nusabali

Ibu Kembali ke Rumah Bajang, Sehari-hari Dirawat Kakek dan Nenek

  • www.nusabali.com-ibu-kembali-ke-rumah-bajang-sehari-hari-dirawat-kakek-dan-nenek

Ibu Kembali ke Rumah Bajang, Sehari-hari Dirawat Kakek dan Nenek

Anak Penderita Anencephaly Dibawa ke RSUP Sanglah  

TABANAN, NusaBali
Penderita Anencephaly (otak tidak berkembang), Ni Luh Gede Rita Kirani, 7, warga dari Banjar Kebon Jero, Desa Munduktemu, Kecamatan Pupuan, Tabanan, harus dibawa ke RSUP Sanglah Denpasar. Keberangkatan Kirani ke Denpasar atas bantuan salah satu yayasan yang berkantor di Denpasar.

Sebelum berangkat ke RSUP Sanglah Denpasar, Kirani dicarikan surat rujukan dari BRSUD Tabanan oleh ayahnya, I Gede Juli Artawan, yang diantar langsung oleh Camat Pupuan I Putu Agus Hendra Manik. Sekitar pukul 11.00 Wita dia langsung diajak menuju rumah singgah yayasan yang akan membantunya itu dengan menggunakan mobil yang disewa ayahnya.

Menurut nenek Kirani, Ni Nyoman Swaliasih, selain cucunya menderita Anencephaly, dia juga ditinggal oleh ibu kandungnya bernama Ni Ketut H ke rumah bajangnya di Negara. Kirani ditinggal ibunya sejak usia 1 tahun dengan alasan tidak jelas.

Swaliasih menuturkan kondisi cucunya saat ini tubuhnya lemas, tidak bisa jalan, kurus, dan tidak bisa berbicara. Kondisi ini sudah dialami Kirani sejak usia 4 bulan. Padahal ketika lahir hingga usia 3 bulan kondisi cucunya tersebut normal. “Entah apa penyebabnya seperti ini saya tidak tahu, kami sekeluarga juga tidak tahu,” ujarnya, Senin (26/3).

Awal mula cucu pertamanya divonis menderita Anencephaly, saat usianya 4 bulan, cucunya mengalami panas tinggi lalu kejang. Akhirnya Kirani yang saat ini semestinya sudah sekolah dasar kelas II dilarikan ke BRSUD Tabanan. Kirani saat itu dirawat selama enam hari. “Nah setelah sembuh dari panas lama-kelamaan tidak bisa jalan, dan kondisinya memburuk. Kami periksakan ke rumah sakit saat itu dikasih tahu bahwa mempunyai riwayat Anencephaly,” tutur Swaliasih.

Hingga saat ini di usia Kirani menginjak 7 tahun, dia tidak seperti anak usia normal. Tubuhnya lemas, sangat kurus dengan berat badan hanya 10 kilogram. Bahkan berat badannya sekitar 4 bulan sebelumnya hanya 9,5 kilogram.

Swalisih didampingi suaminya I Nyoman Arianta yang merawat Kirani sejak ditinggal ibunya itu mengakui setiap harinya Kirani hanya makan bubur. Kadang juga memakan roti, tetapi roti itu harus dilunakkan. Tidak bisa Kirani memakan makanan yang teksturnya agak keras. “Kalau makan dia mau tetapi sedikit, kalau minum cucu saya kuat, pokoknya setiap hari makan bubur,” jelasnya.

Kirani yang keseharianya hanya terbaring di tempat tidur itu sudah pernah ditengok Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti. Bahkan Dinas Sosial Kabupaten Tabanan sudah sempat memberikan kursi roda, pun beberapa yayasan atau komunitas juga sudah memberikan bantuan kursi dorong yang langsung dapat menyangga leher Kirani.

Hingga akhirnya bantuan dari salah satu yayasan yang ada di Denpasar bersedia membantu Kirani untuk dicek kondisinya ke RSUP Sanglah. “Mungkin bisa dilakukan terapi atau gimana, saya berharap ada perubahan dari Kirana. Kalau hanya mengandalkan kami tidak akan mampu, saya hanya petani,” ujar Swaliasih.

Arianta menambahkan, keseharian cucunya ini jika tidak ada gangguan sangat anteng, tidur malamnya pun nyenyak. Namun jika tubuhnya panas maka akan rewel. Dia akan menangis sejadi-jadinya sulit untuk ditenangkan. “Gangguan setiap harinya selalu panas, bisa sampai 40 derajat Celcius. Tetapi untung dalam mencari obat penurun panas kami dibantu oleh dr Surya yang bertugas di Puskesmas Pupuan. Kami selalu diberikan obat panas secara gratis melalui dana pribadinya,” tutur Arianta.

Sedangkan, Camat Pupuan I Putu Agus Hendra Manik, mengatakan, Kirani dibantu oleh salah satu yayasan berkat komunikasi dengan Bupati Tabanan. Oleh karena itu selama perawatan Kirani akan tinggal dulu di rumah singgah yayasan tersebut.

“Sekarang singgah dulu ke rumah yayasan, baru cek ke RSUP Sanglah. Selama tinggal di rumah yayasan dia akan dijaga oleh kakek dan neneknya. Sementara bapaknya harus bekerja di Kantor Camat Pupuan sebagai pegawai kontrak yang baru dua bulan berkat bantuan ibu Bupati,” bebernya. *d

Komentar