nusabali

Pertama Kali Digelar Ngaben Massal

  • www.nusabali.com-pertama-kali-digelar-ngaben-massal

Ngaben massal untuk pertama kalinya itu mengupacarai 45 sawa. Pada Usaba Dangsil 10 tahun lalu, krama menggelar ngaben sendiri-sendiri. 

Jelang Usaba Dangsil di Desa Pakraman Bungaya 

AMLAPURA, NusaBali
Krama di Desa Pakraman Bungaya, Kecamatan Bebandem, Karangasem, menggelar ngaben massal mengupacarai 45 sawa, pada Anggara Wage Matal, Selasa (19/4). Ngaben massal tersebut dilaksanakan untuk pertama kalinya menjelang Karya Usaba Dangsil. 
Tujuan ngaben massal, membersihkan seluruh sawa yang masih tersisa, sehingga pada puncak Usaba Dangsil, tidak ada warga yang cuntaka (leteh). Prosesi upacara tersebut dipuput Ida Pedanda Gede Putra Tamu dari Gria Jungutan Banjar Triwangsa, Desa Pakraman Bungaya, dan Ida Sri Empu  Dari Gria Tunggak, Desa/Kecamatan Bebandem, di Kuburan Desa Pakraman Bungaya.

Ketua Panitia Ngaben Massal I Ketut Sudarma menjelaskan, alasan menggelar ngaben secara kolektif, ada tiga poin, yakni membangun kesadaran masyarakat tentang tatwa agama, menumbuhkembangkan kebersamaan menggelar yadnya (upacara), dan menyongsong Karya Usaba Dangsil, agar tidak ada lagi sawa yang belum diupacarai.
“Sehingga selama tahapan Karya Usaba Dangsil, seluruh sawa bersih secara niskalas, sesuai tujuan ngaben yakni membersihkan roh fase pertama,” kata Ketut Sudarma.

Saat Karya Usaba Dangsil 10 tahun lalu, menurutnya, seluruh sawa harus bersih. Tetapi ngaben yang dilakukan saat itu, dilakukan sendiri-sendiri oleh krama. “Baru kali inilah warga sepakat menggelar ngaben massal, dan akan berlanjut untuk kesempatan ngaben berikutnya,” tambahnya.

Tekad berikutnya menggelar ngaben massal skala lebih luas. Ngaben massal pertama kali di Desa Bungaya itu, merupakan catatan sejarah agar diulangi generasi berikutnya di masa datang.

Mengawali ngaben massal kemarin, hanya diikuti warga dari Banjar Subagan dan Banjar Timbul, Desa Pakraman Bungaya, mengoordinasikan lima dadia. Panitia bukan saja mengoordinasikan ngaben massal, juga menyongsong upacara ngeroras (penyucian roh fase kedua) mengupacarai 103 pitara.

Ketut Sudarma menjelaskan, sesuai kesepakatan paruman untuk meringankan peserta ngaben, tiap sawa yang akan diupacarai dikenakan biaya Rp 6 juta, untuk dua sawa Rp 9 juta. Sedangkan untuk upacara ngeroras hingga ngalinggihang di Pura Dadia biayanya Rp 3 juta.

Biaya tersebut telah meringankan pihak yang memiliki sawa. “Itulah pentingnya menggelar upacara ngaben dan ngeroras massal,” jelasnya.
Seluruh tahapan pekerjaan juga jadi lebih ringan, karena seluruh warga dari dua banjar adat tersebut yang mengerjakan secara gotong royong. Sedangkan puncak upacara ngeroras di hari Anggara Kliwon Prangbakat, Selasa (10/5).

Kelian Dadia Pasek Gelgel yang juga Kelian Kerta Desa Bungaya I Gede Krisna Adiwidana membenarkan, tujuan ngaben massal untuk meringankan beban biaya yang memiliki sawa yang hendak diupacarai. 

“Kami merasa bersyukur upacara ngaben massal terlaksana, sehingga semua sawa bersih, menyongsong Karya Usaba Dangsil yang dilaksanakan setiap 10 tahun sekali,” jelas Krisna Adiwidana.

Selain ngaben, juga ada upacara ngelungah atau ngaben bagi yang lahir masih bayi. Prosesi upacara ngaben diawali pukul 08.00 Wita, selanjutnya nganyut ke Pantai Jasri, Kelurahan Subagan, Kecamatan Karangasem pukul 15.30 Wita.

“Kesibukan krama berlanjut usai ngaben, persiapan ngeroras,” jelas Krisna Adiwidana. 
Sehingga tidak ada lagi sisa utang (Pitra Rna) para pratisentana (keturunan) kepada sang pitara. Harapan ke depan tidak ada lagi beban psikologis kepada sang pitara tersebut. 7 k16

Komentar