nusabali

TKW Asal Pacung Meninggal di Turki

  • www.nusabali.com-tkw-asal-pacung-meninggal-di-turki

Pemulangan Jenazah Terbentur Biaya

SINGARAJA, NusaBali
Seorang tenaga kerja wanita (TKW) asal Desa Pacung, Kecamatan Tejakula, Buleleng, Ni Kadek Pariani, 32, meninggal di tempat kerjanya di negaea Turki, Minggu (24/6) malam sekitar pukul 19.00 Wita. Korban menghembuskan napas terakhir setelah beberapa hari dirawat di sebuah rumah sakit akibat serangan jantung.

Korban Kadek Pariani merupakan anak ke-2 dari 9 bersaudara keluarga pasangan I Wayan Kariada, 55, dan Ni Made Sri Gati, 54. Dia sudah selama setahun bekerja sebagai Spa Terapis di Turki, sejak berangkat Juni 2017 lalu. Namun, tidak jelas agen yang memberangkatkan Kadek Pariani ke Turki.

Selama setahun kerja di Turki, Kadek Pariani berlum pernah pulang ke Buleleng. Tiba-tiba, orangtuanya mendapat kabar duka tentang kematian Spa Terapis berusia 32 tahun ini. Kabar duka disampaikan salah satu kerabat korban yang juga bekerja sebagai Spa Terapis di Turki. Awalnya, sang kerabat berkirim kabar kepada saudara Kadek Pariani yang bekerja di Denpasar. Dari Denpasar, berita duka itu diteruskan ke Desa Pacung.

Kadek pariuani sendiri sempat menikah ke Karangsem, namun sudah cukup lama pisah dengan suaminya. Dari pernikahannya itu, mereka dikaruniai seorang anak perempuang yang kini diasuk oleh sang suami.

Ditemui NusaBali di rumahnya kawasan Banjar Alas Sari, Desa Pacung, Kecamatan Tejakula, Selasa (26/6) siang, kedua orangtua Kadek Pariani yakni pasutri Wayan Kariada dan Made Sri Gati mengaku baru me-nerima kabar kematian putrinya itu kemarin. Informasi diperoleh dari anak keempatnya, Ketut Nanik, yang bekerja di Denpasar, juga dua anak lainnya yang tinggal di Kalimatan dan Sulawasi.

Pasutri Wayan Kariada dan Made Sri Gati selama ini tinggal di kampung bersama tiga anaknya yang nomor 7, 8, dan 9. Sedangkan 6 anaknya yang lain tinggal tersebar di Denpasar, Kalimatan, dan Sulawesi. Maklum, pasangan Wayan Kariada-Made Sri Gati sempat transmigrasi ke Sulawesi di tahun 1995 dan pilih pulang kampung ke Desa Pacung pada 2016.

“Saya ditelepon sama anak yang tinggal di Denpasar, katanya anak saya di Turki sudah meninggal. Tapi, saya belum dapat kabar apakah jenazahnya bisa dipulangkan atau tidak. Saya harap, bisa dipulangkan agar bisa dibuatkan upacara,” ujar Wayan Kariada.

Menurut Kariada, korban Kadek Pariani sudah dirawat di sebuah rumah sakit di Turki sejak 15 hari sebelum akhirnya meninggal. Kariada pun sempat bicara per telepon dengan almarhum. Saat itu, almarhum mengeluh sakit jantung dan kepala pusing.

Setelah 3 hari dirawat di rumah sakit, Kadek Pariani kemudian mengalami koma, hingga harus dibantu alat pernapasan. Karena kondisinya tidak ada perubahan, pihak keluarga diminta oleh rumah sakit untuk membuat surat pernyataan, lantaran alat bantu pernapasan akan dicabut. Pihak keluarga mendapat kabar itu dari salah satu rekan kerja Kadek Pariani di Turki. ”Waktu itu saya cari surat pernyataan di Kantor Desa Pacung. Saya pasrah, karena kadek (Pariani,red) sudah beberapa hari tidak sadarkan diri,” kenang Kariada.

Nah, setelah alat bantu pernapasan dicabut petugas medis, Kadek Pariani akhirnya meninggal, 24 Juni 2018 malam pukul 19.00 Wita. Namun, hingga Selasa kemarin, jenazah Kadek Pariani masih berada di rumah sakit di Turki. “Saya tidak tahu nama rumah sakitnya. Saya juga tidak tahu, siapa yang memberangkatkan anak saya ke Turki. Sebelum berangkat, saya cuma tanya surat-suratnya, dikatakan sudah lengkap,” ungkap Kariada.

Menurut Kariada, sampai saat ini dirinya belum mendapat kejelasan soal kepulangan jenazah putrinya dari Turki. Jika proses pemulangan jenazah membutuhkan biaya sampai Rp 3 juta, kata Kariada, lebih baik jenazahnya dikremasi saja di Turki. Sebab, Kariada sama sekali tidak punya uang. “Kalau diminta biaya besar, lebih baik anak saya dikremasi di sana, sementara uangnnya bisa saya pakai buat upacara di sini (Desa Pacung),” katanya.

Keluarga Kariada sendiri termasuk keluarga kurang mampu. Kesehariannya, Kariada hanya sebagai buruh serabutan sambil pelihara dua ekor sapi. Terkadang, Kariada juga ikut mamburuh angkut batu pilah di Desa Pacung.

Sementara itu, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Nakertras) Buleleng, Ni Made Dwi Prianti Putri Koriawan, belum bisa dikonfirmasi terkait TKW yang meninggal di Turki. Namun informasinya, Nakertrans Buleleng sudah mencari data korban Kadek Pariani, termasuk agen yang memberangkatkannya ke Turki.

Sedangkan Kelian Dinas Banjar Alas Sari, Desa Pacung, Ketut Roi, mengatakan dirinya sempat dihubungi oleh pihak Kecamatan Tejakula untuk menanyakan data orangtua Kadek Pariani. Pihak Kecamatan meminta data atas permintaan dari Dinas Nakertrans Buleleng. “Kami di pemerintahan desa baru terima telepon dari pihak kecamatan saja. Kalau dari pihak KBRI di Turki atau agen yang memberangkat Kadek Pariani, belum ada,” jelas Ketut Roi saat ditemui NusaBali di rumah duka, Selasa kemarin.

Menurut Ketut Roi, keluarga Kadek Pariani juga sudah mencari surat keterangan kurang mampu ke Kantor Desa Pacung. Surat tersebut dipakai dasar bahwa orangtuanya memang tidak mampu membayar biaya pengobatan di rumah sakit, termasuk untuk memulangkan jenazah dari Turki. *k19

Komentar