nusabali

Asisten Fotografer Tewas Kesetrum

  • www.nusabali.com-asisten-fotografer-tewas-kesetrum

Korban merupakan anak tunggal, ayah korban telah meninggal dunia sekitar 6 tahun silam karena sakit serangan jantung.

Saat Perbaiki Kabel Ngelenteng di Pematang Sawah

GIANYAR, NusaBali
Maksud hati menaikkan kabel listrik yang ngelenteng alias kendor, seorang pemuda I Wayan Adi Yuliartha, 20, warga Banjar Gagah, Desa/Kecamatan Tegallalang, Gianyar harus kehilangan nyawa. Korban diduga tewas kesetrum listrik seketika setelah menggenggam kabel di pematang sawah miliknya, pada Kamis (27/12) pukul 18.45 WITA. Jasad pemuda kelahiran 26 Juli 1998 ini ditemukan sudah dalam posisi kaku dengan tubuh melengkung ke belakang.

Menurut salah satu tetangga korban, sebelumnya Wayan Adi sempat memangkas pohon jambu biji di pekarangan rumahnya. Setelah ranting pohon dibersihkan, kabel yang melintang pun jadi kendor sehingga ia turun bermaksud mengencangkannya kembali.

“Pohon itu dipangkas karena terlalu rimbun dan menjepit kabel,” jelas tetangga yang enggan namanya dikorankan ini saat ditemui di rumah duka, Jumat (28/12). Hanya saja, saat kejadian suasana 4 rumah di sekitar TKP memang sepi. “Semua orang pas ke Pura maturan rayunan. Termasuk saya dan ibunya Wayan Adi juga ke Pura,” jelasnya.

Alhasil tak banyak yang mengetahui persis kejadian naas yang menimpa asisten fotografer sebuah wedding organizer di Ubud ini. “Ndak ada teriakan. Dia ditemukan sudah kaku sama pamannya pas kebetulan mau buang sampah,” ujarnya. Pasca ditemukan pun, sejumlah warga yang dibuat heboh tak berani menyentuh langsung. Sebab, di tangan korban masih menggenggam kabel hitam. “Setelah aliran listrik dipadamkan, baru dia diangkat,” jelasnya lagi.

Bersama korban, juga ditemukan sebatang bambu penyangga kabel yang melintang di atas pematang sawah Subak Uma Babakan, Banjar Gagah. Sementara paman korban, I Wayan Tirta, 65, mengatakan sekitar pukul 18.30 WITA ia hendak membuang sampah organik di sekitar TKP. Nah dalam perjalanan menyusuri jalan setapak itulah ia melihat sosok tubuh manusia tergeletak. Awalnya, ia tak mengira bahwa itu keponakannya.

Spontan ia berteriak ada temuan mayat. Warga pun kemudian minta bantuan Polsek Tegallalang untuk melakukan pengecekan. Personel Polsek Tegallalang dipimpin langsung oleh Kapolsek, AKP I Gede Sukadana, mendatangi TKP langsung melakukan olah TKP di lokasi. Paman korban dan warga pun kaget bukan kepalang, tak menyangka korban akan meninggal secara tragis. Selanjutnya dibantu warga setempat, jasad korban dibawa ke rumah duka yang jaraknya hanya sekitar 10 meter dari TKP.

Korban pada saat kejadian mengenakan pakaian kaos merah bertuliskan The Red Liverpool dan celana pendek warna biru. Dari hasil visum pemeriksaan Bidan Puskesmas Tegallalang I, Ni Wayan Suratni terdapat pendarahan pada mata, ada bekas terbakar telapak tangan kanan dan telapak tangan kiri, dan tidak ada bekas kekerasan di tubuh korban.

Ibu kandung korban, Ni Nyoman Sulastri sudah menerima kejadian tersebut sebagai sebuah musibah, dan tidak mengajukan tuntutan secara hukum. Rencana jasad korban akan dikubur pada Saniscara Pon Dungulan, Sabtu (29/12). Meski demikian, Sulastri tampak terpukul. Bagaimana tidak, korban merupakan anak tunggal. Sementara ayah korban, telah meninggal sekitar 6 tahun silam karena serangan jantung. Sepeninggal anak semata wayangnya ini, Sulastri kini hanya tinggal bersama ibu mertua dan kakak iparnya.

Sulastri mengaku tidak pernah menyangka anaknya akan mengalami musibah ini. Saat kejadian, dirinya sedang pergi ke Pura Dalem setempat membawa banten pepeson. “Tidak ada firasat apapun. Dapatnya sudah meninggal, pas saya masih di pura,” ujarnya sembari tersedu. Anaknya yang alumni SMKN 1 Tegallalang ini, biasanya bekerja di salah satu WO di Ubud. Pas kejadian pun sejatinya ada tugas untuk membantu pemotretan. Namun dikarenakan hari raya, ia pilih tinggal di rumah untuk bersih-bersih. Hal ini dibenarkan pemilik WO, I Nyoman Suparsa yang melayat ke rumah duka kemarin.

“Seandainya kemarin dia ikut, sekitar jam 5 sore kita baru finish. Tapi karena hari raya, tiyang gak enak ngajak motret. Terakhir bantu saya handel prewed tanggal 16 Desember di Pantai Melasti,” terangnya. Nyoman Suparsa pun punya kenangan terakhir dengan almarhum. Ketika udeng yang ia pakai dipuji oleh korban. “Katanya udeng yang saya pakai bagus. Spontan saya tanya, Wayan mau beli udeng? Katanya, ya boleh juga mau saya pakai Galungan,” jelasnya.

Namun, titipan udeng itu lupa diambil. Sehingga ketika mendengar berita duka ini, Nyoman Suparsa langsung ingat dengan udeng pesanan korban. “Pas kejadian saya ingat, bawa ke sini,” ujarnya. Bagi Suparsa, korban sudah dianggap sebagai adik. Korban sudah mulai kerja di WO-nya sejak duduk di bangku SMKN 1 Tegallalang. “Awalnya trainning di sana. Setelah lulus langsung saya ajak kerja. Orangnya ulet, polos, baik. Makanya sudah saya anggap seperti adik sendiri,” kenangnya.

Dikonfirmasi terpisah, Manajer Area PLN Rayon Gianyar, Anggoro Fajar Gandajati, mengatakan sudah memerintahkan stafnya untuk melakukan pengecekan. “Staf saya masih ke lokasi,” jelasnya. Terkait sambungan kabel yang disangga memakai bambu, menurut Anggoro bukan tipe sambungan listrik PLN. “Kami masih cek. Tapi sepertinya bukan sambungan resmi itu,” ujarnya. *nvi

Komentar