nusabali

HPI Bali Kerahkan 6.000 Pramuwisata

  • www.nusabali.com-hpi-bali-kerahkan-6000-pramuwisata

Pelaksanaan Annual Meeting IMF-World Bank di Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Badung, 8-14 Oktober 2018, berdampak terhadap hampir semua bidang bisnis terkait pariwisata.

Perputaran Duit di IMF-WB Triliunan

DENPASAR, NusaBali
Kegiatan Meeting, Incentive, Convention, Exhibition (MICE) berskala internasional yang melibatkan lebih dari 34.000 delegasi asal 189 negara ini membuat komponen pariwisata menggeliat. Sedikitnya 6.000 guide (pramuwisata) dikerahkan mengais rezeki dari event IMF-WB 2018, yang perputaran duitnya ditaksir mencapai triliunan rupiah.

Beberapa sektor bisnis bidang pariwisata yang terlibat selama pelaksanaan Annual Meeting IMF-WB 2018 di Bali, hampir semuanya kecipratan rezeki. Sektor bisnis tersebut mulai dari jasa pemandu wisata, penyewaaan mobil, hotel, restoran, destinasi wisata, hingga hasil ke-rajinan di sejumlah pasar seni di kabupaten/kota se-Bali.

Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Provinsi Bali, I Nyoman Nuarta, mengakui pihaknya mengerahkan 6.000 guide terkait pelaksanaan Annual Meeting IMF-WB di Nusa Dua ini. Hanya saja, Nuarta belum berani mengestimasi jumlah pendapatan anggotanya di lapangan selama event IMF-WB.

“Yang jelas, peningkatan pendapatan personal para guide yang tergabung di HPI Bali pasti ada. Cuma, berapa peningkatannya dari hari-hari biasa, kita belum berani estimasi. Total ada 6.000 guide yang dikerahkan dalam event IMF-WB 2018. Mereka dari guide divisi Bahasa Inggris, Bahasa Prancis, Bahasa Jepang, Bahasa Korea, Bahasa Spanyol, Bahasa Jerman, Bahasa Belanda, dan Bahasa Mandarin,” ujar Nuarta kepada NusaBali di Denpasar, Rabu (10/10) lalu.

Menurut Nuarta, event IMF-WB pasti berdampak signifikan terhadap pendapatan para guide yang akan terlibat. Selama ini, guide di Bali hanya mengandalkan kunjungan turis musiman. “Selama ini, para guide sekali tour berpenghasilan rata-rata Rp 600.000 sehari. Selama event IMF-WB 2018 ini, kami prediksi pendapatan mereka meningkat,” jelas guide asal Desa/Kecamatan Tejakula, Buleleng yang sudah malang melintang di dunia pramuwisata sejak tahun 1995 ini.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Transportasi Online Bali, I Wayan Suata, pelaksanaan event IMF-WB 2018 ini juga dipastikan berdampat terhadap pendapatan para sopir angkutan. Para pemilik angkutan atau penyewaan mobil kebagian rezeki dari pertemuan tahunan IMF-WB ini.

Hahya saja, kata Wayan Suata, order yang diperolehnya tidak terlalu banyak. “Kita tidak banyak kebagian order, karena kendaraan yang dipakai itu mobil mewah yang sebagian besar disalurkan oleh pengusaha dari luar Bali,” ungkap Wayan Suata saat dikonfirmasi terpisah.

Suata mengatakan, mobil mewah itu sebagian besar dibawa langsung dari Jakarta.  “Para pengusaha penyewaan mobil mewah dari luar Bali direct dengan panitia di pusat. Jadi, kami pengusaha angkutan lokal tidak banyak dapat jatah penyewaaan. Kami hanya dapat menyewakan kendaraan untuk kelas penggembira saja,” jelas

Pengusaha angkitan asal Desa Legian, Kecamatan Kuta, Badung ini. Di sisi lain, kalangan periklanan lokal justru tidak kebagian rezeki dari pelaksanaan event IMF-WB 2018 di Bali. Pengusaha periklanan I Nengah Tamba, misalnya, mengaku asosiasi yang tergabung dalam pengusaha periklanan di Bali kalah cepat dengan pengusaha periklanan dari luar. “Anggota kami tidak kebagian jatah untuk periklanan. Sebab, panitia IMF-WB di pusat tidak melibatkan pengusaha lokal. Jadi, jasa periklanan ini melibatkan pengusaha-pengusaha di luar Bali,” keluh Ne-ngah Tamba.

Menurut Tamba, untuk periklanan, sejumlah perusahaan perbankan terkemuka menyewa bilboard atau papan nama di beberapa tempat strategis buat menyampaikan ucapan selamat datang di Bali kepada delegasi WB (Bank Dunia). “Tapi, bukan anggota kami yang dipakai. Semua dikendalikan panitia pusat, kami tidak mendapatkan jatah,” papar Tamba.

Tamba berharap ke depannya kalau ada MICE internasional di Bali seprti event IMF-WB ini, asosiasi periklanan lokal diajak bicara dan dilibatkan. “ya, supaya anggota kami kecipratan juga. Bukan hanya periklanan saja, tapi sopir, guide lokal, dan lainnya juga harus kecipratan rezeki. Kalau hotel, restoran, kerajinan, mungkin kebagian banyak rezeki. Ini harus juga jadi pertimbangan,” tandas Tamba. *nat

Komentar