nusabali

Pengungsi di Kecamatan Marga Berencana Pulang Kampung

  • www.nusabali.com-pengungsi-di-kecamatan-marga-berencana-pulang-kampung

Jarak aman erupsi Gunung Agung dari radius 10 kilometer menjadi 6 kilometer, membuat pengungsi yang mengungsi di Kecamatan Marga khususnya yang tinggal di rumah jabatan Camat Marga berencana pulang kampung, Minggu (14/1) mendatang.

TABANAN, NusaBali

Mereka pulang karena jarak rumahnya dengan Gunung Agung sekitar 7,5 kilometer. Camat Marga I Gusti Agung Alit Adiatmika, menjelaskan pengungsi yang tinggal di rumah jabatan Camat Marga berasal dari Banjar Gelundungan, Desa Ban, Kecamatan Kubu, Karangasem. Seluruhnya berjumlah 19 kepala keluarga (KK) dengan 55 jiwa. “Yang mengungsi di tempat kami ini satu kampung,” ujarnya, Rabu (10/1).

Adiatmika mengatakan, pengungsi akan pulang ke kampungnya karena ada koordinasi dari Bendesa Adat Ban dan Kelian Dinas Banjar Gelundungan. Lantaran pada Radite Wage Uye, Minggu (14/1) ada karya Manusa Yadnya (Ngaben) dan juga radius aman Gunung Agung sudah diturunkan menjadi 6 kilometer. “Kami di Tabanan sudah disurati terkait hal itu. Desa Ban jaraknya dari Gunung Agung mencapai 7 kilometer,” imbuhnya.

Atas hal tersebut, pihaknya akan menyiapkan armada satu unit truk untuk mengantar ke Karangasem. Satu unit truk tersebut dirasa cukup untuk mengangkut 55 orang pengungsi, karena ada sebagian pengungsi yang membawa kendaraan pribadi. “Saya juga akan ke sana mengantar mereka,” tutur Adiatmika.

Ditambahkannya, jika nanti Gunung Agung kembali menunjukkan status gawat, pihaknya akan menerima kembali apabila pengungsi tersebut ke Tabanan. Akan disediakan tempat baru di SMPN 1 Marga. Karena ada perhelatan politik Pilgub Bali, rumah jabatan Camat Marga akan digunakan ruangan Pengawas Pemilu (Panwas) dan Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK). “Kami akan terima kembali jika Gunung Agung menunjukkan status gawat,” tegasnya.

Selama ini, menurut Adiatmika, pengungsi yang ada di Kecamatan Marga sudah bekerja sesuai dengan yang didapatkan. Ada yang menjadi tukang ukir, sopir, dan lainnya. Mayoritas yang bekerja adalah yang laki-laki. Sedangkan yang perempuan tinggal di posko menyiapkan logistik untuk makan. “Biasanya yang laki-laki pagi kerja, malam kembali lagi ke pengungsian,” ucapnya.

Dikemukakannya, selain di rumah jabatan Camat Marga, pengungsi juga ada yang tinggal bersama keluarga. Bahkan ada juga yang kos. “Yang di rumah keluarganya masih ada yang tinggal, tetapi saya tidak tahu apakah mereka ikut pulang,” tandas Adiatmika. *d

Komentar