nusabali

Apakah Bali Masih Memiliki Taksu?

  • www.nusabali.com-apakah-bali-masih-memiliki-taksu

Kata taksu merupakan kosa kata baku Bahasa Bali. Secara umum, taksu mengandung arti daya, kekuatan atau karisma. Taksu merupakan faktor penentu suatu keberhasilan. Misalnya, seorang seniman tari membuat hampir semua penonton terkesima, berdecak kagum saat ia menari. Ini dikarenakan sang penari memiliki daya magis.

Prof Dewa Komang Tantra MSc PhD

Penonton terhipnotis oleh pancaran daya magis sang penari. Dalam Tantrayana, taksu disepadankan maknanya dengan sakti. Sesungguhnya, sakti adalah energi yang merupakan simbol kekuatan. Menurut tatwa, sakti itu merupakan prana. Melalui prana itu semua ciptaan di alam semesta diciptakan. Dalam perkembangannya taksu berfungsi untuk memohon keberhasilan untuk berbagai bidang, seperti seniman, petani, pedagang, peminpin, dan sebagainya. 

Apakah Bali yang asri dan lestari masih memiliki taksu? Ini sebuah pertanyaan auto-kritik, pertanyaan yang menyusup ke nurani dan mungkin tidak terjawab secara tuntas. Apakah tata titi leluhur masih ajeg sampai saat ini? Perubahan dan pergeseran nilai, norma, etika, dan moral berinteraksi sosial sudah banyak terjadi. Kehidupan pada era nano-nano, asam manis ini, sering menggoyahkan sendi-sendi kehidupan asali di tanah Bali. Gemerlap kebudayaan masa kini sering mengaburkan nilai-nilai masa silam. 

Adagium yang berkembang saat ini: yang bengkok mencuat tegak ke atas, yang lurus tertanam kuat di bawah. Adagium lain: yang lurus, yang kurus, dan yang gemuk, yang empuk. Sepertinya tidak ada standar yang bekerja dengan baik. Semua memiliki pembenaran atas perilaku dan normanya, semua mengikuti hukum relativitas.

Bila ditinjau dari alamnya, banyak hutan, sawah, dan tegalan yang dialihfungsi menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis, mengesampingkan nilai spiritual dan moral. Sungai dan laut dicemari dengan polutan-polutan, sehingga biotanya dikhawatirkan akan terancam kepunahan. Pura dan tempat-tempat suci dikepung kondominium, kafe atau prasarana penunjang pariwisata. Bhisama Parisadha Hindu Dharma Indonesia tidak terpedulikan sebagaimana mestinya, sehingga efek jera terhadap pelanggaran tidak segera terpastikan.

Penduduk Bali semakin hari bertambah ke arah titik yang cukup mengkhawatirkan. Pluralisme yang diakibatkan perbedaan suku, agama, bahasa, dan budaya menjadi semakin kompleks. Secara teoritis, kompleksitas keragaman akan dapat memicu konflik, baik yang bersifat laten/tersembunyi atau terbuka/manifes, internal maupun eksternal, horizontal maupun vertikal, material maupun spiritual. Taksu Bali di masa silam dan saat ini ditengara mengalami penyusutan secara signifikan. Perbedaan orientasi dan ideologi di kalangan partai politik menambah kusutnya benang kehidupan masyarakat. Kekuatan Bali terletak pada spiritualitasnya. Namun, gempuran materialisme yang tidak pernah lelah untuk menafikan keluhuran Bali, maka daya magis Bali dikhawatirkan akan menyusut. Penyusutan daya magis tersebut dikhawatirkan tidak akan dapat digunakan untuk meraih kedamaian dan kesejahteraan masyarakat.

Untuk mewujudkan taksu, maka Bali harus mempertegas visi, misi, dan tujuannya. Misi penting Bali adalah memberikan kontribusi kepada pembangunan Bali yang berkelanjutan. Misi tersebut dapat dijabarkan menjadi lebih rinci. Pertama, misi dan fungsi yang harus dibangun adalah mendidik masyarakat untuk memenuhi kebutuhan seluruh sektor aktivitas manusia. Kedua, memberikan berbagai kesempatan kepada masyarakat untuk memperoleh pendidikan akhlak yang baik. Dengan begitu, masyarakat akan memiliki visi  mendunia dan sekaligus memiliki kapasitas membangun yang membumi. Ketiga, memahami, memelihara, memperkuat, mengembangkan, dan menyebarkan budaya historis Bali dalam pluralisme. Keempat, masyarakat Bali mampu berbicara lantang dan tegas tentang masalah-masalah etik, kebudayaan, dan sosial secara independen. Kelima, memperkuat fungsi-fungsi kritis dan berorientasi ke masa depan melalui analisis yang berkelanjutan. Keenam, menegakkan kapasitas intelektual dan prestise moral untuk membela dan  menyebarkan nilai-nilai yang telah diterima secara universal. Semoga. 7

Komentar