nusabali

Dari Kursi Roda, Veteran Ikut Pawai Merah Putih

  • www.nusabali.com-dari-kursi-roda-veteran-ikut-pawai-merah-putih

“Kami berjuang antara hidup atau mati demi kemerdekaan. Kadang makan kadang tidak, kadang minum air kubangan. Demi berjuang yang penting nafas kita masih ada. Bisa dibilang nyawa kita di ujung peluru waktu itu”

Desa Ubung Kaja Upacara Bendera di Sungai


DENPASAR, NusaBali
Meski memasuki usia senja, pejuang veteran tidak pernah hilang semangat mengikuti peringatan Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Seperti yang terlihat dalam perayaan HUT ke-72 Kemerdekaan RI di Lapangan Puputan Margarana, Niti Mandala, Denpasar, Kamis (17/8).

Sebagian besar veteran terlihat masih kuat berjalan kaki, tetapi ada juga yang harus didampingi karena menggunakan kursi roda. Meski demikian, semangat mereka tidak pernah memudar. Mereka menyelesaikan langkah, meski beberapa diantaranya terlihat tertatih-tatih.  Salah satu veteran, I Wayan Abian Asmara, 72, mengatakan, keadaan Indonesia saat ini jauh berbeda dibanding zamannya yang penuh perjuangan mempertahankan Tanah Air dengan darah keringat.

“Secara pribadi, saya menilai kehidupan masyarakat di Bali sudah baik. Pemerintah mengundang kami tiap 17 Agustus, tidak sia-sialah keberadaan kami. Tinggal bagaimana sekarang mengisi kemerdekaan. Dengan kekompakan saya rasa sudah baik,” ungkapnya.

Veteran yang tinggal di Jalan Imam Bonjol, Denpasar ini menambahkan, generasi muda adalah penerus yang harus senantiasa memegang nilai-nilai Pancasila. Veteran pembela kemerdekaan ini pun mengingatkan pentingnya menghargai perjuangan para pendahulu dengan belajar sebaik-baiknya untuk kelak digunakan membangun negeri.

“Dibanding dulu, kami sewaktu berjuang di Timor-timur, peganyangan di Malaysia, kami berjuang antara hidup atau mati demi kemerdekaan. Kadang makan kadang tidak, kadang minum air kubangan. Demi berjuang yang penting nafas kita masih ada. Bisa dibilang nyawa kita di ujung peluru waktu itu,” kenangnya.

Ketua Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Bali, I Gusti Bagus Saputera SH, 87, menambahkan, momentum HUT RI merupakan peringatan untuk meneruskan cita-cita perjuangan Proklamasi 1945, dengan tetap mempertahankan tegaknya NKRI berdasarkan Pancasila. Dengan semangat, dia menyampaikan untuk tetap menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, bertekad bulat melaksanakan mandat pemerintahan rakyat untuk membangun masyarakat yang adil dan makmur, jujur dalam bertugas dan setia mengbdi kepada bangsa. “Jangan hedonis, materialis. Sebagai pemuda harus belajar terus untuk menerima estafet pewarisan nilai-nilai 45 itu,” ungkapnya dengan berapi-api.

Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengatakan, kemerdekaan yang telah diraih oleh bangsa Indonesia bukanlah sebuah hadiah yang jatuh dari langit, melainkan kemerdekaan diraih dengan perjuangan, pengorbanan dari para Pahlawan kita termasuk di dalamnya para veteran. "Penjajah telah menjajah bangsa kita baik secara fisik maupun mental. Dengan cucuran keringat, air mata bahkan nyawa, para pejuang menghantarkan kita pada kemerdekaan.  Jangan kita sampai lupa dengan para veteran, jangan lupakan perjuangan mereka. Tiada kebahagian yang diraih  tanpa adanya sebuah perjuangan,” tandasnya.

Sementara itu, masih dalam peringatan HUT ke-72 Kemerdekaan RI, warga Desa Ubung Kaja, Denpasar Utara melaksanakan upacara bendera di Sungai Campuhan Tegalkori Kaja, Desa Ubung Kaja, Kamis (17/8) pagi. Peringatan di sungai dilakukan selain untuk memeriahkan HUT Kemerdekaan Indonesia juga memberikan pemahaman kepada masyarakat akan kebersihan lingkungan terutama air yang tentunya dapat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat.

Upacara yang dimulai sejak pukul 07.00 Wita tersebut antusias diikuti sekitar 500 orang baik dari warga, tokoh masyarakat, perangkat desa maupun mahasiswa KKN. Teknik upacara tersebut yakni, peserta upacara berada di seberang sungai sebelah barat sedangkan pembina dan pengerek bendera berada di sebelah timur sungai. Ketika upacara dimulai, bendera yang sebelumnya berada di sebelah barat sungai dibawa ke timur diseberangkan menggunakan rakit untuk dikibarkan.

Kepala Desa Ubung Kaja, I Wayan Mirta, mengatakan upacara di bantaran sungai itu dilakukan untuk mengingatkan masyarakat akan kebersihan sungai, dimana moto yang diangkat oleh Desa Ubung Kaja adalah ‘Mesuluh di Tukade’. Dimana menurutnya istilah tersebut sangat penting bagi kehidupan masyarakat, jika memang sungai tersebut sudah bersih maka masyarakat bisa berkaca dan melihat keindahan alam dan langit melalui jernihnya sungai. *in, cr63

Komentar