nusabali

Tragis, Polisi Mutilasi Dua Anaknya

  • www.nusabali.com-tragis-polisi-mutilasi-dua-anaknya

Seorang oknum polisi yang berdinas di Sat Intelkam Polres Melawi, Kalimantan Barat, Brigadir Petrus Bakus, melakukan pembunuhan secara sadis terhadap dua anaknya yang masih balita. 

Berdalih Dapat Bisikan, Istri Juga Diancam Bunuh

PONTIANAK, NusaBali
Diduga mengidap schizophrenia (penyakit mental yang menyerang otak), sang oknum polisi tega memutilasi dua anaknya, Febian, 5, dan Amora, 3. Aksi keji ini dilakukan kediamannya di Asrama Polres Melawi, Jumat (26/2) dinihari sekitar pukul 00.15 WIB.

Menurut Kapolda Kalimantan Barat, Brigjen Arief Sulistyanto, pembunuhan keji mutilasi (mayat dipotong-potong) terhadap kedua anaknya, Fabian (laki-laki) dan Amora (perempuan), itu dilakukan Brigadir Petrus Bakus saat istrinya, Windri, sedang tidur.

"Kemudian, istrinya terbangun saat sang suami mendatanginya dengan membawa parang yang sudah berlumuran darah. Saminya ini mengatakan akan membunuh istrinya juga," jelas Kapolda Arief Sulistyanto, Jumat kemarin.

Ketika itu, istrinya minta waktu untuk menengok kedua anaknya. Sang istri kemudian diberitahu oleh pelaku kalau dua anaknya sudah meninggal. Kemudian, istrinya meminta diambilkan minum sebelum giliran dibunuh. Nah, saat suaminya mengambi air minum itulah, sang istri berhasil melarikan diri dan meminta tolong kepada warga sesama penghuni asrama.

Kapolda Arief menduga oknum polisi yang tega memutilasi kedua anaknya ini mengalami schizophrenia. Penyakit mental itulah yang diduga jadi penyebab kuat aksi keji mutilasi, karena sebelum pembunuhan, Brigadir Petrus kerap marah-marah dan mengaku sering mendapat bisikan. Informasi ini disampaikan oleh istri pelaku, Windri. 

Schizophrenia adalah penyakit otak kronis, berbahaya, dan ketidakmampuan otak dalam bekerja dengan baik. Untuk pria, penyakit ini biasanya terjadi saat remaja akhir atau awal umur 20-an tahun. Sedangkan pada wanita, terjadi saat umur 20-an tahun sampai awal 30-an tahun.

Kepada sang istri, Windri, Brigadir Petrus mengaku melakukan tindakan keji memutilasi kedua anaknya untuk persembahan. “Dibunuh katanya untuk persembahan. Kemudian, istrinya juga rencananya akan dihabisi," ungkap Kapolri Jenderal Badrodin Haiti dilansir deikcom terpisah di Mabes Polri, Jalan Trunjoyo Jakarta Selatan, Jumat kemarin.

Kapolri menyatakan, istri pelaku mengakui beberapa hari belakangan, suaminya kelihatan aneh. “Suaminya (Brigadir Petrus) sering mengigau, semacam dikejar-kejar. Menurut penjelasan istrinya, kemungkinan kerasukan," katanya.

Terungkap, 15 menit sebelum pembunuhan mutilasi terjadi, tepatnya Kamis (25/2) tengah malam pukuk 00.00 WIB, Brigadir Petrus membawa kedua anaknya menuju ke rumah Kasat Intel Polres Melawi. Namun karena sudah malam, Brigadir Petrus akhirnya diminta kembali ke dalam asrama.

Kemudian, Jumat dinihari tepat pukul 00.15 WIB, istri pelaku, Windri, yang tidur pisah kamar dari suaminya, terbangun melihat Brigadir Petrus sudah berdiri di depannya sambil memegang parang berlumuran darah, seraya bicara: "Mereka baik, mereka mengerti, mereka pasrah. Maafkan Papa ya, Dik." 

Kapolri Badrodin Haiti mendapat laporan kalau Brigadir Petrus Bakus sudah menderita gangguan kejiwaan sejak kecil. Namun, gangguan kejiwaan itu tak terdeteksi saat pelaku masuk dinas kepolisian. "Sudah dilaporkan oleh Kapolda (Kalbar), memang yang bersangkutan sejak umur 4 tahun sering mengalami semacam kesurupan. tapi, itu tidak terdeteksi saat masuk polisi," katanya.

Kesurupan itu diduga kuat berhubungan dengan penyakit schizophrenia yang diderita Brigadir Petrus. Versi Kapolda Kalbar, para pengidap penyakit ini biasanya mengalami gejala seperti mendengar suara yang tidak dapat didengar oleh orang lain, atau percaya bahwa orang lain bisa membaca pikiran mereka, mengontrol pikiran mereka, dan bahkan lebih berbahaya daripada itu.

Sementara itu, Brigadir Petrus Bakus sudah ditahan di Mapolres Melawi, Kalimantan Barat. Di dalam tahanan, pelaku mutilasi dua anak kandungnya ini terus saja meracau. "Tersangka ditahan di Polres Melawi. Secara fisik sehat, tapi kondisi bicaranya seperti orang meracau, tidak mengenal Kapolres dan Kasat-nya," jelas Kapolda Kalbar, Brigjen Arief Sulistyanto.

Menurut Kapolda Arief, Brigadir Petrus mengaku tidak menyesal telah membunuh dua anaknya secara keji. Pelaku justru mengaku menjalankan perintah Tuhan. "Di tahanan, dia mengaku melakukan pembunuhan anak-anaknya dengan sadar dan tidak menyesal, karena ada bisikan yang memerintahkan untuk persembahan kepada Tuhan," papar Kapolda Arief.

Tersangka Brigadir Petrus juga mengakui kalau dua anaknya yang dimutilasi sudah kembali ke surga dan menyatu dengan dirinya. "Dia juga mengatakan bahwa apa yang terjadi pada dirinya adalah sudah kehendak Tuhan sejak dia lahir dari rahim ibunya." 7

Komentar