nusabali

Sesepuh Golkar Bali: Martabat Partai Cedera

  • www.nusabali.com-sesepuh-golkar-bali-martabat-partai-cedera

Sesepuh partai yang kini Dewan Pertimbangan Golkar Bali, Ida Tjokorda Pemecutan XI, gerah dengan keputusan DPP Golkar mendegradasi Ketua DPD I Golkar Bali, Ketut Sudikerta, menjadi Ca-wagub pendamping IB Rai Mantra.

Gerah Atas Rekomendasi Mantra-Kerta


DENPASAR, NusaBali
Dianulirnya rekomendasi Sudikerta dari semula Cagub menjadi Cawagub ini adalah bukti elite DPP Golkar tidak konsisten, mencla-mencle, martabat parrtai dicederai.

Tjok Pemecutan mengaku belum melihat rekomendasi Mantra-Kerta (Rai Mantra-Sudikerta) secara nyata di media. Namun, kalau ternyata benar Golkar terbitkan rekomendasi Mantra-Kerta untuk diusung ke Pilgub Bali 2018, menurut Tjok Pemecutan, ini sebuah sikap tidak konsisten dari elite partai di pusat.

“Elite partai di pusat tidak konsisten, mencla-mencle. Bagi saya, kehormatan partai adalah segalanya. Saya sangat tidak sepakat kalau Sudikerta yang sudah direkomendasi sebagai Cagub dengan julukan SGB (Sudikerta Gubernur Bali), lalu dianulir menjadi Cawagub,” sesal Tjok Pemecutan menjawab NusaBali per telepon, Jumat (5/1) malam.

Sesepuh Golkar asal Puri Pemecutan, Denpasar ini  menegaskan dirinya bukan tidak setuju dengan Rai Mantra menjadi Cagub dari Golkar. Namun, kehormatan dan harga diri Partai Golkar adalah segalanya dalam urusan penentuan kanddiat Cagub. Menurut Tjok Pemecutan, Sudikerta adalah simbol kekuatan partai di Bali. Ketua DPD I Golkar Bali itu sudah sosialisasi sebagai Cagub sejak lama, turun di 57 kecamatan, dan ratusan desa se-Bali. “Sekarang Sudikerta malah digencet begitu saja dengan dalih survei. Apa benar surveinya itu?” tanya mantan Ketua DPRD Badung dan anggota MPR di era Orde Baru ini.

Tjok Pemecutan sendiri belum menentukan sikap dengan munculnya Mantra-Kerta sebagai Cagub-Cawagub yang diusung Golkar. “Kehormatan dan martabat partai segalanya bagi saya. Bukannya menolak Rai Mantra, tapi oknum dan elite di pusat telah membuat permainan dan adegan politik yang bakal membuat kaderisasi di tubuh Golkar tumpul. Cederalah martabat partai kalau sudah begini. Ya, kita lihat saja nanti perkembangannya 27 Juni 2018 nanti (coblosan Pilgub),” warning Raja Puri Pemecutan yang semasa walaka bernama AA Ngurah Manik Parasara ini.

Sementara itu, kader senior yang mantan Ketua Organisasi Kaderisasi dan Keanggotaan (OKK) DPD I Golkar Bali, Dewa Ngakan Rai Budiasa, sindir terbitnya rekomendasi Mantra-Kerta sebagai hasil intrik dan permainan politik kelas tinggi. “Kasihan juga Sudikerta dibuat sempoyongan begini oleh DPP Golkar. Dari sisi nama besarnya sebagai figur publik, dia cukup terbebani, karena sejak awal direkomendasi menjadi Cagub, eh sekarang malah turun kelas jadi Cawagub. Saya lihat Sudikerta dengan terpaksa melaksanakan perintah partai,” ujar politisi Golkar asal Desa Melinggih Kelod, Kecamatan Payangan, Gianyar ini.

Menurut Rai Budiasa, keputusan Sudikerta menerima istilah ‘penugasan’ adalah menunjukkan loyalitas kepada partai. Namun, keputusan ini membuat terdegradasinya Partai Golkar dimata publik. DPP Golkar tidak konsisten dengan keputusan awal merekomendasikan Sudikerta sebagai Cagub. “Sudikerta ambil keputusan aman, menerima penugasan partai. Dia menunjukan loyalitasnya sebagai kader. Wajar saja,” ujar Rai Budiasa.

“Tapi, publik sudah tahu Sudikerta disini tersandera oleh DPP. Inilah justru membuat DPP Golkar tidak konsisten di mata publik. Sudikerta sebagai kader yang sudah terbukti nama besarnya, didegradasi. Jadi, loyalnya itu karena dipaksa. Kita sebagai kader sangat prihatin atas kondisi ini,” keluh Rai Budiasa.

Rai Budiasa mengingatkan, kader Golkar punya tugas berat mensosialisasikan ulang Mantra-Kerta. “Kader harus kerja keras, harus kompak, meluruskan kembali bahwa Sudikerta bukan SGB, tapi Sudikerta Cawagub Bali, wakilnya Rai Mantra. Tantangan besar juga di masyarakat. Boleh dikata Mantra-Kerta ini sebuah negosiasi yang alot mengarah agak telat,” tegas mantan Ketua Depertemen Seni dan Budaya DPP Golkar era Orba ini. *nat

Komentar