilih kuliah di Kedokteran Hewan, lantaran ingin mengikuti jejak sang ayah, Drh Gede Sudana. Bagi Asesor di Komite Akreditasi Nasional (KAN) untuk lingkup laboratorium uji mutu ini, ayahnya adalah figur yang patut diteladani.

Bagi Made Ria, ayahnya banyak memberi pelajaran kehidupan. Anak-anaknya didorong harus bisa berbahasa Inggris, agar dapat melanjutkan pendidikan ke luar negeri dan kelak hidupnya lebih baik dari orangtua mereka. Sang ayah juga menekankan kepada anak-anaknya agar menempuh pendidikan di perguruan tinggi negeri. “Karena bapak hanya seorang PNS, beliau tidak dapat membiayai anak-anaknya bila sekolah di swasta. Ini memacu kami untuk bisa kuliah di perguruan tinggi negeri,” tandas ibu dari AA Ayu Nirmala Putri SE, 27, dan AA Bagus Surya Kencana, 17, ini. *k22

Komentar