nusabali

Eksistensi Akik Pulaki di Tengah Kelesuan Bisnis Batu Mulia

  • www.nusabali.com-eksistensi-akik-pulaki-di-tengah-kelesuan-bisnis-batu-mulia

Demam batu akik yang sempat menjangkiti warga Indonesia di pertengahan tahun 2015 lalu kini sudah mulai menghilang.

SINGARAJA, NusaBali
Seluruh jenis batu akik yang saat itu booming laku keras dengan harga tinggi kini tidak lagi terdengar. Pedagang batu akik musiman yang berjejer di hampir setiap emper toko juga mulai sepi. Namun tidak demikian dengan bisnis batu akik di daerah Pulaki, Desa Banyupoh, Kecamatan Gerokgak, Buleleng. Para perajin batu akik sampai saat ini masih bertahan dengan akik andalan mereka.

Bisnis batu akik di wilayah Barat Buleleng ini masih mengandalkan batu akik khas Pulaki, yakni jenis batu akik badar emas dan tabur emas. Konon jenis batu akik itulah yang menjadi ciri khas batu akik Pulaki Buleleng yang tidak dapat ditemui di belahan dunia manapun.

Seperti yang dijalani Komang Sukiarta, 44. Warga Banjar Dinas Melanting, Desa Banyupoh, Kecamatan Gerokgak Buleleng yang mulai membuka bisnis batu akik dengan berjualan dan menggosok langsung batu akik itu, masih bertahan hingga sekarang.

Meski rezeki yang diperolehnya tentu tidak sama besar dengan rezeki saat batu akik sedang booming. Menurutnya di perbukitan Desa Banyupoh ini terdapat sejumlah jenis batu akik. Baik yang ditemui di hutan, di sungai bahkan di Laut. “Kalau andalan di sini memang jenis batu tabur emas dan badar emas, memang khas disini dan harganya mahal karena langka,” ujar dia.

Dalam jenis tabur dan badar emas juga ada banyak warna, ada yang lima warna yang disebut dengan brunbun, warna abu-abu atau klawu, hingga hijau. Bebatuan itu disebutnya sering ditemukan di perbukitan setempat yang disebut Pangkung Jahe.

Untuk mendapatkan batu unik ini ia biasanya berjalan menyusuri hutan yang berjarak 10-25 kilometer dari rumahnya ke arah Selatan. Ia yang tinggal di dekat Pura Melanting, Desa Banyupoh itu mengaku sata kali perjalanan menuju lokasi Pangkung Jahe paling cepat ditempuh selama dua jam.

Dalam pencarian batu yang terdapat badar atau tabur emasnya, memerlukan ketelitian tersendiri. Ayah satu anak ini menceritakan dalam pemilihan batu yang mengandung badar dan tabur emas, biasanya memiliki ciri berkerak karena terkena air hujan yang tampak dengan warna kekuningan. Satu bongkahan batu mengandung badar atau emas pun tidak dapat ditemukan dengan mudah. Selain itu ia juga dapat mengetes batu itu mengandung logam mulia atau tidak dengan menggunakan magnet. Karena pada umumnya batu yang memiliki tabur atau badar emas, di baliknya dipastikan mengandung senyawa besi.

Setelah diolah menjadi batu akik, batu badar dan tabur emas ini memiliki harga tertinggi jika dibandingkan dengan jenis batu akik lainnya yang ada. Jika dulu saat booming batu badar atau tabur emas bis alaku Rp 1,5 – 2 juta perbuahnya. Namun saat ini satu batu akik hanya laku Rp 500 ribu. “Memang perbandingannya sekarang dengan kemarin saat booming jauh sekali. Kalau dulu sebulan bisa jualan sampai Rp 15 juta, sekarang dapat Rp 500 ribu saja sudah syukur,” kata dia.

Selain batu jenis tabur dan badar, juga ada jenis bebatuan lainnya, seperti bebbed, tapak fara, yang saat ini disebut sedang ngetren oleh Sukiarta. Bebatuan ini biasanya dia temukan di sekitar aliran sungai. Di samping juga jenis batu yang disebut lavender, jesper dan kecubung.

Sementara itu ia yang melakoni bisnis sesuai dengan hobinya mengaku tidak pernah bosan menjalaninya. Ia yang langsung menggosok batu menjadi akik itu melakoni seluruh prosesnya setiap hari. Dalam sehari ia bisa menyelesaikan 100 butir akik yang siap untuk dijual.

Selain membuka kios di areal Pura Melanting, ia juga mengaku memasarkan di yayasan dan juga para balian yang menyukai batu akik. Menurut suami Made Suarsi, 43, ini mengaku setiap kali mencari batu ke daerah hutan dan lainnya selalu menghaturkan doa meminta restu keselamatan dari leluhurnya. Selain itu dalam mengambil sumber daya alam, ia juga selalu berbekal canang sari dan memohon jika akan mengambil batu tersebut.

Sukiarta mengatakan eksistensi batu akik Buleleng yang sampai saat ini masih digemari oleh masyarakat, disebabkan oleh kepercayaan bahwa batu dengan corak uniknya memiliki suatu kekuatan. Seperti halnya batu badar atau tabur emas, menurut kepercayaan pencinta batu memiliki manfaat untuk kekuatan dan pengasih-asih, penawar racun dan keselamatan. Batu jenis tapak dara dikenal sebagai penjaga diri. “Namun hal tersebut kembali kepada kepercayaan  individu masing-masing,” pungkasnya.*k23

Komentar