nusabali

SDN 1 Selabih Tidak Gelar USBN

  • www.nusabali.com-sdn-1-selabih-tidak-gelar-usbn

Seluruh SD se-Tabanan menggelar Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) pada minggu lalu. Namun SDN 1 Selabih, Kecamatan Selemadeg Barat, Tabanan, tidak menggelar USBN. 

TABANAN, NusaBali
Karena SD ini belum memiliki murid kelas VI.Jumat (11/5), Kepala UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Selemadeg Barat I Made Sukarata menjelaskan, tahun 2018, SDN 1 Selabih belum mengikuti USBN karena tidak mempunyai kelas VI. Hal ini karena saat tahun ajaran baru enam tahun lalu, ditandai pendaftaran murid baru, di banjar pendukung sekolah ini tidak ada umur usia SD. Sehingga angkatan 2018 tidak kebagian siswa. Disamping itu, di Desa Selabih ada satu lagi SD, yakni SDN 2 Selabih. Diakui Sukarata, sesuai dengan data, jumlah murid SDN 1 Selabih mencapai 46 orang. Terdiri dari kelas I 7 orang, kelas II 14 orang, kelas III 11 orang, kelas IV 4 orang dan kelas V 10 orang. "Jadi jumlahnya memang sedikit-sedikit, kelas IV saja ada 4 orang karena memang umur usia saat daftar SD di banjar pendukung sedikit," jelasnya.

Disinggung terkait dengan masalah sekolah di regrouping, Sukarata mengatakan sudah ada memang usulan dari Perbekel Selabih. Usulan itu akan disampaikan ke Dinas Pendidikan Kabupaten. "Karena kalau masalah regrouping SD, tergantung kemauan masyarakat, bukan kemauan UPT atau yang lainnya," tegas Sukarata.

Perbekel Desa Selabih I Wayan Suyadnya S Putra menjelaskan jumlah anak di SDN 1 Selabih setiap tahunya relatif sedikit. Maka dari itu pihaknya sudah mengusulkan ke UPT Pendidikan Kecamatan Selemadeg Barat agar SDN 1 Selabih diregrouping ke SDN 2 Selabih. Namun usulan terkendala, ada masyarakat khususnya warga Banjar Selabih Tengah dan Banjar Selabih Pangkung Kuning yang merupakan dua banjar pendukung SDN 1 Selabih keberatan. Karena ketika mengantarkan anaknya ke SDN 2 Selabih,  dikatakan terlalu jauh. Jadi, kalau masyarakat belum setuju tidak boleh sekolah itu digabung karena sudah aturan. "Padahal sudah ada sepeda motor untuk mengantar, sebenarnya tidak akan merasa jauh," ujarnya.

Suyadnya menekankan, usulan sekolah diregrouping untuk meningkatkan kompotensi agar giat belajar lebih semangat. Khusus SDN 1 Selabih yang lokasinya dekat dengan pantai, bangunan sekolah yang terbuat dari besi rentan karatan. Karena terjadinya korosi akibat air laut yang mengandung garam. Sehingga biaya perawatan cukup banyak. "Sudah berkali-kali diusulkan ini, hanya saja masyarakat belum setuju secara keseluruhan," jelasnya.

Bahkan ada kejadian paling lucu saat jam pelajaran di SDN 1 Selabih yang mengakibatkan siswa tidak mau sekolah karena tidak ada yang diajak belajar. Ketika itu siswa kelas IV berjumlah 4 orang. Dua siswa izin dan satu siswa sakit, jadi satu orang siswa ini tidak mau sekolah. "Katanya tidak mau belajar karena tidak ada teman," tuturnya.

Maka dari itu, dia tetap akan berupaya terhadap masyarakat agar mau mengerti dengan keadaan ini. Sehingga ketika SD ini diregrouping, siswa akan lebih luas lagi dapat berinteraksi. "Kalau saja ada aturan dari Dinas Pendidikan tegas bahwa sekolah yang punya murid tiga orang perkelas harus diregrouping. Maka sudah barang tentu hal ini akan lebih mudah menggabungkan," tandasnya.

Untuk diketahui, di Desa Selabih ada dua SD, yakni SDN 1 Selabih dan SDN 2 Selabih. Dua SD ini banjar pendukungnya masing-masing dua banjar. Untuk SDN 1 Selabih, didukung oleh Banjar Selabih Tengah, dan Banjar Selabih Pangkung Kuning. Sedangkan SDN 2 Selabih didukung Banjar Selabih Wanasari dan Banjar Bukit Tumpeng yang merupakan dari Desa Lalanglinggah. Sesuai aturan Bupati Tabanan, Banjar Bukit Tumpeng memang diperuntukkan mendukung ke SDN 2 Selabih.*d

Komentar